Gak Perlu Menerka-Nerka Pikiran Tuhan! Ia Justru Menginginkan Hal ini Dari Kita!
Kalangan Sendiri

Gak Perlu Menerka-Nerka Pikiran Tuhan! Ia Justru Menginginkan Hal ini Dari Kita!

Budhi Marpaung Official Writer
      4492

Yesaya 55:8

Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.

Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]mazmu31[/kitab]; [kitab]kisah3[/kitab]; [kitab]kelua11-12[/kitab]

Penderitaan yang Tuhan gunakan untuk meyakinkan Firaun agar "Membiarkan umat-Nya pergi!" membuat bangsa Mesir maupun bangsa Israel terheran-heran. Orang-orang Mesir terheran-heran karena mereka mengalami kemalangan akibat kuasa Tuhan, sementara orang-orang Israel terheran-heran karena mereka mendapat perlindungan dari kejadian supernatural yang mengerikan. Alkitab mencatat bahwa Tuhan membuka jalan bagi orang-orang Israel dengan mengeringkan tanah suatu lautan besar agar bisa melarikan diri. Ketika musuh mencoba mengejar, Ia kemudian menabrakkan para tentara Mesir dengan air yang terbelah tersebut.

Wow! Siapa pun yang menyaksikan hal-hal seperti itu tidak pernah bisa meragukan kekuatan atau ketetapan Tuhan untuk "umat-Nya." Kecuali mungkin orang-orang yang diselamatkannya.

Beberapa hari berlalu setelah kejadian, umat Israel mengalami kehausan. Dalam kondisi tersebut, mereka mengatakan kepada Musa bahwa mereka lebih baik mati di Mesir (dalam perbudakan) daripada tetap tinggal di padang gurun (Keluaran 14:11-12). Apa? Bagaimana mungkin mereka tidak melihat bahwa Tuhan itu baik, bahwa Ia adalah untuk mereka? Mereka tidak bisa membungkus pikiran mereka dengan gagasan bahwa Tuhan akan terus membimbing, menyediakan, dan melindungi. Keadaan sekarang membuat mereka melupakan berapa banyak yang telah Tuhan lakukan untuk mereka di masa lalu.


Terdengar seperti beberapa orang dengan iman yang kecil bukan? Terdengar seperti kamu dan saya yang kadang-kadang katakana bukan? Oh, betapa indahnya memiliki iman yang tidak goyah. Tidak heran Yesus menggunakan iman seorang anak sebagai contoh / teladan yang harus diikuti (Matius 11:25).

Sebagai seorang anak kecil, kita percaya pada hal-hal yang tidak mungkin, hal-hal yang tidak selalu kita lihat. Kita memercayai orang tua kita. Kita pasti tidak akan mencari-cari alasan untuk mengetahui mengapa mereka begitu mencintai kita bukan? Jika pun terjadi, itu disebabkan pikiran kita menciptakan sebuah kondisi yang disebut keraguan.

Jadi, bagaimana kita mengatasi keraguan? Bagaimana kita mendapatkan iman seperti anak kecil dan menyimpannya?

Ulangan 6:5 berkata, " Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu." Yesus mengatakan itu adalah perintah yang paling penting (Markus 12: 29-30). Tingkatan kasih Tuhan ini harus menjadi kunci pertama untuk mengatasi keraguan. Jika kita benar-benar mengasihi Tuhan, akankah kita meragukan-Nya?

Keraguan berasal dari merealisasikan bahwa Tuhan tidak melihat dan melakukan hal-hal seperti yang kita mau. Kita tidak dapat mengerti mengapa Tuhan membiarkan pengikut setia-Nya mengalami penyiksaan, pemenjaraan, dan kematian karena kepercayaan mereka kepada-Nya. Ia adalah Tuhan yang maha kuasa! Mengapa Dia tidak menyelamatkan orang-orang ini? Mengapa Dia membiarkan anak-anak-Nya menderita? Kita adalah anak-anak Raja! Mengapa Ia tidak menjauhkan kejahatan dari kita?

Ketika kita mulai mengajukan pertanyaan tentang Tuhan semacam ini, kita memasuki ranah logika dan penalaran manusia - penyumbang terbesar untuk meragukan dan menguras hubungan dengan segenap hati – segenap jiwa – segenap kekuatan dengan Allah Bapa. Apa yang terjadi dengan iman kita? Apakah itu hanya terkait dengan kenyamanan kita?

Yesaya 55:8 berkata, "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu," kata Tuhan. " dan jalanmu bukanlah jalan-Ku."

Baca Juga: Billy Graham: Baca Alkitab dengan Hati dan Pikiran Terbuka

Berbeda dengan logika dan penalaran orang bijak duniawi, anak-anak justru percaya bahwa mereka tetap baik-baik saja asalkan Mama atau Ayah ada di dekat mereka. Itu saja yang penting - tidak dipisahkan dan sendirian. Dan Tuhan telah berjanji bahwa Ia akan selalu bersama anak-anak-Nya (Ulangan 31:6).

Kita harus ingat bukan kehidupan di bumi ini yang akan kita jalani. Waktu kita di sini singkat dibandingkan kekekalan. Apa pun yang kita capai dan apapun yang kita derita di sini, selama kita memiliki hubungan kasih yang kuat dengan Tuhan kita, kita akan baik-baik saja. Ia adalah ayah kita.

Pertanyaannya sekarang, apakah kamu bersedia menyerahkan seluruh kehidupanmu kepada-Nya?

Bapa Surgawi, terima kasih atas janji-janji-Mu. Terima kasih bahwa kami memilikinya kemarin, hari ini, besok, dan bahkan kekekalan dengan-Mu. Terima kasih telah terus mengasihi meski hati kami berubah-ubah. Tolong ajarkan kami untuk mengasihi-Mu seperti anak kecil, percaya pada semua hal dan setiap saat. Di dalam nama Tuhan Yesus, kami alaskan doa ini. Haleluya, amin.

Copyright © Beth Patch 2009. Revisi 2018. Digunakan dengan izin.

Tuhan yang Kita Sembah adalah Tuhan yang Maha Besar. Pikiran-Nya Tidak akan Pernah Bisa Kita Selami dan Samakan dengan Pikiran Kita yang Begitu Terbatas.

Ikuti Kami