1 Korintus 15: 10
Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah
sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku
tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka
semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu130[/kitab]; [kitab]Yohan7[/kitab]; [kitab]Yerem37-38[/kitab]
Ada orang yang
berhasrat jadi dokter gigi. Tapi ternyata tangannya nggak ahli menggunakan peralatan gigi yang biasa dipakai seorang dokter gigi.
Ada yang pengen
sekali jadi tukang, tapi dia justru nggak punya kecakapan saat menancapkan
paku. Ada juga yang tahu banyak soal olahraga tapi nyatanya nggak punya kemampuan jadi seorang olahragawan.
Ada banyak orang
yang tahu soal teknik bernyanyi, tahu banyak soal seni dan banyak hal lainnya.Tapi
sayang mereka justru nggak pernah bisa berhasil jadi apa yang mereka mau karena keterbatasan kemampuan alamiah yang ada di dalam diri mereka.
Sama halnya
seperti hukum yang diberikan Allah melalui Musa. Secara isi hukum itu memang keren.
Tapi sayangnya, mereka yang diwajibkan menaati hukum itu justru menjalankannya dengan penuh perasaan frustrasi dan tertekan.
Di 1
Korintus 7: 18, Paulus bahkan mengungkapkan ketidakberdayaannya melakukan hal yang
baik. Dia mengaku punya hasrat untuk memuliakan Tuhan, tapi nyatanya dia sama
sekali nggak punya bakat seni. Dia mau menyanyikan melodi-melodi pujian, tapi dia
sama sekali buta nada dan nggak bisa memainkan lagu. Dia mau mencetak gol dalam
pertarungan, tapi dia sama sekali nggak punya keterampilan dalam hal itu. Dia sama sekali nggak bisa mewujudkan hasrat itu secara nyata.
Yesus juga adalah
seorang pemberi hukum yaitu hukum perjanjian baru. Bedanya dengan Musa adalah Yesus
sendiri menganugerahkan kasih karunia. Di dalam Dia ada kebenaran yang dipenuhi
dengan kasih karunia. Sumber inilah yang memampukan kita untuk melekat kuat di dalam Tuhan.
Di dalam
buku Max Lucado, In The Grip of Grace,
dituliskan tentang janji perdamaian hubungan antara manusia dengan Tuhan. Janji
itu digenapi dengan kasih karunia yang dianugerahkan Yesus. Karena itulah orang percaya mengejar Allah, menantikan Dia dengan setia dan penuh kasih.
Kasih
karunia inilah yang kita analogikan sebagai pedang kebenaran yang memampukan kita
dalam pertempuran. Pedang ini memberi kita kekuatan dan keterampilan untuk menggunakan kebenaran dengan baik di tengah pertempuran hidup.
Saat kita mendengar
khotbah, membaca Alkitab, atau membaca buku tentang prinsip-prinsip alkitab, kita
bisa memahami kebenaran yang kita terima dan mulai menghidupinya. Kita nggak perlu frustrasi karena tertekan dengan aturan.
Dalam 1
Korintus 15: 10, Paulus mengungkapkan betapa pentingnya kasih karunia Tuhan atas
transformasi hidupnya dari yang jahat jadi pribadi yang benar-benar mengasihi Yesus.
“Dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya
kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada
mereka semua…”
Ya, kasih karunia Tuhan lah yang memampukan kita bisa melekat kuat pada panggilan dan tujuan-Nya. KAsih karunia juga memampukan kita untuk mengerjakan-Nya dengan tuntas. Dan yang paling penting, bahwa kasih karunia Tuhan bisa menolong kita lepas dari setiap kebohongan si iblis.
Manusia itu makhluk terbatas, kita hanya mampu
disempurnakan oleh karena kasih karunia