Mazmur 116: 15
Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 62; Markus 12; Hosea 4-5
Aku belajar bahasa Arab setiap hari, mencoba untuk berbicara
dengan fasih. Salah satu cara yang aku lakukan untuk melatih bahasa Arabku
adalah tinggal di Amman, Yordania selama musim panas keduaku. Aku tinggal di
sana belajar bahasa dan budaya setempat. Aku memilih daerah dimana tak ada orang Amerika atau orang asing di sana.
Cara inilah yang membawaku bertemu seorang wanita bernama kakak Maria atau ‘Ukt’ Maria
dalam bahasa Arab. Dia adalah satu-satunya teman dekatku selama menghabiskan musim panas.
Wanita yang melajang atau tak menikah adalah hal yang dianggap
tak lazim bagi orang Arab. Tapi suster Maria melakukannya untuk mengabdikan
hidupnya untuk melayani Tuhan sepanjang waktu. Ketika masih muda, dia mulai
belajar Alkitab di rumahnya. Dia tumbuh di gereja Protestan terbesar dan paling aktif di Yordania.
Setiap pagi dan sore hari, Ukt Maria memimpin pertemuan wanita
atau anak-anak perempuan muda di rumahnya maupun di rumah-rumah lain di
berbagai daerah. Pada hari Jumat pagi, kelompok doa pria berkumpul di rumah Ukt Maria. Setelah doa, mereka biasanya mulai berbincang-bincang.
Selama bertahun-tahun, Ukt Maria mengalami masalah kesehatan.
Tapi dia tetap tak membiarkan tantangan ini membuat pelayanannya terhambat. Dia terus memimpin pelajaran Alkitab dan melatih penggantinya kelak sebelum dia meninggal.
Setelah aku kembali dari liburan, aku mendengar berita soal
kematiannya. Aku belum pernah mendengar atau membaca soal apa yang dia alami.
Dia tak pernah takut mati karena dia percaya akan bersama dengan Yesus kelak. Tuhan
mengingatkan Ukt Maria soal kematiannya, karena itulah dia lebih dulu mengatur segala sesuatunya.
Di pagi sebelum kematiannya, Ukt Maria bangun dari tidur. Dia
bahkan memanggil dokternya lebih dulu. Dia juga memanggil semua kerabat dan teman dekatnya datang.
Saat semuanya sudah datang, Ukt Maria yang tidur berbaring di
tempat tidurnya melambaikan tangan kepada mereka dan berkata, “Selamat tinggal,
dunia. Aku akan kembali kepada Yesus.” Setelah itu, dia pun pulang ke rumah Bapa dengan damai.
Kematiannya adalah kesaksian yang indah tentang hubungan indahnya dengan Yesus.
“Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya.” (Mazmur 116: 15)
Kehidupan Ukt Maria adalah tantangan bagi kita untuk mengikut
Yesus (Matius 4: 19). Dia selalu mencari jiwa. Aku pikir dia bisa berdoa dengan
doa yang sama seperti yang dilakukan Yesus saat Dia berdoa kepada Bapa dalam Yohanes
17: 4, “Aku telah mempermuliakan Engkau
di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.”
Sebelumnya, aku sama sekali belum pernah bertemu dengan seseorang
yang hidupnya diberikan sepenuhnya untuk kemuliaan Tuhan. Dan aku menyaksikannya
untuk pertama kali dari sosok Ukt Maria dari Yordania.
Dia mengajarkan aku pelajaran penting hari itu, bahwa kita tak perlu takut pada kematian. Kita hanya perlu mengikuti teladan Yesus, memantikan janji yang dipenuhi sukacita dan kembali pulang ke rumah Bapa jika saatnya telah tiba.
Hak cipta Patricia J. Frost, digunakan dengan ijin.