Waspadai Rasa Khawatir, Bisa Jadi Itu Hanya Datang Dari Ketakutan Kita
Kalangan Sendiri

Waspadai Rasa Khawatir, Bisa Jadi Itu Hanya Datang Dari Ketakutan Kita

Inta Official Writer
      3717

Matius 6:27

"Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?"

 

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 15; Matius 15; Kejadian 29-30

Dalam menjalani kehidupan ini, ada kekhawatiran kecil yang bisa meledak dengan cepat, sehingga perasaan tersebut kemudian menjadi sebuah kenyataan. Hal ini pernah saya alami sendiri.

Pada suatu malam, saya dan keluarga melihat ada beberapa mobil polisi yang sedang berpatroli di sekitar lingkungan rumah kami. Kami berpikir kalau mereka sedang mencari sesuatu atau seseorang. Karena rumah kami tidak terlalu jauh dari penjara, tentu saja pemikiran tersebut sangat mungkin terjadi, bukan?

Saat sedang bersiap untuk tidur, saya melewati jendela dan melihat keluar. Ada sedikit cahaya yang timbul di sekitar garasi rumah kami. Hal ini sangat tidak biasa. Karena penasaran, saya mendekati jendela, sementara jantung saya berdegup semakin kencang. Semakin diperhatikan, saya melihat ada sesosok pria yang mencurigakan berdiri di balik cahaya tersebut.

Berkali-kali saya memastikan kalau sosok pria itu sungguh ada di dekat garasi itu. Saat saya memperhatikannya, sungguh jelas sekali kalau pria itu kemudian mengarahkan pandangannya pada saya. Saya terkejut dan langsung berlari menuju kamar ayah dan ibu.

"Bu, "ucap saya perlahan, berusaha agar ayah tidak terbangun. "Saya rasa ada seorang pria yang mencurigakan berdiri di samping garasi. Maukah ibu mengeceknya?"

Kami mengendap-endap melangkah menuju jendela. Sementara ibu mengecek, saya terus mendorongnya untuk segera menelepon polisi.

"Perlukah aku membangunkan ayah?" Ucapku dengan nada yang gemetar.

Tanpa menunggu jawaban dari ibu, saya langsung menghampiri ayah dan membangunkannya. Menjelaskan situasi yang sedang terjadi. Kini, ada aku, ibu dan ayah yang sedang memperhatikan sosok yang ada di dekat garasi itu.

"Dimana katamu melihat sosok pria tadi? Aku yakin kalau ada ilalang besar pada sisi tersebut," terang ayah sambil sesekali matanya mengarah ke luar jendela.

"Bukan kok. Aku lihat sendiri. Bahkan pria tadi melihat kearahku," kataku meyakinkan ayah.

Tanpa berkata banyak, ayah langsung mengambil senter dan berjalan turun untuk mengeceknya langsung, sementara aku dan ibu menunggu di kamar atas.

Sekitar 10 menit pergi menuju garasi, ia akhirnya menghampiri kami berdua.

"Lalu?" Tanyaku penasaran.

"Ya cuma ilalang."

Saya terdiam. Malu. Kok bisa-bisanya saya hampir menelepon polisi hanya karena melihat bayangan ilalang yang mirip dengan seorang pria?

Karena malu, saya kemudian berkata, "Ilalangnya sungguh mengerikan."

Saya bisa melihat kalau ayah saya terkejut dengan jawaban tersebut. Saya berpikir, apakah mungkin ayah marah karena saya telah membangunkannya tengah malam begini? Atau ayah sedang berpikir bahwa saya sungguh ceroboh? Pikiran saya tersebut kemudian buyar oleh senyuman yang terpajang diwajahnya.

Kita semua melakukan hal yang sama dalam kehidupan ini. Seperti halnya saya yang berlari menuju ayah dengan rasa takut dan cemas, kita juga punya kesempatan yang sama untuk berlari pada Bapa di surga dan mengadu padaNya.

Namun, dalam sejenak saya berpikir, seberapa sering kita berlari menuju Bapa untuk melaporkan kalau ada ilalang yang hadir dalam kehidupan kita? Berapa kali kita tertipu oleh sosok yang kita kira mengerikan, padahal hanya ilalang?

Matius 6:30, "Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?"

Semakin berlama-lama kita berada dalam rasa khawatir, semakin besar pula kalau khawatir tersebut akan menjadi kenyataan. Cara terbaik untuk menghentikannya adalah dengan menyadari untuk segera menyingkirkannya sebelum menjadikan hal tersebut semakin besar dan mengganggu kehidupan kita.

Saya juga membayangkan kalau Tuhan mungkin akan berkata demikian pada khawatir kita, "Lihat, kan. Saya sudah bilang. Ini hanya sekedar rasa takut."

Dengan mataNya yang berbinar, "Tetapi itu adalah rasa khawatir yang menakutkan.”

Kita bisa membawa segala khawatir pada kaki Tuhan, kita bisa menaruhnya tanpa rasa takut atau penghakiman.

Ketika membawa rasa khawatir itu pada terang Kristus, justru kita mendapati kalau ternyata rasa khawatir tersebut hanyalah bayangan ilalang yang tidak menakutkan sama sekali.

 

Hak Cipta © Elizabeth Veldbloom, digunakan dengan izin.

Ikuti Kami