Yohanes 19:26
“Ketika Yesus melihat Ibu-Nya dan
murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada Ibu-Nya: "Ibu,
inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah Ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.”
Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 137; 2 Korintus 10; 2 Samuel 1-2
Ibu. Sebuah nama yang membuat aku kebanjiran ingatan dan kenangan. Pengalaman dari sebuah sentuhan hangat dari seorang wanita yang mengobati luka saat kita terjatuh, kemudian mencium keningku, yang entah kenapa, membuat rasa sakit itu hilang dalam sekejap.
Ingatan akan sebuah senyum yang lebar dibarengi dengan tepukan meriah dari barisan bangku penonton nomor tiga, saat aku berperan sebagai sebuah pohon. Cerita yang disampaikan sebagai pengantar tidur, juga pada doa-doa yang aku pelajari tentang Tuhan sebagai Gembalaku.
Ada waktu dimana aku melihat Ibu membaca Alkitab lusuhnya, di hari-hari terakhir Ibu, saat ia menjalani berbagai perawatan. Di sana pula ia berbagi iman dan kesaksian pada pasien-pasien lain, yang membawanya menjadi berkat bagi banyak orang, meskipun kondisi tubuhnya sakit. Kini, Ibu sudah berada bersama dengan Tuhan. Namun, hidup dan cintanya tetap ada di dalam hatiku selamanya.
Ibu. Aku merasa mendapatkan berkat berlipat ganda, bahwa anakku kini mendapatkan salah satu diantaranya, seorang Ibu yang menjadikan anak sebagai pusat dunianya.
Ibu yang menjadi seorang panutan, yang menjadikan aku sebagai Ibu yang sangat mengasihi, mengajarkan, mengoreksi, berdoa, bermain, dan menempatkan fokus pada kesehatan, kekayaan, dan kebahagiaan bagi anak-anak.
Saat anaknya sedih karena harus memasuki bangku sekolah, Ibu mengantarkan anaknya dengan sedih dan hati yang berat. Jadi, untuk menghibur hati anaknya, juga ia sendiri, ia memberikan sebuah sarapan kesukaan untuk membangkitkan semangat di hari itu.
Ibu. Ada banyak Ibu yang luar biasa hadir dalam kehidupan kita. Mereka adalah orang-orang yang setiap setahun sekali kita berikan bunga dan berkata, "Selamat hari Ibu, Ibu!" Meskipun, sebenarnya, peringatan yang hanya terjadi setahun sekali tersebut tidak cukup untuk membalas setiap perbuatan yang mereka lakukan.
Ibu. Ada seorang Ibu yang sangat unik, sangat berharga, sehingga Bapa di surga memilihnya untuk menjadi Ibu dari Anak-Nya yang tunggal. Dia begitu percaya meskipun usianya masih tergolong muda. Ia tidak punya pengalaman, juga harta kekayaan. Namun, ia dipilih untuk menjadi Ibu dari Tuhan kita, Yesus Kristus.
Kita bisa saja berasumsi bahwa Yesus mendapatkan semua itu dari Allah, sebab Ia adalah Anak Allah. Tetapi, kita tidak boleh mengesampingkan bahwa Yesus juga adalah Anak Manusia. Sehingga kita juga harus menghormati Ibu-Nya, sebab sifat Allah yang ada pada Yesus juga tidak terlepas dari campur tangan IbuNya.
Ibu Yesus merupakan orang pertama yang mendorong Yesus dalam pelayananNya. Seperti yang kita ketahui, Yesus membuat mujizat pertama kali saat di Kana. Yohanes 2:1-11 menggambarkan bagaimana Yesus tidak siap untuk mengubah air menjadi anggur, sebab Dia mengatakan kalau waktunya belum tiba.
Yohanes 2:11 “Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.”
Seperti kita, Dia juga punya pengalaman yang luar biasa berama Ibu-Nya.
Bahkan saat Ia disalibkan, Yesus mengakui IbuNya (Yohanes 19:26).
Kasih dan pengabdian mereka satu sama lain tidak berhenti di kayu salib. Ketika Ibu Yesus berdoa bersama orang banyak di ruang atas pada hari Pantekosta, Ia memenuhi IbuNya dengan Roh Kudus, dan hubungan mereka terus berlanjut sampai hari ini. Ibu Yesus adalah contoh dari seorang Ibu yang luar biasa.
Jadi, hormati dan hargailah Ibumu. Sebab Ibu sangat layak untuk mendapatkannya.
Hak Cipta Gene Markland. Digunakan dengan izin.