Amsal
9:10
Permulaan
hikmat adalah takut akan Tuhan, dan mengenal Yang Maha Kudus adalah pengertian.
Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 122; 1 Korintus 11; 1 Samuel 10-11
Suatu malam, ketika aku mengeluh mengenai keadaan politik dan moralitas di
negara kami yang begitu menjijikkan kepada orangtua saya pas makan bersama,
Tuhan memberiku sebuah kesan dan impresi yang begitu kuat bahwa semua
pembicaraan kami itu tidak penting.
Pembicaraan kami menjadi hal
tak berarti ketika kesan itu semakin kuat.
Aku akhirnya menyela dan
bertanya bagaimana kalau kita berdoa untuk negara kita, daripada harus membicarakan
dan mengeluh soal ini?
Kedua orangtuaku selalu siap
kalau di ajak untuk berdoa, akhirnya kami pun berdoa selama 30 menit untuk tentang
berbagai hal di dunia dengan gaya
misionaris.
Setelah kami merasa puas, aku
pun memutuskan untuk pulang ke rumahku. Aku memeluk kedua orangtuaku, dan
berjalan ke mobil sambil mengambil kunci dari sakuku. Kemudian seperti sebuah
peringatan yang ajaib, aku mendengar suara Tuhan dan berkata, "Pergilah ke
Seven Eleven. Ada seseorang yang bernama Jim yang akan Aku ingin agar kamu ajak
bicara."
Aku nggak mendengar suara itu
dengan telingaku, tetapi aku mendengarNya dengan tubuhku.
Seluruh keberadaanku seakan
seperti satelit yang bisa mendeteksi suara Tuhan.
Ketika aku membuka pintu
mobilku, dan aku duduk sambil berkata, " Sungguh Tuhan? Seorang pria
bernama Jim?" tanyaku sambil terkekeh.
"Baik, aku akan melakukannya.
Mungkin harus melakukannya, dan nggak ada yang salah dari itu."
Nah, ketika aku keluar dari garasi,
Tuhan terus menerus mengungkapkan banyak hal kepadaku.
Ketika aku masuk ke parkiran
toko, aku merasakan bahwa ketika aku bertemu Jim, maka aku harus menawarkan
harapan mengenai keuangannya dan menawarkan bantuan uang kepadanya.
Aku juga membuat gambaran
secara visual dipikiranku sendiri, tentang gimana nanti aku ketemu dengan Jim.
Aku membayangkan diriku keluar dari pintu dengan percaya diri, berjalan ke pintu
toko, dan "puf!" dan Jim
ternyata penjaga kasir di toko. Sangat sederhana! Aku kayaknya nggak perlu
mengambil resiko yang tinggi dan terlihat seperti orang bodoh karena Jim pasti
akan memberi kartu namanya sendiri. Tetapi kenyataannya, semua imajinasiku itu
adalah salah.
Ketika aku berjalan melewati
pintu, ada seorang perempuan di konter dan hanya dia sendiri di toko itu. Jadi
aku melakukan sesuatu seperti yang orang lain biasa lakukan. Aku kelilingi
setiap lorong, sambil melihat-lihat makanan ringan yang padahal nggak ingin
kubeli.
Setelah melewati lima lorong
tanpa mengambil satu camilan apapun, aku pun berpikir," Mungkin gadis ini
akan berpikir bahwa aku akan merampok tempat itu."
Akhirnya, aku menciptakan
percakapan yang agak canggung tentang Yesus dan tampaknya berhasil. Dan setelah
bercakap-cakap selama 10 menit, nggak satupun dari kami yang memiliki sesuatu
untuk dibicarakan.
Jadi saya mulai membaca
kandungan nutrisi Twinkies dan HoHo, "Ya Tuhan," bisikku," Aku
akan pergi. Aku pasti melewatkan si Jim. Aku nggak ingin terlihat seperti orang
aneh."
Begitu aku selesai berdoa
dalam hati, seorang pria masuk. Tuhan berkata," Itu Jim. Pergi bertanya
kepadanya dengan berani dan katakan, 'Namamu Jim, bukan?"
Aku pun taat. Dia nggak tanda
pengenal. Dia nggak mengeluarkan ID-nya, tetapi entah kenapa aku tahu bahwa
namanya adalah Jim.
Lalu, aku meletakkan Twinkies
di raknya, dan pergi menepuk pundak pria itu sambil berkata,"Namamu Jim,
bukan?"
Ekspresinya berubah dan
dengan terkejut menjawab," Iya, bagaimana kamu tahu?"
Seperti kesemutan, rasanya
merayap ke tulang belakangku, dan akupun berkata," Tuhan mengirim aku ke
sini untuk menawarkanmu harapan mengenai keuanganmu."
Jim pun berkata, "Hmm,
itu sangat lucu. Aku memang sedang mengalami kebangkrutan sekarang,"
Setelah aku menjelaskan bahwa
Tuhan ingin berhubungan intim dengannya dan mengajarinya tentang keuangan, Jim
berkata, "Aku seperti merasa ada listrik yang naik-turun di tulang
belakangku."
Aku berkata," Itu Roh
Kudus." Lalu, seperti bola lampu menyala di benakku, dan aku bertanya,
"Apakah kamu seorang Kristen?"
Aku tahu aku mendapatkan
perhatiannya dan aku juga nggak ingin kehilangan kesempatan itu. Dia bilang kalau
dulu dia Kristen. Aku tidak dapat menahan rasa kecewa.
Ini adalah kesempatan
bersaksi yang sempurna, dan saya menawarkan uang kepadanya, sayangnya dia tidak
mau mengambilnya.
Dia mengatakan bahwa dia
memiliki apa yang dia butuhkan, dalam hal (ini) merujuk kepada Tuhan.
Setelah kami selesai
berbicara, dia mengucapkan terima kasih dan berkata dengan reflektif,
"Sekarang aku tahu bahwa mukjizat benar-benar terjadi."
Ketika truk pick-upnya melaju
pergi, aku tahu bahwa komentar terakhirnya sangat menendang. Bahwa di suatu
tempat, di luaran sana, seorang pria bernama Jim percaya mukjizat.
Lain kali, kalau kamu tergoda
untuk mengeluh perihal moralitas dan keadaan bangsamu, sebaiknya berdoalah.
Solusi moral dan politik yang terpisah dari keintiman dengan Tuhan sama sekali
nggak ada artinya.
"Permulaan hikmat adalah takut akan
Tuhan, dan mengenal Yang Maha Kudus adalah pengertian." (Amsal 9:10)
Mohonlah supaya Tuhan
memalingkan hati orang-orang di negara kita ini kepadaNya. Kemudian dengarlah
suaraNya dan taatlah. Dia mungkin meminta kamu untuk berdoa. Dia mungkin
meminta kamu untuk memaafkan atau mungkin Dia meminta kamu untuk pergi dan
bertemu dengan seorang pria bernama Jim.
Suara Tuhan adalah suara yang
sangat lembut. Aku memang tidak bisa pergi dan mengubah dunia dalam sehari.
Tetapi menurutku, hal seperti itu bisa mengubah hidup seseorang dan juga
mengubah hidupku.