Dalam Keadaan Terburu-buru, Ini Yang Tuhan Mau Kita Lakukan
Kalangan Sendiri

Dalam Keadaan Terburu-buru, Ini Yang Tuhan Mau Kita Lakukan

Inta Official Writer
      5168

Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.

Matius 5:25

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 12; Matius 12; Kejadian 23-24

Ketika saya masih menjadi seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di California, saya memiliki pekerjaan sambilan sebagai seorang supir. Perusahaan dimana saya bekerja bergerak dalam bidang pengantaran, dimana saya sering mengantarkan surat atau barang dari rumah ke rumah. Karena rute pengantaran selalu sama, saya jadi ingat setiap sudut jalan setelah setahun saya menghabiskan waktu untuk bekerja di sana. 

Suatu hari, atasan meminta saya untuk datang lebih pagi karena kita memiliki seorang pelanggan baru yang ingin barangnya diantarkan lebih cepat. Sebelum berangkat, saya mengecek peta melalui gadget saya. Saya bisa melihat bahwa terjadi kemacetan pada jalan yang akan saya lalui, sementara saya tahu kalau saya sedang dikejar-kejar waktu karena harus datang lebih pagi dibanding biasanya. 

Karenanya saya memilih untuk memutar, mencari jalan alternatif agar saya bisa segera sampai di tempat pelanggan tersebut. Namun, diujung jalan terpampang rambu dilarang belok kiri, sementara lokasi rumahnya ada di ujung jalan setelah saya belok kiri. Situasi saat itu mendesak saya untuk mengambil keputusan yang cepat. Pilihannya saat itu adalah kembali memutar dan ikut dalam kemacetan atau berjalan pelan-pelan melawan arah. 

Saya kembali melalui jalan yang biasa saya lalui walaupun macet atau tarik gas untuk bisa 'mlipir' atau jalan pelan-pelan di pinggir walaupun melawan arus.

Karena waktu yang mepet, saya memutuskan untuk memutar dan ikut ke dalam kemacetan. Karena terburu-buru, ketika memutar saya menabrak bemper sebuah mobil sedan yang ada di depan saya. Kami menepi. Tidak lama kemudian, pengemudi tersebut mendatangi saya dengan pakaian yang rapi, mengetuk kaca mobil saya. 

Saat itu, emosi saya tidak terbendung. Namun, saya ingat ayat dalam Matius 5:25 yang meminta saya untuk berdamai dengan sesama manusia. Saya membuka kaca mobil sambil berkata, "Maaf pak, saya berhutang kata maaf pada bapak. Saya tahu saya salah. Saya terburu-buru hingga menabrak mobil bagian belakang bapak. Saya mohon maaf."   

"Apakah kamu tahu siapa saya?" Kata pria tersebut. 

"Tidak, pak. Tapi saya tahu kalau saya telah melakukan kesalahan. Saya hampir saja membuat orang lain terluka." 

Saat itu, saya sedang mengemudikan mobil perusahaan. Pria tersebut memandang mobil saya kemudian saya yang saat itu mengenakan seragam lengkap kurir. Ia berkata "Saya merupakan pimpinan dalam perusahaan dimana kamu bekerja." 

"Saya bisa saja mengeluarkan kamu dari perusahaan kurir mana pun yang ada di negara ini. Saya juga bisa lapor polisi atas apa yang telah kamu perbuat. Saya bahkan dapat menelepon bos kamu dan meminta agar kamu dipecat." Kemudian pria itu terdiam, kami saling pandang, ia melanjutkan "tetapi, karena kamu mengakui kesalahan yang telah kamu perbuat tanpa tahu siapa saya, saya akan memaafkanmu. Jangan sampai kejadian ini terulang lagi." 

Saya terdiam. Kemudian menarik nafas panjang. Jika Roh Kudus tidak mengingatkan saya pada ayat diatas, mungkin saya akan kehilangan pekerjaan. 

Kejadian ini membawa saya pada bacaan Alkitab yang saya baca beberapa minggu lalu, pada Matius 10:19-20, “Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu, pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu;   Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu.”

Saya mengingat ayat ini jauh sebelum kejadian pada pagi itu. Sebelum saya melanjutkan perjalanan, saya mengambil beberapa menit untuk bersyukur kepada Tuhan atas pertolongan-Nya pagi itu. 

Seperti biasa, pada jam pulang saya memarkirkan mobil kantor dan mampir untuk menyerahkan kunci ke dalam kantor. Ketika saya hendak absen pulang, atasan saya menghampiri saya dan mengatakan "Hey, hanya ingin kamu tahu kalau pimpinan perusahaan baru saja menelepon dan mengatakan kalau ia bertemu denganmu pagi ini." 

Saya terdiam. 

"Dia mengatakan kalau dia sangat menyukai caramu bekerja, kamu melakukan pekerjaan dengan baik. Saya hanya ingin memuji kamu atas hal itu. Good job." 

Malu sekaligus lega adalah perasaan saya saat itu. Kemudian saya melanjutkan hari untuk menghadiri sebuah kelas. Kala itu saya buru-buru karena tidak ingin telat, namun saya tetap berhati-hati saat berkendara karena tidak ingin kejadian ini terjadi dua kali.


Ikuti Kami