Wahyu 2:7
“Siapa bertelinga, hendaklah ia
mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang,
dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah.”
Bacaan Alkitab Setahun Mazmur 15; Wahyu 21; Ayub 6-7
Kamu bisa lolos begitu saja! Jika hal itu
pernah terbersit di pikiranmu, itu berasal dari
iblis. Setan menyatakan bahwa dosa tidak selalu merupakan ide yang buruk
— karena tidak ada yang akan tahu. Tetapi dalam Wahyu 2: 7, Yesus mengatakan
kepada jemaat di Efesus bahwa upah yang Ia berikan tidak didasarkan pada
bagaimana kita bias lolos; tetapi didasarkan pada cara kita mencapai garis
akhir. Ini bias kita lihat melalui kata-kata "barang siapa yang menang"
(tō nikōnti). Hal tersebut menekankan tindakan yang berkelanjutan. 1 Yohanes 5: 4 juga menyebutkan kemenangan yang berkelanjutan ini:
"..sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan
dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita." Tetapi itu berarti kemenangan setiap hari seumur hidup,
teguh dalam menghadapi godaan Setan.
Saya belajar apa artinya berpendirian teguh
ketika saya melihat teman saya melakukan diet Keto ketika kami berada di
Israel. Setiap hari dimulai dengan makan
prasmanan. Pada hari pertama, saya menumpuk pancake di piring saya. Dia mengisi
piringnya dengan sayuran hijau, daging, dan telur.
Pada jam 9:30 pagi, saya sudah kelelahan.
Berjalan berkeliling lebih sulit daripada meyakinkan konspirator bumi datar
bahwa planet ini bulat. "Ini akibat karbohidrat yang kamu makan pagi
ini," kata teman saya. Jadi saya memutuskan untuk melakukan diet Keto
juga.
Hari kedua adalah sayuran dan daging. Saya
berjalan-jalan di sekitar tanah suci seperti seekor anjing di pantai. Lalu hari
ketiga datang. Saya berada di antrian prasmanan ... dan ada roti panggang
Perancis. Diet Keto saya berlangsung 23 jam 32 menit. Saya menantang teman saya
untuk mencoba makanan saya, tetapi dia telah menaklukkan keinginannya terhadap
karbohidrat.
Kata kerja "menaklukkan" (nikaō)
berasal dari Nike, dewi Yunani yang mempersonifikasikan kemenangan. Itu berarti
“kemenangan besar,” jenis yang Allah inginkan agar umat-Nya secara konsisten
miliki atas dosa.
Dalam Wahyu 2: 7, Kristus memberi mereka
yang secara konsisten menaklukkan dosa janji untuk memakan dari pohon kehidupan
di surganya Allah. Kata firdaus (paradeisos) merujuk pada taman mempesona para
raja Persia, yang berisi buah-buahan lezat dari segala jenis. Dalam ayat ini,
kata tersebut menggambarkan ketenangan abadi di hadirat Tuhan, dengan setiap
kesenangan suci.
Makan dari pohon kehidupan melambangkan
mengalami hidup seperti yang Tuhan kehendaki sebelum kejatuhan. Itu bukan
mengambil apel yang keras dari pohon milik nenek. Bayangkan mendekati pohon yang
masih muda yang ranum, buahnya begitu lezat sehingga ketika batangnya
digoyangkan langsung menjatuhkan buahnya ke telapak tanganmu. Air buahnya
meresap dari kulitnya dan jari-jarimu menjadi lengket karenanya. Rasanya
seperti dunia yang lebih baik. Ini adalah sukacita di bawah pemerintahan
Mesias, yang menghidupkan kembali rasa. Ini juga merupakan hadiah bagi para
penakluk yang tetap teguh dalam menghadapi dosa.
Tuhan telah memberi kita undangan ke
taman-Nya. Setiap sikap menentang godaan adalah reservasi khusus untuk berada
di taman Tuhan.
Ya Tuhan, terima kasih atas kemenangan atas
dosa. Sebuah keabadian yang menyenangkan bersama Engkau melebihi kesenangan
sesaat dari kepuasan duniawi. Saya tidak ingin pergi dengan apa pun.
Sebaliknya, saya mendapatkan tempat khusus
untuk bersama Engkau di surga.
Renungan ini merupakan adaptasi dari buku Chris Palmer,
Letters From Jesus: Studies from the Seven Churches of Revelation, © 2019,
digunakan dengan izin.