Filipi 2: 5-6
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak
menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan
Kita semua pernah merasa bersalah. Yang lain mungkin mengalami penyesalan yang lebih mendalam.
Kita mungkin memposting sesuatu ke Facebook atau Instagram
dan intens memperhatikan apakah banyak orang yang memberi tanda likes untuk
postingan kita. Atau berapa banyak orang yang akan suka dengan postingan itu? Apa komentar mereka? Atau berapa banyak jumlah share-nya?
Gak jauh beda dengan Twitter. Kita juga mungkin akan terus
menerus penasaran berapa banyak orang yang akan me-retweet postingan kita? Atau berapa banyak yang me-likes.
Tahukah kamu bahwa itu adalah tanda-tanda perilaku bodoh dan insecure yang kita alami tanpa sadar. Kadang
kamu juga gak nyaman dengan itu. Tapi tetap saja kamu melakukannya karena
tujuan kita sudah fokus tentang diri kita sendiri. “Apa orang lain menyukai aku?”
Sebagai orang Kristen, masalah adalah identitas kita itu
sebagai anak-anak Tuhan. Kita diciptakan menurut gambar Allah dan dikarunia Roh-nya.
Jadi tak pantas kalau kita masih merasa insecure dengan diri kita sendiri. Sayangnya, kita sudah jatuh
dalam jebakan itu berulang kali. Kita terus memposting, memeriksanya setiap waktu, menunggu, memeriksa lagi dan begitulah sampai waktu kita tersita.
Bayangkan, menurutmu kalau Yesus hidup di jaman ini, apakah Dia juga melakukan hal yang sama?
Jawabannya pasti TIDAK. Apakah hal ini gak lucu? Kita tahu persis jawabannya tapi kita malah melakukan hal yang berbeda.
Ketahuilah, Yesus tak peduli dengan seberapa banyak tanda likes yang kamu dapat di Facebook, Twitter atau Instagram.
Filipi 2: 5-7 berkata, “Hendaklah
kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga
dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap
kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan
telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”
Ayat ini jelas sekali menekankan kalau Yesus sama sekali gak
peduli dengan apa kata orang lain soaL Dia. Dia sama sekali tak menginginkan popularitas.
Lukas 19 mengisahkan tentang perjalanan Yesus mengunjungi
seorang pemungut cukai bernama Zakheus. Dia adalah seorang pemungut pajak.
Waktu orang-orang melihatnya, mereka semua mengeluh karena pekerjaan Zakheus membuatnya
berdosa. Tapi apakah Yesus peduli dengan apa kata orang-orang itu soal Zakheus? Tidak sama sekali!
Yesus malah menjawab mereka. Kata-Nya, “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang
inipun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan
yang hilang." (Lukas 19: 9-
1 )
Semua yang dikatakan Yesus punya maksud tertentu. Karena
itulah Yesus tak akan pernah peduli dengan berapa banyak Likes yang kamu dapat
di Facebook. Tujuannya dalam melakukan apa pun bukanlah untuk memenangkan kontes popularitas atau untuk mendapatkan teman baru.
Sebagai manusia, Yesus juga mengalami ketidakamanan. Ada banyak orang yang membencinya. Tapi Dia sama sekali gak goyah (Yohanes 12:27).
Facebook, Instagram atau Twitter memang bukan musuh. Sebaliknya,
dengan platform ini kita bisa dengan mudah berinteraksi dengan orang lain. Tapi
yang jadi masalah adalah waktu kita malah menjadikannya standar penilaian
tentang siapa kita dan tentang apa yang orang lain katakana tentang kita.
Bahkan media-media sosial ini jangan sampai menjadi tempat untuk kita mencari
popularitas atau reputasi yang dipandang keren oleh dunia.
Ingatlah, Yesus sudah lebih dulu "menyukai" kita dan Dialah satu-satunya tujuan yang kita inginkan.
Hak cipta Daphne Delay, digunakan dengan ijin.