1 Yohanes 5: 4
...sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.
Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 25; Filipi 2; 1 Raja-Raja 13-14
Kadang hidup kita seperti sebuah di atas ring tinju. Kadang
kita pantas mendapatkannya dan kadang tidak. Tapi bagaimanapun kadang hal itu menyakitkan.
Akhir-akhir ini, atmosfer di sekitarku bergejolak dengan peperangan
rohani. Aku melewatkan satu hal, lalu benggg
sesuatu membenturku. Suatu kali aku merasa tak berdaya, tapi kemudian Yesus
berbisik di telingaku, “Bangun. Jangan berhenti. Ayolah Rocky, berikan dia satu atau dua pukulan.”
Mungkin, yah, Dia tak mengatakannya persis seperti itu. Tapi
yang Dia sampaikan adalah, “Jadilah kuat dan berani. Jangan menyerah, Aku berada
di sisimu. Bangkitlah dan abaikan dirimu karena Aku sudah melatihmu untuk menjadi pemenang, bukan pecundang.”
Gak mudah menggulung lututku yang terbungkus, merangkak ke
atas kaki yang lemah dan goyah, dan mengepalkan tinjuku yang memar dan berlumuran
darah dalam berbagai mode pertahanan dan serangan musuh saat aku mundur. Setiap hari bel berbunyi dan kami maju untuk berkelahi.
Dengan tekad, aku mengayunkan pukulan sampai waktunya bergerak
ke bagian sudut. Aku mendapat kesempatan singkat untuk mengatur napas, mengibaskan
mulut dan membiarkan pelatih membalut luka dengan salep pengikat. Setelah aku mulai
bangkit, Dia mengirim aku ke ring dengan energi baru dan menghadapi lawanku. Aku bertarung lagi. Sudah seperti itu sejak awal.
Saat aku pertama kali menerima panggilan Tuhan, aku berkata, “Tuhan
aku di garis depan. Aku akan berperang untukMu.” Aku sangat antusias dan serius dengan setiap kata-kataku. Aku masih melakukannya.
Banyak yang sudah terjadi sejak saat itu. Imanku diuji melalui
pencobaan, kesengsaraan, godaan dan penganiayaan. Kalau si iblis tidak mendapat
serangan langsung, dia akan meninjuku di bagian ginjal atau menyerangkau dengan
membabi buta dari bagian belakang. Bagaimana dia melakukannya? Dia menyerang keluarga
dan teman-temanku, siapapun yang aku sayangi. Dia menantang orang-orang terdekat dan tahu persis dimana titik lemahku.
Strateginya sederhana. Dia mempelajari hidupku untuk menyerangku
dengan efektif dari bagian depan. Dengan sembunyi-sembunyi, dengan taktis dan metodis,
dia mendorongku ke bagian sudut. Sarung tangan, pukulan telanjang dan tangisan kesakitan. Tapi rencananya benar-benar salah. Dia salah menghitung kekuatan imanku.
Dalam keputusasaan yang melemahkan, aku berseru, “Tuhan, bagaimana
caraMu menolongku dalam hal ini?” Suaranya yang kuat dan mantap mengingatkanku,
“Aku tak akan pernah meninggalkanmu. Aku di sini dan Aku tak akan meninggalkanmu. Kamu tak akan kalah karena Aku tak terkalahkan. Pertempuran itu milikKu.”
Setelah itu, sebuah pukulan mengenai pipiku. Buuuukkkk. Lalu sebuah tinju melayang. Splat. Dan pukulanku mengenai bagian tengah.
Whoosh. Percikan darah tercecer di
lantai. Putaran demi putaran. Aku mulai lelah. Tapi aku tak menyesal atas pertempuran
ini. Aku merasa terhormat, sangat rendah hati dan merasa menang. Bukan karena
apapun yang aku lakukan. Tapi karena perang yang Tuhan lakukan atasku.
Meskipun hidup kadang terasa menyakitkan. Aku akan tetap memuji Dia. Aku tak akan menyerah. Sukacitanya adalah kekuatanku (Nehemia 8: 10). Inilah hidup di atas ring. Aku hidup untuk bertarung setiap hari.
Hak cipta Anita Angers-Brooks, digunakan dengan ijin.