Bukan Hanya Orang Sakit, Kita Semua Butuh Dokter!
Kalangan Sendiri

Bukan Hanya Orang Sakit, Kita Semua Butuh Dokter!

Inta Official Writer
      3438

"Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka"

Mazmur 147:3

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 19; Matius 19; Kejadian 37-38

Manusia adalah makhluk hidup yang lemah dan rapuh. Hal ini bisa kita lihat pada saat kita pertama kali dilahirkan. Ketika kita terlahir, ada bantuan bidan atau suster yang segera membalut kita dengan selimut yang hangat. Kemudian, dilanjutkan dengan mengecek tanda-tanda vital lainnya dan membuat kita menangis untuk memastikan kalau kita lahir dengan sehat. 

Orang tua kita menantikan dengan cemas sosok bayi yang baru saja terlahir ke dunia ini. Sebagai orang tua, hati mereka diliputi oleh rasa haru akan kegembiraan sekaligus ketakutan akan tanggung jawab terhadap buah hati mereka yang masih bayi. Orang tua memikirkan bagaimana bisa membesarkan kita karena mereka sadar kalau seluruh kehidupan kita akan sangat tergantung bagaimana kita dibesarkan nantinya. 

Saya belajar bahwa yang kecemasan tersebut tidak berhenti sampai disana. Bahkan semakin anak tumbuh lebih dewasa, rasa cemas itu semakin meliputi hati orang tua. Saya yang merupakan orang tua dengan empat orang anak juga merasakan hal yang sama. 

Saya pernah menghadapi kondisi-kondisi yang membuat saya ketakutan. Salah satu anak saya menderita penyakit asma yang sudah cukup parah. Tidak hanya asma, bahkan setiap enam bulan sekali, setidaknya ia akan terkena satu kali radang tenggorokan.

Anak pertama saya pernah dilarikan ke rumah sakit karena terdapat cairan di dalam rongga perutnya. Penyakit ini disebutkan oleh dokter adalah salah satu penyakit serius yang dapat berujung kematian. Anak terkecil kami lahir dengan lubang di jantung, kemudian kami tidak berhenti untuk berdoa. Kuasa doa tersebut kemudian membawa sebuah keajaiban dimana lubang tersebut kemudian tertutup setelah beberapa minggu ia terlahir di bumi ini. 

Ketika saya pikir kalau semua hal ini membuat saya ketakutan, saya diingatkan kembali mengenai pekerjaan saya. Saya telah bekerja pada sebuah badan amal di panti asuhan. Saya belajar bahwa apa yang membuat saya takut sebenarnya adalah hal-hal yang sepele. 

Saya melihat begitu banyak orang yang sakit. Mengunjungi dokter bukanlah kegiatan yang saya senang untuk lakukan. Walaupun saya juga disana banyak menemui orang-orang sakit, namun perasaan panik akan datang kepada saya saat anak saya jatuh sakit. 

Ketika saya menerima berita bahwa anak saya sakit, saya akan lupa akan apa yang sedang saya lakukan, kemudian berlari menemui anak saya dan menyadari bahwa saya sebenarnya sangat membutuhkan dokter.

Saat ada pada kondisi demikian, saya memikirkan betapa luar biasanya Yesus membandingkan kehidupan fisik kita dengan tubuh rohani kita. Sambil memandang para pendengar-Nya, Yesus berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini. Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."

Saat kita merasa bahwa apa yang terjadi sudah sesuai dengan apa yang kita kehendaki dan tidak ada kecemasan yang meliputi perasaan, kita cenderung merasakan perasaan bahagia. Rasanya apapun yang  kita lakukan ada sukacita di dalamnya, baik itu menonton tv, buku, maupun saat kita berbicara dengan orang lain. 

Kebiasaan-kebiasaan itu merupakan tanda kalau kita adalah pribadi yang sehat, kita tidak membutuhkan seorang dokter untuk membuat tubuh kita lebih enak. Ketika sudah nyaman dengan kondisi yang saat ini bisa dikatakan sehat, kita mulai berdalih terlalu sibuk dengan kegiatan tersebut sehingga lupa untuk berdoa atau terlalu lelah untuk membantu orang lain. Kita melupakan kalau setiap orang yang pernah sakit membutuhkan check up atau beberapa pengecekan untuk memastikan apakah ia sudah benar-benar sembuh atau belum. 

Saat Yesus berkata kepada orang banyak, sangat mudah bagi kita untuk beranggapan bahwa Ia sedang bicara kepada mereka yang tersesat. Dan memang Ia melakukannya. Namun Ia juga berbicara kepada orang-orang seperti kita, yang dari waktu ke waktu kerap melupakan bahwa kita bukanlah pribadi yang sempurna. Kesalahan kita sangatlah banyak. Hati dan pikiran buruk seringkali menyelubungi kita dan membuat kita jauh dari Tuhan. 

Kita semua memerlukan sosok dokter. Dokter untuk mengobati patah hati, atau kekecewaan. Kita semua terkadang melupakan bahwa kita adalah manusia yang berdosa, karenanya Tuhan mau kita untuk saling mengasihi satu dengan yang lain. Sama seperti seorang yang memiliki sebuah penyakit, kita perlu seorang dokter yang merawat. Yesus akan melawat dan mengobati setiap kekurangan kita.


Ikuti Kami