Amsal 1:5
“Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan.”
Bacaan setahun : Mazmur 3; Wahyu 89; Ezra 7-8
Bijak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang selalu menggunakan akal budinya, pandai, mahir. Penulis Amsal mengajar kepada kita bahwa pada saat kita sudah menjadi orang bijak (pandai, mahir), kita tidak boleh berhenti belajar untuk mendengar dan menambah ilmu. Orang bijak yang dimaksud adalah orang yang punya kerendahan hati. Kita banyak melihat, ketika seseorang sudah merasa pandai dan mahir lalu mereka tidak mau mendengar pendapat atau ilmu dari orang lain karena dia merasa sudah lebih dari semuanya
Hal yang sama dikatakan oleh penulis Amsal bahwa orang yang berpengertian hendaklah memperoleh bahan pertimbangan. Jika ia adalah seseorang yang berpengertian, bukankah ia tidak perlu lagi bahan-bahan pertimbangan? Ternyata orang yang berpengertian yang dimaksud oleh Amsal adalah orang yang rendah hati dan tidak mau mengandalkan pengertiannya sendiri.
Orang bijak dan orang bepengertian yang dimaksud dalam kitab Amsal ini berbeda dari konsep dunia. Orang bijak dan berpengertian ini adalah orang-orang yang takut akan Allah. Mereka punya kerendahan hati untuk belajar lebih. Mereka tidak langsung tinggi hati ketika mereka dicap bijak dan berpengertian oleh orang-orang. Mereka menyadari bahwa segala sesuatu harus diawali dengan takut akan Tuhan.
Amsal 1:7 – ‘Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan’ dan juga mereka sadar bahwa Tuhanlah sumber semuanya itu.
Amsal 21:30 – ‘Tidak ada hikmat dan pengertian, dan tidak ada pertimbangan yang dapat menandingi TUHAN.’
Mari kita bersama menjadi orang-orang yang selalu mau belajar dan meng-upgrade diri kita, sehingga kita menjadi orang berpengertian yang tenang dalam menyikapi segala sesuatunya. Lebih daripada itu, takut akan Tuhan harus menjadi bagian kita karena apapun yang kita peroleh adalah sia-sia tanpa Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati