2 Korintus 9:15
Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!
Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 19; Kisah 2; Ayub 15-17
Siapa sih yang nggak suka dengan
Natal dan kenangan yang sudah diberikannya? Coba deh sekarang, pikir-pikir
kembali tentang kenangan Natal yang sudah-sudah, mana yang paling berkesan buat
kita? Apa yang menjadikan Natal itu berkesa? Apakah itu tempatnya? Atau dengan
siapa kita akan menghabiskannya? Bisa juga kado yang diterima, yang tidak terpikirkan sama sekali sebelumnya.
Natal yang paling berkesan buat
saya adalah ketika saya menuliskan nama saya pada setiap kado Natal yang
tersedia di bawah pohon Natal. Saya sendiri berasal dari keluarga yang besar,
saya punya lima orang saudara, ditambah dengan ayah dan ibu, belum lagi paman dan bibi yang sering ikut menghabiskan Natal bersama dengan kami.
Setiap tahunnya, kami memang
punya acara saling bertukar kado pada hari Natal. Ketika malam Natal tiba,
sementara orang lain sibuk mempersiapkan hidangan khas Natal, atau mendekorasi rumah khas Natal, saya justru menuliskan nama saya pada setiap kado.
Besok paginya, ketika paman mulai
membagikan kado buat masing-masing anggota keluarga, kado tersebut hanya
ditujukan untuk saya. Semakin banyaknya kado yang saya terima, tentu saja bikin
anggota keluarga yang lain curiga. Mama langsung menatap saya penuh heran. Tanpa perlu sebuah pengakuan, mama saya tahu kalau ada yang salah.
Kemudian, ia mengembalikan semua
kado yang saya terima dan mulai membagikannya dengan rata. Meski begitu,
keluarga saya selalu tertawa kalau diingatkan kejadian ini. Bagi keluarga saya, ini merupakan pengalaman yang lucu dan menyenangkan.
Jadi, sudah ketemu mana kenangan Natal yang paling berkesan?
Tuhan menciptakan kita untuk
bersekutu denganNya. Tetapi, dosa membuat kesempurnaan itu hilang dan
memisahkan kita dariNya. Kita tidak bisa lagi mengalami hidup dengan Tuhan,
hanya kematian tanpa Dia. Sendirian. Surga pasti sepi hanya dengan Ketuhanan
dan segudang malaikat, dan tidak ada satu manusia pun yang terlihat. Dia ingin kita tinggal bersama-Nya di rumah-Nya.
Tuhan tahu cara untuk mewujudkannya. Seperti yang tertulis dalam Yohanes 3:16.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Bapa mempercayakan seorang gadis
muda, yang belum menikah, untuk mengandung seorang Anak Allah yang tunggal — Tuhan
yang menyelamatkan dunia. Gadis muda ini bukanlah seorang kaya, bahkan menikah pun belum.
Namun, kita sama-sama tahu kalau
Maria mengasihi Allah, dan dia adalah ibu yang sempurna untuk Putra-Nya. Bapa
tahu kalau AnakNya ini terancam, bahkan sebelum usianya menginjak angka dua.
Tuhan sendiri yang membiarkan Yesus lahir di palungan, dimana para domba
menjadi temannya. Sebagai Bapa, coba bayangkan betapa bangga, sekaligus pahit karena tahu surga menjadi lebih sepi tanpa kehadiran Anak-Nya.
Bahkan, kita bisa tahu kalau
Tuhan memperhatikan semua pihak. Malaikat bersukacita atas rencanaNya yang
sempurna. Instruksi buat para malaikat saat itu adalah memberitakan kabar baik kepada gembala yang sedang kesepian ketika menjaga domba mereka di malam itu.
Tuhan tidak memberi tahu orang
yang terkenal atau kaya. Tuhan justru mau malaikatNya memberitakan kabar baik
ini kepada gembala, mereka yang melindungi para domba, juga bersedia untuk mencari domba yang hilang.
Semua orang mengerti apa yang
diinginkan Rajanya. Kita bisa membayangkan betapa Bapa menyukai setiap ekspresi
yang ada pada wajah malaikat-malaikat di tengah malam yang gelap. Saya jadi ikut membayangkan kalau Tuhan mau semua orang ikut melihat karunia-Nya.
Tuhan menantikan hari ketika
Anak-Nya nanti kembali ke Rumah dengan membawa semua yang percaya untuk tinggal
bersama-sama denganNya. Namun, betapa sedihnya Allah ketika Dia tahu apa yang harus dijalani oleh Yesus untuk sampai di sana.
Tuhan menaruh namaNya di
hadiratNya, Imanuel, yang artinya Tuhan beserta dengan kita. Tuhan pengin kita semua menerima
karuniaNya. Jangan biarkan hal yang berharga ini terlewatkan. Inilah Natal
kesukaan Tuhan, sebab Tuhan tidak akan melupakan siapa yang telah Dia berikan
kepada kita sebagai umatNya.
Hak Cipta © 2019 Stephanie
Pavlantos, digunakan dengan izin.