Tak Perlu Takut, Sebab Kita Punya Kapten Yang Cegah Pesawat Oleng, Siapakah Itu?  Ini ada
Kalangan Sendiri

Tak Perlu Takut, Sebab Kita Punya Kapten Yang Cegah Pesawat Oleng, Siapakah Itu? Ini ada

Inta Official Writer
      3064

Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu.

(Mazmur 56:3)

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 141; Yohanes 1; 2 Samuel 9-10

Ini adalah kapten Anda yang berbicara. Para penumpang yang terhormat, selamat datang di penerbangan ini. Penerbangan dengan ketinggian jelajah 33.000 kaki di atas permukaan laut. Cuaca hari ini nampak baik, dan perjalanan ini akan kita tempuh dalam waktu kurang lebih satu jam dan dua puluh menit. Seluruh awak pesawat yang bertugas mengucapkan selamat menikmati penerbangan ini, dan terima kasih atas pilihan Anda untuk terbang bersama kami.

Menikmati penerbangan? Terakhir saya bepergian menggunakan pesawat adalah bulan Januari 1999 silam. Sekitar lebih dari 16 tahun yang lalu. Selama itu pula, ada banyak sekali laporan soal kecelakaan yang dialami oleh pesaat terbang. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi kepercayaan saya untuk naik pesawat, sehingga sepanjang perjalanan yang seharusnya dinikmati tersebut, saya justru ketakutan.

Dalam kurun sekitar 80 menit, nyawa saya berada di tangan seorang kapten yang bahkan saya nggak tahu siapa orang tersebut, begitu pula orang ini. Keselematan saya bergantung pada kepiawaian dan kebijaksanaan sang kapten, sementara saya hanya duduk manis di kursi penumpang. Saya merasa tidak bisa melakukan apa pun.

Ada rasa takut yang terus mendatangi saya. Sabuk pengaman yang seharusnya membuat rasa nyaman dan aman itu ada justru membuat saya semakin merasa terperangkap di sebuah pesawat yang berada di ketinggian 33.000 kaki ini.

Bapa di surga, tolong saya.

“Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapatkan pertolongan kita pada waktunya.“ (Ibrani 4:16).

Pernahkah kamu berada dalam posisi dimana kamu tidak bisa melakukan apa pun? Kondisi dimana kamu merasa ketakutan dan terjebak dalam sesuatu.

"Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu.“(Mazmur 56:3).

Doa tidak terbatas. Kita bisa saja berdoa di pagi hari, siang, atau bahkan malam. Baik itu dengan cara berbisik-bisik, di dalam hati, berdoa dengan keras, atau banyak cara lainnya. Doa punya kuasa untuk mengalahkan rasa takut yang menghantui kita, kemudian mengubahkannya menjadi situasi yang penuh dengan kekuatan, bijaksana, damai sejahtera, dan penuh pengharapan.

Daud, dengan penuh rasa takut dari Saul, berlindung dan melarikan diri ke Gua Adullam. Dimana menurut Thompsons Chain Reference Bible, "Tempat itu sedikit tidak biasa, aneh, juga terpenci."

"Kasihanilah aku, ya Allah, kasihanilah aku, sebab kepada-Mulah jiwaku berlindung; dalam naungan sayap-Mu aku akan berlindung, sampai berlalu penghancuran itu." (Mazmur 57:1).

Dalam keadaan lumut lautan yang telah melilit kepalanya (Yunus 2:5), Yunus berdoa dari dalam perut seekor paus:

Katanya,

"Dalam kesusahanku aku berseruy kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku." (Yunus 2:2).

Petrus berdoa di atap rumah:

"Naiklah Petrus ke atas rumah untuk berdoa" (Kisah Para Rasul 10:9b).

Hana berdoa untuk meminta seorang anak, dan Bapa di surga memberikannya seorang anak laki-laki.

"Kemudian bernazarlah ia, katanya: "TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya."(1 Samuel 1:11).

Raja Hizkia berdoa untuk kesembuhannya:

"Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau; pada hasi yang ketiga engkau akan pergi ke rumah TUHAN." (2 Raja-raja 20:5b)

Dalam keadaannya yang penuh luka, dan paku yang tertancap di tanganNya, Yesus berdoa untuk orang-orang yang mengeksekusiNya.

"Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34)

Hari ini, kalau kamu merasakan tidak bisa berbuat apa-apa, ketakutan dan terjebak dalam sebuah kondisi tertentu, maka saya akan memberikanmu seorang Kapten yang akan menuntun kehidupan kita. Kapten yang benar-benar mengetahui kita, dan Pribadi yang bisa kita percaya. Dia adalah Kapten yang mengajak kita untuk berdoa, dan berjanji kalau doa kita akan di dengar olehNya.

"Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menajwab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui." (Yeremia 33:3).

"Penumpang yang terhormat, kita hampir mendarat." Pengumuman yang disampaikan oleh perwakilan awak pesawat tersebut sekaligus menyatakan kalau kami tiba di lokasi lebih cepat 10 menit daripada yang dijadwalkan. Rasa takut nyaris saja mengambil rasa nikmat yang disajikan oleh pemandangan dari atas yang seharusnya bisa saya alami.

Sebelum turun, saya punya kesempatan untuk berbicara dengan kapten yang bertugas tadi. Saya memuji dan berterima kasih atas pelayanan yang ia berikan. Sambil bercerita, sang kapten berkisah kalau dirinya sudah menjadi seorang pilot selama 35 tahun. Ternyata, hidupku ada di tangan yang cakap.

Begitu pula kita semua, kita berada di tangan yang cakap. Sebab Kapten kita telah membimbing setiap kita untuk memperoleh kehidupan abadi.

"Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah. " (Mazmur 90:2).

Ada Kapten yang menuntun kehidupan kita. Kapten yang benar-benar mengetahui kita, dan Pribadi yang bisa kita percaya. Dia adalah Kapten yang mengajak kita untuk berdoa, dan berjanji kalau doa kita akan di dengar olehNya.

Bapa di surga, setiap hari, dalam segala situasi atau keadaan yang terjadi dalam kehidupan kita, ajar kami terus mengingat undanganMu untuk berdoa, dalam nama Yesus, Amin.

Hak Cipta © 2017 Merle Mills. Digunakan dengan izin.

 

Ikuti Kami