Yohanes 14: 18
Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu.
Aku datang kembali kepadamu.
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu19[/kitab]; [kitab]Kisah2[/kitab]; [kitab]0Ayub15-17[/kitab]
Dalam waktu
delapan bulan, ibu mertua dan ibuku meninggal dunia. Meskipun mereka bisa
bertahan hidup sampai usia 90-an tahun, mereka akhirnya menyerah pada penyakit dalam
kelemahan fisik. Ayahku meninggal beberapa tahun yang lalu, tapi kehilangannya membuat
ibu diliputi kesedihan sepanjang sisa hidupnya. Sekarang, kehilangan kedua orangtua
duniawi kami juga menimbulkan kesedihan dan perasaan sebagai anak yatim piatu di hati kami. Aku dan suamiku merasakan hal itu.
Setelah kepergian
orangtua kami, kami harus membersihkan dua rumah yang sudah kosong. Mengumpulkan
semua harta benda yang tertinggal selama bertahun-tahun, surat-surat lama dan foto-foto
kuno yang mengingatkan kembali kenangan. Ada rasa sedih tapi juga disertai dengan
tawa dan air mata. Tak ada saudara kandung yang bisa dikenang, yang bisa membagi
semua warisan yang ditinggalkan atau berbagi kesedihan. Kami hanya punya satu
sama lain dan juga anak-anak. Tak lagi ada ikutan hubungan dengan keluarga lain. Semuanya hanya tinggal kenangan.
Mungkin
perasaan serupa juga dialami murid-murid Yesus saat mereka ditinggalkan. Mereka
mungkin meringkuk di balik pintu setelah kematian-Nya. Mereka takut pada apa yang
akan terjadi selanjutnya. Apakah mereka akan ditangkap dan dihukum juga? Meskipun
Yesus mencoba menyampaikan penderitaan yang dialami-Nya di hari-hari terakhir pelayanan-Nya,
tapi mereka sama sekali belum siap dengan kepergian Yesus. Mereka diliputi perasaan kesedihan karena ditinggalkan.
Kita semua kadang
merasa ditinggalkan. Saat masalah kesehatan, kehilangan pekerjaan, krisis keuangan
dan masalah hubungan yang semakin kacau, kita suka bertanya kenapa Tuhan tidak membereskannya?
Perasaan kehilangan dan diabaikan nampaknya jadi perhatian yang menarik di masa-masa
Natal ini. Kita bisa melihat orang-orang bisa tersenyum bahagia dan menikmati musim
Natal. Sementara kita hanya bisa menyaksikannya dari kejauhan yang sepi. Tapi seringnya,
perasaan sedih dan kehilangan itu bisa muncul karena kita diliputi oleh
kenangan-kenangan masa kecil yang menyakitkan atau kondisi hubungan yang sedang
bermasalah atau persoalan-persoalan hidup yang berat. Kita lupa Tuhan masih bersama
kita. Dia tidak pergi! Roh Kudus hidup di dalam kita dan Dia berjanji akan menghibur dan menasihati kita.
Aku dan
suamiku memilih untuk melangkah ke fase kehidupan yang baru. Kami merefleksikan
kehidupan ke masa-masa sebelumnya dan menyaksikan bagaimana Tuhan menopang
keluarga kami melalui beragam kesulitan keuangan, sakit penyakit, peperangan dan
masa-masa berduka dan kehilangan. Kami bukan orang pertama yang mengalami kesedihan
dan ketidakpastian. Sama seperti Tuhan membimbing orangtua kami, Dia juga akan memimpin
dan melindungi kami. Dia adalah penghibur, pembantu, dan sahabat. Yang terpenting,
Dia adalah Bapa. Setelah diadopsi sebagai anggota keluarga Tuhan, kita bukan lagi anak yatim.
Saat waktu
yang ditentukan akan tiba, Allah Bapa akan mengutus anak-Nya, datang ke dunia
dan lahir di bawah hukum Taurat, untuk menebus kita yang hidup di bawah hukum Taurat. Supaya kita bisa diangkat sebagai anak perempuan-Nya (Galatia 4: 4-6).
Dan
penantian itu sudah digenapiNya lebih dari 2000 tahun yang lalu. Allah mengutus
Yesus untuk tinggal di tengah-tengah kita dan datang untuk menyelamatkan mereka
yang terhilang, yatim piatu dan kehilangan harapan. Dia adalah Tuhan yang diperhadapkan
dnegan godaan, penganiayaan, penderitaan, dan kesedihan. Tapi Dia berjanji untuk
tidak pernah meninggalkan kita. Kehadiran-nya adalah harapan bagi kita sepanjang
musim dan tahun ini.
Kiranya TUHAN, Allah kita, menyertai kita sebagaimana
Ia telah menyertai nenek moyang kita, janganlah Ia meninggalkan kita dan
janganlah Ia membuangkan kita… (Raja-raja 8: 57)