Membiarkan Tuhan Melewati Pencobaan Bersama Dengan Kita
Kalangan Sendiri

Membiarkan Tuhan Melewati Pencobaan Bersama Dengan Kita

Naomii Simbolon Official Writer
      2636

Mazmur 91:9-10

Sebab TUHAN ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu, malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu.

 


Bacaan Alkitab Setahun :  Mazmur 28; Lukas 4; Ayub 36-37

"Menjelang matahari terbenam, tertidurlah Abram dengan nyenyak. Lalu turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan." (Kejadian 15:12)

Aku masih bisa mengingat dengan jelas  teror yang kurasakan ketika duduk di bandara Atlanta, dimana aku disana tanpa tiket, tanpa uang tunai dan nggak bisa pulang. Pesawat penghubungku  dari Managua, Nikaragua mengalami keterlambatan selama satu jam dari jadwal. Selama penerbangan, aku berdoa dalam hati supaya penerbanganku selanjutnya ke Washington D.C juga mengalami keterlambatan.Tapi itu tidak terjadi.

Waktu itu, aku turun dan mendekati loket penjualan tiket persis di dekat gerbang kemudian aku bertanya jam penerbangan yang lain. Semuanya penuh. Aku disarankan penerbangan ke bandara alternatif, itu pun terjual habis. Aku cuma punya dua pilihan yaitu tidur di bandara dan menunggu penerbangan pagi atau berdoa.

Kemudian aku memutuskan mundur dan mencari tempat yang sunyi yang jauh dari kumpulan para penumpang yang marah, lalu aku membuka Alkitab.

Setelah menandai beberapa ayat dan mengklaim penyediaan Tuhan aku membisikan doa, "Tolong Bapa, aku hanya ingin pulang."

Aku merasa damai sejahtera sekali setelah itu. Sekalipun keadaanku memang tidak berubah, tapi aku tahu entah gimana caranya, Tuhan akan akan mengantarku ke tempat tidurku malam itu.

Ada rasa sakit yang muncul di perutku, ketika aku merasa tidak ada hadirat Tuhan. Telingaku juga berdengung, kulitku berkeringat dan dingin. Rasa mual membuatku tidak nyaman. Gejalanya mirip dengan mabuk perjalanan dan mungkin begitulah gerakan  yang membawaku ke dalam sebuah kegelapan yang pekat dan sangat mengerikan, jika tanpa Dia.

Pemazmur menulis dalam Mazmur 84:11, "Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela."

"Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatupun yang baik." (Mazmur 34:7)

"Sebab TUHAN ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu, malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu." (Mazmur 91:9-10)

Janji yang hebat bukan? Namun, kadang terlepas dari jaminan keamanan Allah itu, kita sering sekali menyerah pada mimpi yang penuh dengan kegelapan dan ketakutan.

Abraham meninggalkan perlindungan dari suku ayahnya dan berjalan bersama Tuhan ke Tanah Perjanjian. Soal upahnya? Yap, upahnya adalah kelaparan.

Dia percaya pada janji Allah bahwa ia akan punya seorang putra, meskipun dalam perjalanannya isterinya masih tetap mandul .

Abraham mendirikan kemahnya di bawah bayang-bayang gunungnya Allah, namun dia hidup di tengah orang-orang jahat bersikukuh untuk memberontak dan pembinasaan. Janji dari Tuhan – masalah dari manusia.

Sampai-sampai, Abraham berteriak kepada Allah dalam keputusasaannya, "Kata Abram: "Ya Tuhan ALLAH, dari manakah aku tahu, bahwa aku akan memilikinya?" (Kejadian 15:8)

Itulah pertanyaan yang juga aku tanyakan. Gimana aku bisa tahu, gimana aku bisa yakin kalau masih ada Tuhan? Kalaupun ada, gimana aku bisa yakin Dia mencintaiku, akan merawatku dan akan melindungiku?

Ditengah-tengah mimpi buruk Abraham, Tuhan menampakkan diri kepadanya seperti obor yang menyala-nyala dan  perapian. Sesuatu yang tampaknya tidak nyaman, tapi penulis Ibrani mengingatkan kita, "Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup." (Ibrani 10:31)

Memang menakutkan, tapi Tuhan adalah api yang menghanguskan. Ini juga merupakan bagian dari kehadiranNya.

Malam itu, di bandara Atlanta, aku merasakan Tuhan mendorongku untuk memeriksa loket yang lain dan meminta pertolongan mengenai kasusku.

Aku menjelaskan bahwa mobilku di D.C dan rumahku di Raleigh,"Apakah kamu ada cara atau kemungkinan gimana caranya aku bisa terbang ke Raleigh?"

Kemudian dia memeriksanya dan ternyata ada satu kursi tersisa. Mataku berkaca-kaca ketika dia memberiku tiket tersebut.

Tuhan nggak selalu menyelesaikan masalah kita begitu saja, tapi Dia berjanji akan bersama-sama dengan kita melewati setiap pencobaan.

Apakah kamu merasakan sebuah kegelapan yang mengerikan dan seakan menghancurkan kamu? Mungkin kesuraman yang kamu rasakan itu adalah bayangan yang Maha Tinggi sedang membungkuk sedang bersiap-siap untuk mengangkat kamu ke dalam pelukannya.

Jadi kalau demikian, biarkanlah cobaan datang. Kemudian perhatikanlah dengan kagum bagaimana Tuhan menunjukkan cinta-Nya melalui cobaan itu.

 

Hak Cipta © 2014 Eddie Jones. Digunakan dengan izin

Ikuti Kami