Siapkah Kamu Bertarung Melawan Si Iblis Setiap Hari, Seperti Berkelahi di Atas Ring?
Kalangan Sendiri

Siapkah Kamu Bertarung Melawan Si Iblis Setiap Hari, Seperti Berkelahi di Atas Ring?

Lori Official Writer
      3260

1 Yohanes 5: 4

...sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.


Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 25; Filipi 2; 1 Raja-Raja 13-14

Kadang hidup kita seperti sebuah di atas ring tinju. Kadang kita pantas mendapatkannya dan kadang tidak. Tapi bagaimanapun kadang hal itu menyakitkan.

Akhir-akhir ini, atmosfer di sekitarku bergejolak dengan peperangan rohani. Aku melewatkan satu hal, lalu benggg sesuatu membenturku. Suatu kali aku merasa tak berdaya, tapi kemudian Yesus berbisik di telingaku, “Bangun. Jangan berhenti. Ayolah Rocky, berikan dia satu atau dua pukulan.”

Mungkin, yah, Dia tak mengatakannya persis seperti itu. Tapi yang Dia sampaikan adalah, “Jadilah kuat dan berani. Jangan menyerah, Aku berada di sisimu. Bangkitlah dan abaikan dirimu karena Aku sudah melatihmu untuk menjadi pemenang, bukan pecundang.”

Gak mudah menggulung lututku yang terbungkus, merangkak ke atas kaki yang lemah dan goyah, dan mengepalkan tinjuku yang memar dan berlumuran darah dalam berbagai mode pertahanan dan serangan musuh saat aku mundur. Setiap hari bel berbunyi dan kami maju untuk berkelahi.

Dengan tekad, aku mengayunkan pukulan sampai waktunya bergerak ke bagian sudut. Aku mendapat kesempatan singkat untuk mengatur napas, mengibaskan mulut dan membiarkan pelatih membalut luka dengan salep pengikat. Setelah aku mulai bangkit, Dia mengirim aku ke ring dengan energi baru dan menghadapi lawanku. Aku bertarung lagi. Sudah seperti itu sejak awal.

Saat aku pertama kali menerima panggilan Tuhan, aku berkata, “Tuhan aku di garis depan. Aku akan berperang untukMu.” Aku sangat antusias dan serius dengan setiap kata-kataku. Aku masih melakukannya.

Banyak yang sudah terjadi sejak saat itu. Imanku diuji melalui pencobaan, kesengsaraan, godaan dan penganiayaan. Kalau si iblis tidak mendapat serangan langsung, dia akan meninjuku di bagian ginjal atau menyerangkau dengan membabi buta dari bagian belakang. Bagaimana dia melakukannya? Dia menyerang keluarga dan teman-temanku, siapapun yang aku sayangi. Dia menantang orang-orang terdekat dan tahu persis dimana titik lemahku.

Strateginya sederhana. Dia mempelajari hidupku untuk menyerangku dengan efektif dari bagian depan. Dengan sembunyi-sembunyi, dengan taktis dan metodis, dia mendorongku ke bagian sudut. Sarung tangan, pukulan telanjang dan tangisan kesakitan. Tapi rencananya benar-benar salah. Dia salah menghitung kekuatan imanku.

Dalam keputusasaan yang melemahkan, aku berseru, “Tuhan, bagaimana caraMu menolongku dalam hal ini?” Suaranya yang kuat dan mantap mengingatkanku, “Aku tak akan pernah meninggalkanmu. Aku di sini dan Aku tak akan meninggalkanmu. Kamu tak akan kalah karena Aku tak terkalahkan. Pertempuran itu milikKu.”

Setelah itu, sebuah pukulan mengenai pipiku. Buuuukkkk. Lalu sebuah tinju melayang. Splat. Dan pukulanku mengenai bagian tengah. Whoosh. Percikan darah tercecer di lantai. Putaran demi putaran. Aku mulai lelah. Tapi aku tak menyesal atas pertempuran ini. Aku merasa terhormat, sangat rendah hati dan merasa menang. Bukan karena apapun yang aku lakukan. Tapi karena perang yang Tuhan lakukan atasku.

Meskipun hidup kadang terasa menyakitkan. Aku akan tetap memuji Dia. Aku tak akan menyerah. Sukacitanya adalah kekuatanku (Nehemia 8: 10). Inilah hidup di atas ring. Aku hidup untuk bertarung setiap hari.


Hak cipta Anita Angers-Brooks, digunakan dengan ijin.

Ikuti Kami