"Mengucap
syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."
1 Tesalonika 5:18
Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 58; Markus 8; 2 Raja-raja 18-19
Belum lama ini saya bertemu
dengan seorang pemuda yang berada dalam kesulitan, tapi ia tetap punya rasa haus akan Yesus. Pemuda tersebut adalah
seorang penulis yang sedang berjuang untuk mencapai kesuksesan dalam hidupnya.
Saya mendengar percakapan saat pemuda tersebut
sedang menelepon temannya, dan sebelum ia menutup telepon, bukannya
perkataan, "have a great day," pemuda ini justru mengatakan sebuah kata yang terus menerus berada dalam pikiran saya sejak saat itu.
"Have a grateful day."
Ungkapan yang menginginkan
seseorang untuk memiliki hari-hari yang penuh syukur. Saya menyadari kalau kata ini sangatlah saya butuhkan untuk keadaan sekarang ini.
Sering sekali saya jadi lebih
fokus pada hal-hal negatif.
Padahal, saya menyadari
kalau saya telah memiliki kehidupan yang kaya di dalam Kristus. Ketika keadaan
sulit muncul, saya fokus pada hal buruk yang terjadi pada saya. Bukannya
bersyukur, setiap kata yang terlontar dalam mulut saya justru cenderung perkataan negatif yang berisi rasa kasihan pada diri sendiri.
Setelah mendengar perkataan
pemuda itu, saya berdoa, "Tuhan, tolong saya untuk memiliki hari-hari yang penuh akan ucapan syukur."
Kemudian Tuhan menunjukkan
caranya. Tuhan membuka mata saya pada segala sesuatu yang baik sekeliling saya, dan setiap hal baik lainnya yang datang dari situasi yang sulit.
Kalau sebelumnya saya cenderung
mengabaikan setiap hal kecil yang ada disekitar dan fokus pada rasa cemas,
kekhawatiran dan permasalahan, Tuhan membukakan mata saya untuk bisa melihat keindahan alam dan bersyukur akan hal tersebut.
Tidak lama setelah mendengar
perkataan pemuda tersebut, saya dilarikan ke ruang gawat darurat dan harus
menginap untuk pemeriksaan
yang lebih lanjut.
Meskipun dalam keadaan yang
terkulai lemas dan sakit, Tuhan membantu saya untuk menjalani hari yang penuh
syukur. Dibandingkan menghabiskan waktu untuk mengkhawatirkan apa yang salah
pada tubuh, saya justru mengucapkan rasa terima kasih dan bersyukur atas perawat, dokter, dan pekerja rumah sakit lainnya yang baik dan peduli terhadap saya.
Saya bersyukur kepada Tuhan atas
betapa sehatnya tubuh saya selama bertahun-tahun. Saya berterima kasih
kepadaNya atas kesempatan untuk membiarkan cahayaNya bersinar melalui saya
ketika saya berada di rumah sakit. Saya bersyukur kepadaNya bahwa Dia akan
selalu memberikan berita yang baik, bahkan kalau saya tidak dapat melihat hal tersebut sekarang.
Saya bersyukur kepada Tuhan atas
anak dan suami yang senantiasa menemani dan mendukung dalam kondisi sakit ini.
Bukan hanya kepada Tuhan, saya juga berterima kasih pada setiap orang yang saya sebutkan di atas.
Dan soal rasa sakit saya itu,
saya lebih mensyukurinya karena ternyata tidak ada masalah yang serius dalam
tubuh saya. Saya mendapati kalau rasa syukur harus ada dalam setiap keseharian
kita, bukan hanya pada saat-saat tertentu. Hari yang penuh rasa syukur adalah
rasa terima kasih saya atas masa-masa yang lebih baik setelah waktu yang sulit berakhir.
Mazmur 107:1, "Bersyukurlah
kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya."
Meskipun setiap hal berubah
menjadi semakin buruk setiap waktunya, akan selalu ada hal yang patut kita syukuri atas kebaikanNya, hal yang
tidak akan pernah berubah sampai kapanpun, yaitu kasihNya untuk kita, sebuah keselamatan, dan janjiNya untuk terus beserta dengan kita.
Saat saya bersyukur, setiap masa
sulit menjadikan saya lebih dekat dengan Tuhan sekaligus menyadarkan saya kalau Ia adalah Allah yang sangat peduli.
Rasa syukur bisa
mengubah hari yang melelahkan jadi hari yang luar biasa.
Hak Cipta © 2016 Elaine Creasman.
Digunakan atas izin.