Belajar Tunduklah Terhadap Otoritas
Kalangan Sendiri

Belajar Tunduklah Terhadap Otoritas

Lori Official Writer
      6287

Lukas 5: 6

Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.


Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu14[/kitab]; [kitab]Matiu14[/kitab]; [kitab]Kejad27-28[/kitab]

Sebelum menjalankan wewenang, kita harus terlebih dahulu melatih penundukan diri pribadi. Tuhan mau kita meningkat dan berhasil, meskipun hal itu tidak bisa secara otomatis. Setiap orang harus menempuh perjalanan melalui periode penundukan diri yang sementara kepada suatu otoritas sebelum dipromosikan untuk memegang otoritas.

Pertimbangkanlah kisah ini: Suatu hari saat Yesus berdiri di tepi Danau Genesaret dengan kerumunan orang banyak yang hendak mendengar firman Allah. Dia melihat di tepi danau itu dua perahu yang dtinggalkan nelayan yang sedang mencuci jala mereka. Dia naik ke salah satu perahu, yang adalah milik Simon, dan memintanya untuk menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Di atas perahu itulah Yesus mengajar orang banyak. Setelah Dia selesai berbicara, Dia berkata kepada Simon, “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. (Lukas 5: 1-7).

Petrus sudah mendengarkan pengajaran yang diajarkan Yesus kepada orang banyak itu dan tertarik dengan kata-kata-Nya. Yesus pun sering menaruh efek ini kepada orang-orang. Saat Dia berbicara, mereka akan sangat mengagumi kebijaksanaan-Nya. Pada suatu kesempatan orang-orang Farisi sangat ingin menangkapnya dengan menanyakan kepada para penjaga, “Mengapa kamu tidak membawa-Nya? Jawab para penjaga itu, “Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!” (Yohanes 7: 45-46).

Otoritas yang Yesus bahwa jelas sekali berasal dari perkataan-Nya. Simon Petrus juga mengakui sejauh mana hikmat Yesus; dengan memanggil Dia ‘Tuan’. Menggunakan kata Tuan adalah sebagai bentuk penundukan terhadap otoritas.

Dengan menyerahkan dirinya kepada Yesus, Petrus secara parsial mematuhi perintah Gurunya. Yesus telah menyuruhnya untuk menjatuhkan jalanya. Petrus menjawab, “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."

Saat itu, Petrus berusaha hendak mempertimbangkan perintah Yesus tapi kemudian dia mengucapkan sesuatu yang jauh lebih dari itu. Kata ‘tetapi karena…’ yang diucapkan Petrus memang menunjukkan bentuk ketidakpatuhannya terhadap perintah Yesus. Namun, dia tetap menurunkan jaringnya. Karena ketaatannya yang setengah-setengah, dia hanya menerima setengah peningkatan saja, yang harusnya bisa jauh lebih besar dari itu.

Tujuan peningkatan ini adalah supaya menjadi sebuah berkat. Jala Petrus yang ditebarnya malah penuh dan hampir koyak. Dia harus memanggil perahu lain dan membagi keberuntungan itu. Aku jadi penasaran, gimana jadinya ya kalau Petrus sepenuhnya taat dengan perintah Yesus itu?

Pahamilah soal kasih karunia Tuhan itu: Sebelum kita bisa menjalankan otoritas, Dia memberi kita kesempatan untuk mau taat. Tuhan membiarkan situasi ini menjadi kesempatan bagi Petrus untuk belajar. Tuhan bahkan tidak menahan berkatNya sekalipun Petrus hanya setengah taat saja. Sebagai gantinya Dia membuktikan kepada Petrus tentang imbalan dari penundukan diri.

Dalam contoh lain, kita bisa menemukan bahkan Anak Allah saja harus taat menjalankan otoritas sepenuhnya. Ketika Yesus masih kecil, orang tuanya pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah. Dalam perjalanan pulang, mereka menyadari bahwa dia tidak ada bersama-sama dengan mereka. Tiga hari kemudian, mereka menemukan Yesus di bait suci, duduk diantara imam, mendengarkan dan mengajukan pertanyaan. Dengan perasaan lega dan rasa frustrasi sesaat mereka, mereka memarahi Dia. Tapi Yesus taat kepada kedua orangtuanya itu dan bersama-sama ikut dengan mereka pulang ke Nazaret. “Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.” (Lukas 2: 51).

Di dalam kisah di Matius 8, kita kita juga bisa melihat prinsip yang sama dalam hal ini. Perwira itu mengerti bahwa seseorang tidak bisa mengambil satu otoritas sampai dia bisa menjadi pribadi yang berada di bawah otoritas. Saat perwira itu menghampiri Yesus meminta Dia untuk menyembuhkan hambanya yang lumpuh, Yesus berkata bahwa Ia akan datang. Perwira itu lalu menjawab, “"Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.” (Matius 8: 8)

Yesus mengagumi sikap penundukan diri dan otoritas. Mengapa Dia kagum? Karena sedikit sekali orang yang memahami kebenaran ini. Naluri manusia biasanya sombong dan cenderung mempertahankan harga dirinya.

Tapi mari kita lihat Simon Petrus, Yesus dan perwira itu, masing-masing mereka tidak hanya diberkati karena ketaatan mereka terhadap otoritas di atas mereka, mereka juga dipromosikan. Perahu Petrus penuh dengan ikan dan dia kemudian menjadi penginjil terbesar dari Tuhan. Yesus semakin bertambah bijaksana dan berperawakan, dan berpihak kepada Allah dan manusia (Lukas 2: 52). Dan perwira itu mendapat pujian dari Tuhan sendiri dan permintaannya dikabulkan. Tak heran kalau si iblis memakai kedagingan kita saat kita hendak menyerahkan diri kepada otoritas! Dia tahu ada imbalan dan promosi untuk ketaatan.

Alkitab jelas sekali menegaskan ketidaktaatan dan pemberontakan terhadap otoritas. Karena saat kita mau tunduk, hal itu bukan untuk keuntungan kita sendiri (Ibrani 13: 17). Tapi dengan kasih karunia Tuhan, kita bisa mempraktikkan penundukan kita terhadap otoritas-Nya. Ingatlah bahwa saat kita berhasil dalam pelajaran ini, kita akan memperoleh hadiah besar, baik di bumi maupun di surga.


Copyright © 2010 Daphne Delay, diterjemahkan dari Cbn.com.

Ikuti Kami