Luka Jiwa Itu Nyata, Buat Sembuh, Ini 3 Hal Yang Kamu Butuhkan
Kalangan Sendiri

Luka Jiwa Itu Nyata, Buat Sembuh, Ini 3 Hal Yang Kamu Butuhkan

Inta Official Writer
      4771

"Ia menyegarkan jiwaku."

Mazmur 23:3a

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 51; Markus 1; Yesaya 55-56

Luka jiwa itu nyata. Mereka adalah hasil dari pemikiran, keinginan, atau emosi yang tiba-tiba tersentak, sehingga menyebabkan jiwa kita terluka, meninggalkan bekas luka yang kemudian harus kita atasi. Saya sendiri, punya luka jiwa yang banyak dalam kehidupan ini, dimana setiap luka tersebut selalu membawa saya pada keputusasaan. 

Kematian akan orang yang kita kasihi, pertikaian antar keluarga, tingkah anak yang tidak patuh, kecanduan, ditusuk dari belakang, dan ada banyak daftar lainnya, yang kemudian bisa menyerang kita dan meninggalkan sebuah luka. 

Inilah kenapa Daud sangat relevan dengan Mazmur. Kita menyebut tulisannya ini sebagai Kitab Nyanyian Daud (Mazmur), namun, ketika kita membacanya kembali, kita bisa melihat perjalanan yang dialami oleh Daud. Daud sangat paham tentang jiwa yang terluka. Katanya,

“Sebab jiwaku kenyang dengan malapetaka, dan hidupku sudah dekat dunia orang mati. Aku telah dianggap termasuk orang-orang yang turun ke liang kubur; aku seperti orang yang tidak berkekuatan.” (Mazmur 88:3-4)

Tidak jauh berbeda dengan kita, bukan? Kita, juga, menghadapi sebuah trauma dimana jiwa kita terluka, hingga ingin rasanya lari dari keadaan tersebut. Ini merupakan sebuah respon paling natural yang akan dilakukan oleh jiwa kita sendiri. 

Namun, Daud juga adalah orang yang berdoa,  

“TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku.” (Mazmur 23:1-3a)

Faktanya, jiwa kita tidak perlu dipulihkan, kecuali kalau ada sesuatu yang telah merusaknya. Tapi Tuhan tahu. Dan Daud telah menemukan cara pemulihan yang indah. Pada lain kesempatan, dia berkata,

“TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur.” (Mazmur 30:3)

Bukankah ini sangat terbalik dengan tulisannya dalam Mazmur 88? Apakah sebenarnya Daud sedang kebingungan? Bukan. Tetapi ini merupakan pemulihan jiwa.

Saat kehidupan dan pelayanan saya diserang, saya tidak bisa melihat jalan keluarnya. Air mata ini rasanya mengucur terus menerus. Ada amarah sekaligus frustasi yang saya rasakan. Saya tergoda untuk mencari-cari siapa yang bisa disalahkan atas kejadian yang menimpa saya. 

Bersyukurnya, Firman Tuhan, yang sudah saya simpan dalam-dalam di hati, kemudian timbul seperti kapal tim SAR yang siap untuk menyelamatkan orang yang sedang tenggelam. Saya menemukan pemulihan jiwa lewat Firman Tuhan. Saya kerap diingatkan untuk tidak bergulat dengan darah dan daging, tetapi dengan iblis yang mau menghancurkan kehidupan saya. 

Yesus telah memberikan kita Roh Kudus sebagai penghibur dan penasihat. Saya akan menerima penghiburan dan bimbingan yang saya butuhkan melalui Roh Allah yang sangat berharga. Namun, pada akhirnya, saya mendapati bahwa pemulihan jiwa yang terluka membutuhkan waktu, tangis, dan kebenaran.

Memulihkan jiwa yang terluka butuh waktu. Setiap kita harus bersedia berjalan menyusuri lembah, tapi ingatkan pada diri sendiri, bahwa kita tidaklah sendiri. Ketika iman kita ada pada Kristus, kita yakin Tuhan bekerja atas nama kita.

Memulihkan jiwa yang terluka butuh tangis. Ketika ada wanita yang menyeka kaki Yesus, Yesus tidak menolaknya. Dari sini, kita belajar untuk tidak menghindari Sang Tabib. Menangislah padanya, Tersungkurlah di kakiNya. Saya berjanji kalau dengan begitu, kita akan pulih dalam waktu yang singkat. 

Terakhir, memulihkan jiwa yang terluka butuh kebenaran. Alkitab menuliskan kalau Yesus mengalami setiap penderitaan jiwa. Dia adalah Imam Besar yang Agung bagi kita semua. Tetapi kalau kita sendiri tidak tahu kebenaran akan Juruselamat, maka iblis dengan senang hati memberikan kita kebohongan demi kebohongan yang bisa mengintimidasi kita. 

Ketika jiwa kita sedang terluka, datang dan jadikanlah Allah sebagai tempat tinggal kita yang paling aman. 

Yesus adalah kekasih dan tabib bagi jiwa kita. Jiwa yang terluka membutuhkan waktu, tangis, dan kebenaran.

Hak Cipta © Agustus 2019 Daphne Delay, digunakan dengan izin. 


Ikuti Kami