Tak Kenal Maka Tak Percaya
Kalangan Sendiri

Tak Kenal Maka Tak Percaya

Lori Official Writer
      4831

Mazmur 9: 10

Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN.

 

 

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 105; Lukas 17; Yosua 21-22

“Aku mau ibu!” teriak seorang anak berusia 3 tahun dari kamar mandi dengan wajah yang sudah memerah.

"Dan aku mau pulang," ungkapku dalam hati.

Aku menggigit bibir bawahku supaya pikiranku yang negatif tidak terucap dari mulutku waktu aku mencoba menyembunyikan rasa frustrasiku sendiri. Faktanya, aku bekerja sebagai pengasuh bayi, bukan seorang bayi.

Aku mengasuh anak-anak di kota kecilku selama bertahun-tahun. Aku tak pernah bertemu dengan anak yang menolak atau tidak menyukaiku. Sampai akhirnya aku bertemu dengan anak ini dan kakak perempuannya untuk pertama kali. Awalnya kami akrab sekali, sampai pada akhirnya aku mengucapkan kata-kata yang membuat anak TK itu mulai kebingungan.

“Jangan. Kamu gak boleh menarik ekor kucing itu.”

“Jangan. Kamu gak boleh menyeberang jalan sendirian.

“Jangan. Kamu gak boleh melempar batu ke adikmu.”

Aku mengatakannya dengan nada rendah dan juga wajah normal, bukan cemberut. Aku mengoreksi tindakannya dengan lembut dan membuat pengalihan. Tapi anak laki-laki kasar itu menanggapinya dengan keras. 

Berjalannya waktu, kesabaranku mulai memuncak. Aku tergoda untuk berteriak. 

“Kamu gak boleh membuang mobil-mobilanmu ke dalam toilet,” sembari mengambil mainan itu dan mengeringkannya.

“Tapi kita bisa keluar dan balapan,” kataku.

Anak berusia 3 tahun itu menahan tatapanku dalam waktu yang cukup lama, dan aku menahan napas dengan harapan. Tapi dia lalu menggelengkan kepalanya dan mulai menangis.

Aku menarik napas dan pergi memeriksa kakak perempuannya. Syukurlah, dia baik-baik saja.

Dia mendongak dari buku yang dia baca dan dia menebar sebaris senyumnya yang penuh kasih ke arahku. “Adikku gak menangis kalau ibu bilang ‘Jangan’” katanya dengan kata-kata yang dipunya anak berusia 8 tahun. 

Hatiku hancur, tapi dia menambahkan, “Itu karena dia sudah mengenal ibu.” 

Kata-katanya ibarat pencerahan yang muncul dan menyerangku. Anak laki-laki di lantai kamar mandi itu mungkin belum mengenalku.

Dia gak tahu aku sedang menjaganya dan bukan untuk melawannya. Bahkan aku bekerja untuk membantunya dari setiap tindakannya yang bisa melukai dirinya sendiri. Dia gak tahu kalau aku berkomitmen untuk menjamin keselamatannya dan ingin sekali menghabiskan waktu bersama. Dia juga gak tahu karakterku, karena itu dia gak mendengar ucapanku.

Bertahun-tahun setelah itu, aku menemukan diriku hidup dalam ketidakpercayaan yang sama kepada Tuhan. Mudah memang untuk memuji tuntunan-Nya kalau itu sejalan dengan keinginanku. Tapi waktu tuntunan-Nya berbeda arah dengan keinginanku atau seakan bertentangan dengan keputusanku, aku mulai frustrasi dan waspada.

 

Baca Juga: 

Diubahkan Karena Mengenal Tuhan

Sudahkah Dunia Mengenal Tuhan Karena Kasihmu?

 

Aku mungkin mematuhi perintah-Nya, tapi aku masih sering mempertanyakan tujuan-Nya dibalik itu.

Aku mau Tuhan memimpinku dengan bijaksana, tapi aku masih bingung dengan bagaimana Dia melakukannya.

Aku pengen sekali percaya sama Tuhan, tapi aku gak bisa mengabaikan keinginanku.

Sampai suatu hari, aku membaca Mazmur 9: 10. Aku diingatkan kalau iman gak tumbuh tanpa adanya keraguan. Iman akan tumbuh diantaranya.

Pemazmur berkata, “Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN.”

Kata asli yang dipakai penulis untuk ‘mengenal’ bukan hanya berarti ‘mengetahui seseorang’. Tapi lebih dalam lagi, maknanya lebih intim.

Lewat ayat ini, aku mulai memakai energiku untuk mengalami Tuhan di atas dari keraguanku. Aku tidak lagi fokus tentang bagaimana Tuhan melakukan ini dan itu. 

Aku mulai menghitung setiap kemurahan-Nya. Aku mendengar suara-Nya dalam dia dan memperhatikan kasih-Nya melalui tindakan. Dan waktu anak kecil 3 tahun yang cemas itu semakin mengenalku, kami justru bisa menghabiskan waktu bersama yang menyenangkan. Aku bahkan tumbuh semakin mengenal Tuhan lebih baik.

Aku mengaku apa yang dimaksudkan oleh pemazmur itu benar. Bahwa kita akan lebih mudah percaya ke Tuhan dengan segenap hati kita waktu kita akrab dengan Dia.

Saat ini, mari ambil waktumu untuk berdoa dan sampaikanlah doa ini dengan sepenuh hatimu.

Yesus yang penuh kasih, tolong aku untuk mengenali karakterMu lebih lagi. Supaya aku bisa percaya kepada setiap tuntunan-Mu. Aku mau percaya kepadaMu dalam segala keadaan. Dalam Nama Yesus aku berdoa. Amin

 

Hak cipta Alicia Bruxvoort, disadur dari Crosswalk.com


Kamu diberkati dengan renungan harian kami? Mari dukung kami untuk terus memberkati lebih banyak orang melalui konten-konten terbaik di website ini.

Yuk bergabung jadi mitra Jawaban.com hari ini. 

DAFTAR DI SINI

 

Ikuti Kami