Menjalani Hari Yang Penuh Syukur, Sudahkah Kamu Mengalaminya?
Kalangan Sendiri

Menjalani Hari Yang Penuh Syukur, Sudahkah Kamu Mengalaminya?

Inta Official Writer
      3849

"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."

1 Tesalonika 5:18

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 58; Markus 8; 2 Raja-raja 18-19

Belum lama ini saya bertemu dengan seorang pemuda yang berada dalam kesulitan, tapi ia tetap punya rasa haus akan Yesus. Pemuda tersebut adalah seorang penulis yang sedang berjuang untuk mencapai kesuksesan dalam hidupnya.

Saya mendengar percakapan saat pemuda tersebut sedang menelepon temannya, dan sebelum ia menutup telepon, bukannya perkataan, "have a great day," pemuda ini justru mengatakan sebuah kata yang terus menerus berada dalam pikiran saya sejak saat itu.

"Have a grateful day."

Ungkapan yang menginginkan seseorang untuk memiliki hari-hari yang penuh syukur. Saya menyadari kalau kata ini sangatlah saya butuhkan untuk keadaan sekarang ini.

Sering sekali saya jadi lebih fokus pada hal-hal negatif. Padahal, saya menyadari kalau saya telah memiliki kehidupan yang kaya di dalam Kristus. Ketika keadaan sulit muncul, saya fokus pada hal buruk yang terjadi pada saya. Bukannya bersyukur, setiap kata yang terlontar dalam mulut saya justru cenderung perkataan negatif yang berisi rasa kasihan pada diri sendiri.

Setelah mendengar perkataan pemuda itu, saya berdoa, "Tuhan, tolong saya untuk memiliki hari-hari yang penuh akan ucapan syukur."

Kemudian Tuhan menunjukkan caranya. Tuhan membuka mata saya pada segala sesuatu yang baik sekeliling saya, dan setiap hal baik lainnya yang datang dari situasi yang sulit.

Kalau sebelumnya saya cenderung mengabaikan setiap hal kecil yang ada disekitar dan fokus pada rasa cemas, kekhawatiran dan permasalahan, Tuhan membukakan mata saya untuk bisa melihat keindahan alam dan bersyukur akan hal tersebut.

Tidak lama setelah mendengar perkataan pemuda tersebut, saya dilarikan ke ruang gawat darurat dan harus menginap untuk pemeriksaan yang lebih lanjut.

Meskipun dalam keadaan yang terkulai lemas dan sakit, Tuhan membantu saya untuk menjalani hari yang penuh syukur. Dibandingkan menghabiskan waktu untuk mengkhawatirkan apa yang salah pada tubuh, saya justru mengucapkan rasa terima kasih dan bersyukur atas perawat, dokter, dan pekerja rumah sakit lainnya  yang baik dan peduli terhadap saya.

Saya bersyukur kepada Tuhan atas betapa sehatnya tubuh saya selama bertahun-tahun. Saya berterima kasih kepadaNya atas kesempatan untuk membiarkan cahayaNya bersinar melalui saya ketika saya berada di rumah sakit. Saya bersyukur kepadaNya bahwa Dia akan selalu memberikan berita yang baik, bahkan kalau saya tidak dapat melihat hal tersebut sekarang.

Saya bersyukur kepada Tuhan atas anak dan suami yang senantiasa menemani dan mendukung dalam kondisi sakit ini. Bukan hanya kepada Tuhan, saya juga berterima kasih pada setiap orang yang saya sebutkan di atas.

Dan soal rasa sakit saya itu, saya lebih mensyukurinya karena ternyata tidak ada masalah yang serius dalam tubuh saya. Saya mendapati kalau rasa syukur harus ada dalam setiap keseharian kita, bukan hanya pada saat-saat tertentu. Hari yang penuh rasa syukur adalah rasa terima kasih saya atas masa-masa yang lebih baik setelah waktu yang sulit berakhir.

Mazmur 107:1, "Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya."

Meskipun setiap hal berubah menjadi semakin buruk setiap waktunya, akan selalu ada hal yang patut kita syukuri atas kebaikanNya, hal yang tidak akan pernah berubah sampai kapanpun, yaitu kasihNya untuk kita, sebuah keselamatan, dan janjiNya untuk terus beserta dengan kita.

Saat saya bersyukur, setiap masa sulit menjadikan saya lebih dekat dengan Tuhan sekaligus menyadarkan saya kalau Ia adalah Allah yang sangat peduli.

Rasa syukur bisa mengubah hari yang melelahkan jadi hari yang luar biasa.

Hak Cipta © 2016 Elaine Creasman. Digunakan atas izin.

Ikuti Kami