Awas Hati-hati! Jangan Menjadi Hamba Uang
Kalangan Sendiri

Awas Hati-hati! Jangan Menjadi Hamba Uang

Naomi Irmadiana Contributor
      3140

Ibrani 13:5

Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.

 

Bacaan setahun : Mazmur 133; Yohanes 10; Yeremia 43-44

Penulis kitab Ibrani khususnya di ayat 5 ini memberikan pesan supaya para pembacanya menjauhi dosa akan cinta uang, setelah sebelumnya di ayat 4 membahas mengenai peringatan kedursilaan. Sebenarnya dalam tulisan Paulus, keserakahan dan kedursilaan terkait erat. Kecintaan kepada uang biasanya akan membuka peluang untuk masuk dalam dosa-dosa lainnya.

Manusia yang menghambakan dirinya pada uang akan menjadi serakah. Keserakahan sama saja seperti menyembah berhala. Dalam Alkitab, salah satunya di 1 Timotius 6:9-10 yang menyebutkan akar dari segala kejahatan adalah cinta uangUang memang penting, tapi bukan segalanya. Uang tidak berdosa, tetapi sikap manusia yang menghambakan diri kepada uang adalah dosa yang mampu mendatangkan murka Allah.

Yesus sendiri sebenarnya mengajarkan agar kita hidup secukupnya. Dalam Matius 6:11 – Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya, menandakan bahwa kita seharusnya belajar mengucap syukur dengan seberapa besar pun berkat yang kita terima. Mencukupkan diri pada apa yang kita punya merupakan sikap mensyukuri dan menghargai pemberian Allah. Inilah sikap yang harus kita miliki sebagai orang yang percaya kepada Allah. Tidak penting seberapa banyak berkat yang Tuhan berikankita harus mampu mengelolanya dengan sikap penuh syukur, benar dan bertanggungjawab di hadapan Tuhan, itulah yang penting.

Menghambakan diri kepada uang adalah salah satu wujud kita menolak dan menyangkal pemeliharaan Allah. Ini menandakan kita tidak percaya bahwa Allah sanggup memelihara kita. Dan sebaliknya, mencukupkan diri dengan apa yang ada adalah gambaran orang percaya, karena kita memercayakan hidup kita kepada pemeliharaan Allah.

Karena Allah setia pada janji-Nya, kita seharusnya percaya bahwa Dia mampu memelihara kita dengan cara-Nya. Kita tidak perlu mengajari Tuhan untuk memenuhi segala kebutuhan kita, karena Dia tahu cara terbaik untuk memelihara kehidupan kita.

Tugas utama kita sekarang adalah hidup taat kepada perintah-Nya, setia melayani-Nya, dan mempercayakan kehidupan kita sepenuhnya pada kedaulatan Tuhan. Apakah Anda sudah siap?

Ikuti Kami