Pusing Karena Persiapan Natal Kacau Balau? Pandanglah Natal Sebagai Kekacauan yang Indah
Kalangan Sendiri

Pusing Karena Persiapan Natal Kacau Balau? Pandanglah Natal Sebagai Kekacauan yang Indah

Lori Official Writer
      3308

Matius 1: 23

"Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" --yang berarti: Allah menyertai kita.


Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu22[/kitab]; [kitab]IKori13[/kitab]; [kitab]0Ayub22-24[/kitab]

Di suatu sore di bulan Desember, aku begitu bersemangat menyeret kotak demi kotak dari tangga loteng kami. Dua anak bungsuku pun datang dan mulai membongkar karton itu untuk melihat isinya. Sebelum meninggalkan ruangan untuk melakukan tugas lain yang mendesak, aku meminta mereka supaya tetap di sana dan jangan mengeluarkan apapun dari dalam kotak itu sebelum ku perintahkan. Aku berencana untuk memangkas pohon dan menghias rumah dengan rapi dan tertata, sedikit demi sedikit.

Tapi anak-anakku justru punya rencana lain. Waktu aku kembali ke ruangan keluarga beberapa menit kemudian, semua kotak sudah terbuka dan sebagian besar isinya sudah berserakan di karpet. Ruangan itu pun seketika berubah seperti pohon Natal yang meledak.

“Lihat semua kekacauan ini!” teriakku.

“Ya, tapi Bu, ini luar biasa bukan?” jawab anakputriku yang berusia 5 tahun dengan bersemangat. “Ini adalah kekacauan Natal!” lanjutnya.

Aku pun menatap mata putriku yang penuh dengan keajaiban dan memikirkan kembali Natal yang pertama. Dulu, Natal pertama di kota Betlehem itu pasti kacau sekali karena dipenuhi orang-orang yang berdatangan untuk mendaftar sensus. Yusuf dan Maria tentu saja merasa kacau karena mereka kehabisan penginapan. Sampai akhirnya, Maria harus melahirkan di tempat yang tak layak. Ini tentu saja terdengar sangat kacau!

Tapi di tengah kekacauan ini, sebuah rencana yang sudah lama terdengar mulai terwujud. Tuhan melihat dunia kacau balau karena dosa dan yang dibutuhkan hanyalah seorang Mesias. Allah sang Pencipta sendiri secara fisik datang ke dunia kita melalui kelahiran adikodrati seorang bayi mungil di sebuah kandang domba. Keajaiban Natal pun terjadi, nubuatan itu tergenapi.

Dua ribu tahun berlalu setelah kelahiran Yesus, tapi dunia tidak benar-benar berubah. Masih banyak kekacauan. Kita menyebabkan penderitaan bagi orang lain dan kita menderita karena orang lain. Kita mencari pemenuhan dengan segala cara.

Aku bersyukur bayi yang lahir di palungan itu tumbuh, menjalani hidup tanpa dosa, dan bahkan sukarela mati untuk membayar dosa-dosa dunia. Kemudian bangkit kembali dan naik ke rumah Surgawi-Nya dimana Dia mempersiapkan tempat bagi orang-orang percaya yang menerima-Nya.

Aku pun baru menyadari bahwa Natal tidak bicara soal pohon yang dihiasi dengan indah atau rumah yang bersih tanpa noda. Kita bukan sedang jadi tuan rumah atau sedang membuat acara makan malam yang sempurna. Ini bukan soal menerima hadiah yang sempurna. Tapi kita bisa mengalami Natal ketika kita melewati segala kekacauan dalam hidup kita, memandang bayi kecil di palungan dan mengenali Dia sebagai pribadi yang ‘dinanti’ sejak ratusan tahun sebelumnya oleh nabi Yesaya (Yesaya 7: 14).

Jadi, di sore itu pun aku menyaksikan anak-anakku duduk di lautan pita kusut dan berbagai dekorasi Natal lainnya yang berserak di sekitarnya. Terlepas dari kekacauan itu, aku harus mengakui bahwa apa yang diucapkan putriku benar. “Ya, kekacauan itu memang indah!”


Jangan pernah menuntut Natal yang sempurna, Karena Yesus sendiri lahir untuk membereskan kekacauan di tengah dunia

Ikuti Kami