Lukas 23: 43
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada
bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 133; 2 Korintus 6; 1 Tawarikh 1-2
“Kenapa aku di sini? Kenapa aku gak mati?” Kata-kata ibu terucap
melalui filter Alzheimer tingkat menengah yang membuatku ngeri. Bagaimana mungkin panggilan telepon malam itu berubah jadi mengerikan?
Ayah meninggal karena Alzheimer. Realitas pertempuran ibuku dengan penyakit yang sama dengan hasil akhir yang sama membuatku marah.
Itu adalah momen yang menentukan dalam hubungan kami. Aku membencinya.
Sebagai putri dan pengasuhnya, hubungan kami ditentukan oleh penyakit yang akan membunuhnya.
Dua tahun kemudian, seorang dokter di Unit Gawat Darurat (UGD)
menanyakan apakah aku mau menyadarkan ibuku. Bagaimana aku bisa melakukan ini? Aku
sudah berdoa selama berbulan-bulan supaya Tuhan Yesus membebaskannya dari
penderitaan ini. Tapi waktu aku memohon ke dokter untuk membiarkan ibuku pergi
dengan tenang, aku merasa ada pertengkaran di dalam batinku sendiri. Apakah dia akan pergi ke tempat yang lebih baik?
Seorang perawat mengantarkan aku ke ruangannya setelah
jantungnya mulai berdetak. Napasku sesak. Tapi aku berdiri di samping ibuku
yang cantik, menciumnya, memegang tangannya, memujinya, menangis dan mengucapkan selamat tinggal dengan air mata yang membasahi seprai rumah sakit.
“Pada hari
itu Aku akan mendirikan kembali pondok Daud yang telah roboh; Aku akan menutup
pecahan dindingnya, dan akan mendirikan kembali reruntuhannya; Aku akan membangunnya kembali seperti di zaman dahulu kala..” (Amos 9: 11)
Ibuku tak lagi merasakan sakit karena Alzheimer. Dia sudah pulih
total. Walaupun berpisah dengannnya memang membuat hidupku hancur. Aku bertanya, ‘Apakah Tuhan itu nyata? Apakah surga itu nyata?’
Tapi Tuhan selalu ada untukku. Saat aku mengetuk pintuNya, Dia
membiarkan aku masuk. Aku berubah secara radikal dari dalam ke luar. Yesus mengisi lubang rohani di hatiku dan dosa-dosaku diampuni.
Ibuku membuka pintu untuk Yesus masuk. Karena itu, aku sering
memberi tahu ibu, ‘Ketika Yesus datang untukmu, kamu tak perlu kuatir jika ingin pulang’.
Ibuku memang percaya Yesus. Tapi di satu sisi aku
membiarkannya meninggal dengan cara yang disengaja dan bertentangan dengan kepercayaanku.
Aku teringat dengan pencuri yang disalibkan dan Yesus berkata kepadanya, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Lukas 23: 43)
Dua puluh menit setelah ibuku meninggal, aku merasakan jari
telunjukkany berkedut dan melihat percikan putih menyembul dari ujung jarinya yang
mengirimkan gelombang listrik statis ke tanganku. Tidak ada kabel yang
menghubungkannya ke mesin apapun. Beberapa saat kemudian, ruangan itu terasa
kosong. Aku diam-diam memuji Sang Penciptaku atas kesetiaan-Nya di saat-saat yang menentukan.
Saat-saat menentukan itu membawaku pada satu keyakinan bahwa Tuhan dan Surga itu nyata.
Tuhan tidak harus memberi aku momen-momen yang menentukan. Tapi
Dia menawarkannya sebagai hadiah kasih-Nya. Kalau aku berani mempercayai kasih-Nya
dan percaya kalau kerajaan-Nya datang dan kehendak-Nya terjadi, Dia akan menunjukkan
kepadaku kasih karunia di hadirat-Nya. Dia adalah Maha Pengasih. Dia sudah berjanji dan Dia memberikannya.
Sama seperti saat Tuhan memulihkan Rumah Daud, Dia juga mengembalikan
kepada imanku. Aku percaya Roh Tuhan mengantarkan anak-anak-nya secara pribadi ke dalam kemuliaan-Nya.
Hak cipta Cheryl
Crofoot Knapp. Digunakan dengan izin.