Tujuan dari Berpuasa
Kalangan Sendiri

Tujuan dari Berpuasa

Budhi Marpaung Official Writer
      5882
Yeremia 29:11

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]mazmu10[/kitab]; [kitab]matiu10[/kitab]; [kitab]kejad19-20[/kitab]

Suara rengekan seakan tidak mau untuk diberhentikan. Saya pun terbangun pada pukul 5:15 dan diri saya yang mengantuk berangsur-angsur tersadar akan lingkungan sekitar saya. Matahari bahkan belum menunjukkan sinarnya, anjing dachshund Macie saya yang bermata coklat cerah sudah memohon untuk diberikan makanan paginya.

Tentu saja, ini adalah alasan tepat membawanya hari ini ke dokter hewan untuk pengujian. Bagaimana tidak, meskipun nutrisi yang diberikan kepadanya lengkap, daschund Macie saya mudah sekali lapar. Saya telah menjadwalkan untuk tes yang akan mengukur kadar darahnya di dokter hewan sepanjang hari ini. Bagian terburuk adalah bahwa salah satu syarat untuk mengikuti tes tersebut adalah anjing saya perlu berpuasa. Sementara saya masih mengantuk menyiapkan kopi saya, dia terus memohon dan merengek untuk makanan pagi. Namun, usahanya tetaplah tidak berhasil. Dia tidak mengerti mengapa tuannya, yang dia paling dipercaya olehnya, menolak untuk memberinya makan. Bahkan saat saya berbicara dengannya tentang dilema yang ada di diri saya, saya tahu dia tidak dapat memahami kata-kata saya.

Dalam kehidupan Kristen, berapa kali kita gagal untuk memahami apa yang Tuhan lakukan? Kita melihat-Nya bekerja dan mungkin mendengar Dia samar-samar berbicara kepada kita. Kita seringkali justru kehilangan apa yang coba Dia ingin beritahukan kepada kita. Banyak kali menyembunyikan hal-hal baik, dan itu rasanya Tuhan memaksa kita untuk segera berpuasa. Sayangnya, reaksi pertama kita adalah kuatir.

Matius 6:25 mengingatkan kita pada kata-kata Yesus: “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?” Ketika kita kuatir, kita gagal untuk memercayai Tuhan, Sang Guru, untuk memenuhi kebutuhan kita.

Apa yang anjing Macie saya tidak tahu adalah bahwa saya menundukkan dirinya dengan puasa dan pengujian adalah untuk mendiagnosa sesuatu yang tidak beres di dalam tubuhnya. Dia telah menunjukkan tanda-tanda dan gejala dari penyakit tiroid yang dikenal sebagai penyakit Cushing selama berbulan-bulan. Saya mengejar diadakan pengujian sehingga, dengan bantuan dokter hewan, saya bisa membantunya menyembuhkan. Pada akhirnya, saya ingin dia hidup sepenuhnya, hidup bahagia untuk selama mungkin.

Tuhan mengizinkan cobaan dan lembah-lembah di dalam kehidupan kita karena berbagai alasan. Sama seperti gejala dalam tubuh Macie, kita memiliki area dalam hidup yang bisa membuat kita sakit secara rohani. Kita bisa memiliki "gejala" kesombongan, ketidaksetiaan, sikap buruk, atau hati tanpa belas kasihan. Tuhan memungkinkan masa kesulitan karena Dia mengasihi kita. Keinginan terbesar-Nya adalah kita hidup sepenuhnya dan benar-benar di dalam Dia.

Dalam Yohanes 10:10, Yesus berkata, "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."

Dalam Yeremia 29:11, rencana Allah bagi kita adalah jelas: "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."

Pada akhir hari yang panjang di klinik hewan, saya menunggu penuh harap pintu terbuka dan melihat karyawan yang ada di sana membawa Macie kepada saya. Meskipun saya bertanggung jawab atas kelelahan yang dirasakan, dia berlari ke arah saya, menggoyang-goyangkan ekornya, dan melompat ke dalam pelukan saya. Kegembiraan yang dia tunjukkan kepada saya pada hari itu adalah seperti sukacita yang kita alami pada akhir ujian yang kita hadapi dalam kehidupan kita. Kemuliaan Allah dinyatakan, saat kita merayakan dengan-Nya perjalanan yang kita telah lalui. Dan ketika Dia berdiri untuk menyambut kita dengan tangan terbuka, kita menyadari bahwa Sang Guru Kita mengetahui yang Dia lakukan selama ini.

 

Meskipun Tidak Mengerti Apa yang Sedang Dilakukan Tuhan di Dalam Kehidupan Kita, Percayalah itu adalah Pasti untuk Kebaikan Kita.

Ikuti Kami