Kisah Bagaimana Ketaatan Saat Mendengarkan Suara Tuhan Mengubah Kehidupan Jim
Kalangan Sendiri

Kisah Bagaimana Ketaatan Saat Mendengarkan Suara Tuhan Mengubah Kehidupan Jim

Naomii Simbolon Official Writer
      3706

Amsal 9:10

Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, dan mengenal Yang Maha Kudus adalah pengertian.

 

 

Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 122; 1 Korintus 11; 1 Samuel 10-11


Suatu malam, ketika aku mengeluh mengenai keadaan politik dan moralitas di negara kami yang begitu menjijikkan kepada orangtua saya pas makan bersama, Tuhan memberiku sebuah kesan dan impresi yang begitu kuat bahwa semua pembicaraan kami itu tidak penting.

Pembicaraan kami menjadi hal tak berarti ketika kesan itu semakin kuat.

Aku akhirnya menyela dan bertanya bagaimana kalau kita berdoa untuk negara kita, daripada harus membicarakan dan mengeluh soal ini?

Kedua orangtuaku selalu siap kalau di ajak untuk berdoa, akhirnya kami pun berdoa selama 30 menit untuk tentang berbagai hal di  dunia dengan gaya misionaris.

Setelah kami merasa puas, aku pun memutuskan untuk pulang ke rumahku. Aku memeluk kedua orangtuaku, dan berjalan ke mobil sambil mengambil kunci dari sakuku. Kemudian seperti sebuah peringatan yang ajaib, aku mendengar suara Tuhan dan berkata, "Pergilah ke Seven Eleven. Ada seseorang yang bernama Jim yang akan Aku ingin agar kamu ajak bicara."

Aku nggak mendengar suara itu dengan telingaku, tetapi aku mendengarNya dengan tubuhku.

Seluruh keberadaanku seakan seperti satelit yang bisa mendeteksi suara Tuhan.

Ketika aku membuka pintu mobilku, dan aku duduk sambil berkata, " Sungguh Tuhan? Seorang pria bernama Jim?" tanyaku sambil terkekeh.

"Baik, aku akan melakukannya. Mungkin harus melakukannya, dan nggak ada yang salah dari itu."

Nah, ketika aku keluar dari garasi, Tuhan terus menerus mengungkapkan banyak hal kepadaku.

Ketika aku masuk ke parkiran toko, aku merasakan bahwa ketika aku bertemu Jim, maka aku harus menawarkan harapan mengenai keuangannya dan menawarkan bantuan uang kepadanya.

Aku juga membuat gambaran secara visual dipikiranku sendiri, tentang gimana nanti aku ketemu dengan Jim. Aku membayangkan diriku keluar dari pintu dengan percaya diri, berjalan ke pintu toko, dan "puf!"  dan Jim ternyata penjaga kasir di toko. Sangat sederhana! Aku kayaknya nggak perlu mengambil resiko yang tinggi dan terlihat seperti orang bodoh karena Jim pasti akan memberi kartu namanya sendiri. Tetapi kenyataannya, semua imajinasiku itu adalah salah.

Ketika aku berjalan melewati pintu, ada seorang perempuan di konter dan hanya dia sendiri di toko itu. Jadi aku melakukan sesuatu seperti yang orang lain biasa lakukan. Aku kelilingi setiap lorong, sambil melihat-lihat makanan ringan yang padahal nggak ingin kubeli.

Setelah melewati lima lorong tanpa mengambil satu camilan apapun, aku pun berpikir," Mungkin gadis ini akan berpikir bahwa aku akan merampok tempat itu."

Akhirnya, aku menciptakan percakapan yang agak canggung tentang Yesus dan tampaknya berhasil. Dan setelah bercakap-cakap selama 10 menit, nggak satupun dari kami yang memiliki sesuatu untuk dibicarakan.

Jadi saya mulai membaca kandungan nutrisi Twinkies dan HoHo, "Ya Tuhan," bisikku," Aku akan pergi. Aku pasti melewatkan si Jim. Aku nggak ingin terlihat seperti orang aneh."

Begitu aku selesai berdoa dalam hati, seorang pria masuk. Tuhan berkata," Itu Jim. Pergi bertanya kepadanya dengan berani dan katakan, 'Namamu Jim, bukan?"

Aku pun taat. Dia nggak tanda pengenal. Dia nggak mengeluarkan ID-nya, tetapi entah kenapa aku tahu bahwa namanya adalah Jim.

Lalu, aku meletakkan Twinkies di raknya, dan pergi menepuk pundak pria itu sambil berkata,"Namamu Jim, bukan?"

Ekspresinya berubah dan dengan terkejut menjawab," Iya, bagaimana kamu tahu?"

Seperti kesemutan, rasanya merayap ke tulang belakangku, dan akupun berkata," Tuhan mengirim aku ke sini untuk menawarkanmu harapan mengenai keuanganmu."

Jim pun berkata, "Hmm, itu sangat lucu. Aku memang sedang mengalami kebangkrutan sekarang,"

Setelah aku menjelaskan bahwa Tuhan ingin berhubungan intim dengannya dan mengajarinya tentang keuangan, Jim berkata, "Aku seperti merasa ada listrik yang naik-turun di tulang belakangku."

Aku berkata," Itu Roh Kudus." Lalu, seperti bola lampu menyala di benakku, dan aku bertanya, "Apakah kamu seorang Kristen?"

Aku tahu aku mendapatkan perhatiannya dan aku juga nggak ingin kehilangan kesempatan itu. Dia bilang kalau dulu dia Kristen. Aku tidak dapat menahan rasa kecewa.

Ini adalah kesempatan bersaksi yang sempurna, dan saya menawarkan uang kepadanya, sayangnya dia tidak mau mengambilnya.

Dia mengatakan bahwa dia memiliki apa yang dia butuhkan, dalam hal (ini) merujuk kepada Tuhan.

Setelah kami selesai berbicara, dia mengucapkan terima kasih dan berkata dengan reflektif, "Sekarang aku tahu bahwa mukjizat benar-benar terjadi."

Ketika truk pick-upnya melaju pergi, aku tahu bahwa komentar terakhirnya sangat menendang. Bahwa di suatu tempat, di luaran sana, seorang pria bernama Jim percaya mukjizat.

Lain kali, kalau kamu tergoda untuk mengeluh perihal moralitas dan keadaan bangsamu, sebaiknya berdoalah. Solusi moral dan politik yang terpisah dari keintiman dengan Tuhan sama sekali nggak ada artinya.

"Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, dan mengenal Yang Maha Kudus adalah pengertian." (Amsal 9:10)

Mohonlah supaya Tuhan memalingkan hati orang-orang di negara kita ini kepadaNya. Kemudian dengarlah suaraNya dan taatlah. Dia mungkin meminta kamu untuk berdoa. Dia mungkin meminta kamu untuk memaafkan atau mungkin Dia meminta kamu untuk pergi dan bertemu dengan seorang pria bernama Jim.

Suara Tuhan adalah suara yang sangat lembut. Aku memang tidak bisa pergi dan mengubah dunia dalam sehari. Tetapi menurutku, hal seperti itu bisa mengubah hidup seseorang dan juga mengubah hidupku.

 

Ikuti Kami