Berikan Masa Lalumu Yang Kelam Pada Yesus, Sehingga Diubahkan Menjadi KaryaNya yang Indah
Kalangan Sendiri

Berikan Masa Lalumu Yang Kelam Pada Yesus, Sehingga Diubahkan Menjadi KaryaNya yang Indah

Inta Official Writer
      3624

Roma 8:31

"Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?"

Bacaan Alkitab setahun: Amsal 29; Kolose 2; 2 Tawarikh 16-17

Pelecehan? Alkohol? Bullying (perundungan:red)? Apakah kita percaya kalau Tuhan nggak bisa menggunakan masa lalu tersebut sebagai karyaNya yang indah? Coba pikirkan.

Saat masih di sekolah seminari dulu, saya takjub dengan sebuah kisah seorang misionaris bernama Mary Slessor yang digunakan Tuhan untuk menyelamatkan kehidupan bayi-bayi terlantar di hutan-hutan Afrika.

Bukan soal misi atau ketertarikannya yang menggelitik saya, melainkan perjalanannya saat masa kanak-kanak dulu. Ia punya masa lalu yang sangat menyakitkan, dimana ini merupakan cara Tuhan mempersiapkan dia untuk sebuah panggilan yang luar biasa dalam kehidupannya.

Sejak awal, Mary memang memutuskan untuk memberikan seluruh masa lalunya yang berantakan kepada Tuhan.

Mary dibesarkan di sebuah daerah kumuh di Skotlandia, di sebuah rumah sangat berkekurangan dengan lingkungan yang keras. Sejak kecil, dia sering menyaksikan ibunya dipukuli oleh ayahnya yang merupakan pecandu minuman keras. Ketika Mary baru berusia tujuh tahun, dia mulai berani mengejek ayahnya yang baru saja pulang bekerja sebagai upaya agar ayahnya tidak memarahi ibunya.

Hal ini dilakukan agar ayahnya kelelahan saat mengejar Mary kecil melewati lorong-lorong perkampungan. Kadang ia berhasil ditangkap oleh ayahnya, tapi ada pula waktu dimana ia berhasil lolos dari kejaran ayahnya tersebut.

Ketika usianya menginjak 11 tahun, Mary dikirim untuk bekerja di sebuah pabrik lokal dan sekolah selama 12 jam sehari. Disela-sela waktu luang, ia menggunakan waktunya yang sangat berharga tersebut untuk memulai kelas Alkitab untuk anak-anak jalanan di lingkungannya yang miskin.

Namun, ada saja orang yang mengganggu dan melontarkan ancaman padanya dan teman-teman sekelasnya. Badan Mary memang sangat kecil, juga masih sangat muda. Tetapi dia selalu berani untuk berdiri dan melindungi teman-temannya dari pengganggu tersebut.

Di usianya yang ke 20, Mary mengagumi karya misionaris David Livingstone dan ingin mengikuti jejaknya. Dia menaruh hati ke Afrika, saat tidak ada satu orang pun wanita lajang yang mau masuk ke dalam ladang misi.

Setibanya ia di Afrika, Mary menemukan ratusan bayi kembar yang terbunuh atau dibuang oleh ibu mereka, karena penduduk setempat percaya bahwa anak kembar itu adalah utusan iblis.

Karena hatinya yang penuh dengan belas kasih dan kebenaran firman Tuhan,  Mary mulai menyelamatkan anak-anak, merawat para wanita, dan mengenalkan kasih Tuhan kepada penduduk setempat.

Pengalamannya bertahun-tahun dalam pelecehan, sering diganggu oleh orang asing, juga ancaman ternyata dipakai oleh Tuhan untuk mempersiapkan dirinya agar bisa menghadapi para pemimpin Afrika dengan cara yang mengesankan. Penuh kasih, bahkan ia mendapatkan rasa hormat juga kebebasan untuk bisa melayani wanita dan anak-anak di sana.

Apakah ada sesuatu di masa lalu yang kita yakini dapat menghambat Tuhan sehingga Dia tidak bisa melakukan pekerjaanNya yang ajaib dalam kehidupan kita ini? Bagaimana kalau mulai sekarang, kita menyerahkan pengalaman tersebut dan membiarkan Tuhan menggunakan hal tersebut sebagai jalan untuk bisa menjangkau orang lain dan memberitakan Amanat Agung dari Kristus?

Masing-masing dari kita, dengan semua kemenangan dan kegagalan kita, juga sukacita dan hati yang hancur, ada bekas luka dan semuanya, kita telah diberikan kesempatan untuk menjadikan dunia ini berbeda.

Jangan remehkan apa yang dapat Tuhan lakukan dalam kehidupan kita hanya dengan berserah kepadaNya. Berikan kepada Tuhan semua hal yang menyakitkan tersebut, sehingga kita bisa tahu, kapan waktu yang tepat saat Tuhan memakai kita sebagai karyaNya yang indah.

Roma 8:31-39

“Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?

Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?

Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?

Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?

Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?

Seperti ada tertulis:

"Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari,

kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."

Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.

Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,

atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”

Hak Cipta © 2014, Shadia Hrichi. Digunakan dengan izin.

 

Ikuti Kami