Memilih untuk Tetap Setia
Kalangan Sendiri

Memilih untuk Tetap Setia

Samuel Agus Santoso Contributor
      3309

Bacaan ROMA 1:21-25

ROMA 1: 25

Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin.

 

Bacaan setahun : Mazmur 124; 2 Tawarikh 36:11-21; Yeremia 27

Sebuah kisah dramatis tentang kesetiaan kepada Kristus terjadi di Rusia. Suatu saat di sebuah gedung gereja, jemaat yang datang terlihat sungguh-sungguh melantunkan pujian dan penyembahan kepada Tuhan. Namun di tengah-tengah ibadah, masuklah dua orang tentara. Dengan suara yang keras, mereka menghentikan ibadah itu. Suasana ibadah berubah menjadi mencekam. Dengan mengacungkan senjata, salah seorang tentara itu mengatakan agar yang masih percaya kepada Kristus pindah ke sebelah kanan karena akan ditembak mati. Tetapi yang mau selamat, dengan menyangkal Kristus diminta pindah ke sebelah kiri.

Ada seorang ibu yang pindah ke sebelah kanan, sementara anaknya memilih berada di sebelah kiri. Anak itu memanggil-manggil ibunya agar mengikuti dia pindah ke kiri. Tetapi si ibu dengan linangan air mata, dia tetap teguh pada imannya. Sekali lagi tentara itu berteriak, memberi kesempatan jika ada yang mau pindah posisi.

Setelah tidak ada yang berpindah, si tentara mengatakan, agar yang disebelah kiri segera keluar ruangan. Maka berlarilah mereka keluar. Sementara mereka berlari, kedua tentara tadi menghampiri orang-orang yang tersisa. Sambil meletakkan senjatanya, dia mengatakan bahwa mereka sebenarnya juga adalah orang-orang Kristen. Orang-orang yang menyangkal Kristus tadi, setelah berlari keluar ternyata ditembak oleh para prajurit lainnya karena dikira melarikan diri.

Kisah diatas menggambarkan tentang urgensi dari sebuah kesetiaan. Menurut KBBI kesetiaan berarti keteguhan hati; ketaatan; kepatuhan. Kata setia memiliki arti berpegang teguh (pada janji, pendirian, dan sebagainya). Sementara dalam bahasa Inggris (Oxford Dictionary) disebut faithfulness yang berarti kualitas untuk menjadi setia.

Dapat kita lihat bersama bahwa faithfulness itu dibentuk oleh dua kata yakni faith (iman) dan fullness (kepenuhan), jika diartikan secara harfiah kesetiaan berarti kepenuhan dari iman. Dapat dikatakan bahwa jika kita melatih iman terus–menerus sampai kualitasnya terus bertambah hingga titik maksimalnya, kita akan mendapati sebuah output yang bernama kesetiaan. Orang-orang yang berada di sebelah kanan telah menunjukkan level imannya dan mereka selamat.

Bagaimana dengan yang tidak setia? Dari kisah di atas ternyata mereka yang memiliki kualitas iman dengan level titik terendah, mudah sekali berubah. Roma 1:25 berkata: Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya. Orang yang tidak setia sama dengan pemberontak. Dampak dari para pemberontak adalah hukuman kekal (Yosua 22:22).

Sahabat, sejauh mana kesetiaan kita kepada Tuhan? Apakah kita setia memuji, menyembah Tuhan hanya pada saat-saat diberkati saja? Tetapi disaat menghadapi masalah, tekanan atau penderitaan, kesetiaan kita kepada Tuhan Yesus segera berubah?

Marilah kita setia mengiring Tuhan sampai akhir. Ingat Firman Tuhan dalam Wahyu 2:10 Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.”

Ikuti Kami