Ibrani 13: 5
"Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali
tidak akan meninggalkan engkau."
Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 28; Matius 28; Keluaran 5-6
Saat membuka kotak surat, aku menahan napas dan berdoa. ‘Ya Tuhan, jangan hari ini. Tidak ada tagihan hari ini.’
Setelah berbulan-bulan menganggur, rekening bank kami sedikit
demi sedikit berkurang. Kami bertahan hidup dengan sedikit uang sementara
suamiku melakukan beberapa pekerjaan sambilan, dimana posisinya jauh sekali dari
kemampuannya. Baru-baru ini, dia menghadapi ribuan penolakan, dan sekarang situasi kami semakin memburuk.
“Bagaimana kalau kita kehilangan rumah kita?” pikirku. “Bagaimana jika suamiku tak mendapat pekerjaan? Bagaimana jika….”
Pikiranku mengembara ke beberapa tahun sebelumnya saat
suamiku membangun bisnisnya. Dia membangun bisnis untuk keamanan pekerjaan
pemerintah yang membosankan tapi menguntungkan untuk kesempatan melakukan apa
yang selalu diinginkannya, membangun rumah mewah yang hemat energi. Aku
mendukung keputusannya. Kami tahu hal itu berisiko, tapi kami punya banyak
tabungan. Begitulah awalnya kami pikirkan. Kami tahu dia akan berhasil. Tapi kondisi
ekonomi kami berubah. Pikiranku mundur ke belakang. Bagaimana jika dia tak bekerja sendiri? Bagaimana jika kami masih punya jaminan pensiun? Bagaimana jika….?
Kata ‘Bagaimana jika..’ adalah dua kata yang membuatmu takut menjalani
masa depan. Kata itu memnejarakanmu dalam penyesalan. Dua kata yang pas dengan kerangka iman. Dua kata yang menyangkal kedaulatan, kebaikan dan kasih Tuhan.
Di Keluaran 3, dituliskan soal kisah Musa bertemu dengan Tuhan
di semak yang berapi. Kemudian Musa bertanya kepada Tuhan, “Siapa namamu?” JawabNya,
"AKU ADALAH AKU." (Keluaran 3: 14)
Kamus Oxford mendefinisikan kata ‘Aku’ sebagai orang pertama yang
hadir saat ini. Bukan di masa depan. Atau yang sudah lampau. Secara teologis,
kita tahu Tuhan tidakdidefiniskan oleh waktu. Dia kekal, tanpa awal dan tanpa akhir (Ibrani 13: 8).
Kitalah yang dibatasi oleh waktu. Musuh jiwa kita akan
mencoba memakai beban waktu untuk melawan kita saat dia menggoda kita untuk
fokus pada masa depan yang dipenuhi dengan ketakutan atau masa lalu yang hancur oleh penyesalan. Bagaimana jika…?
Di Ibrani 13: 5, Tuhan berjanji, “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”
Saat pikiran kita melayang ke depan menuju kekuatiran dan
ketakutan atau di belakang untuk malu dan menyesal, kita melupakan kesetiaan
kekal Allah. Si iblis mau mengalihkan pikiran kita dari Tuhan dan keadaan kita. Dia berusaha untuk mencuri stabilitas yang kita punya di dalam Yesus Kristus.
Inilah sebabnya kenapa kita harus menolak untuk mengikuti
jejak musuh ke masa depan imajinasi atau masa lalu yang tak menguntungkan. Saat
kita menemukan diri kita terpikat pada kebohongan si iblis, kita perlu berhenti
dan menawan pikiran kita (2 Koruntus 10: 5) dengan mengakui kebenaran firman Tuhan.
Hiduplah di masa sekarang, berfokus pada saat ini, bukan berarti
kamu harus menetapkan tujuan atau mengabaikan kesalahanmu (2 Korintus 9: 8).
Suamiku tak punya pekerjaan tetap selama tiga tahun. Itu adalah musim yang sulit, tapi Tuhan itu setia. Saat musuh menipumu untuk fokus pada sesuatu yang tidak ada, berikan dia sesuatu yang ada saat ini. Tawan pikiranmu dan ingatkan dirimu kalau Tuhan adalah ‘Dia yang Agung’. Dia selalu ada di masa sekarang. Dan situlah Dia menginginkanmu. Karena, sederhananya, Dia bukanlah Tuhan yang di awang-awang. Tuhan adalah Tuhan yang apa adanya.
Tuhan kita nyata dan esa, Dia selalu ada di dalam kamu
Hak cipta Glenda
Durano, dipakai dan diterjemahkan dengan ijin.