Bacaan Alkitab setahun: Amsal 4; Yohanes 14; 1 Tawarikh 20-22
Gorila mempunyai banyak kesamaan dengan bentuk tubuh manusia, kecuali tubuhnya penuh bulu, sehingga tidak heran beberapa orang menyimpulkan manusia adalah keturunan gorila. Jika kita berasal dari keturunan yang sama, lantas mengapa sebagian gorila masih tetap sebagai gorila sementara gorila yang lain berubah wujud menjadi manusia?
Sebuah dongeng mengisahkan sifat malas yang menjangkiti sebagian gorila sebagai penyebabnya. Diceritakan dari sekumpulan gorila yang tinggal di pohon, beberapa gorila terlalu malas turun dari pohon untuk mencari makanan di tempat lain, sehingga nasibnya tidak berubah, tetap sebagai gorila. Sedangkan beberapa gorila lainnya bersedia turun dari pohon, bekerja giat mencari makanan di tempat lain, dan seiring waktu mereka menjelma menjadi manusia. Seseorang bisa saja berpikir, "Untunglah moyangku terpikir untuk turun dari pohon dan tidak malas bergerak. Kalau tidak aku masih menjadi gorila." Meski dongeng terkadang sengaja dibuat berlebihan, tetapi hal itu dilakukan agar pesan moralnya mengena. Bagaimana hanya oleh satu keputusan saja, kehidupan seseorang lantas berubah.
Di zaman sekarang paham kebebasan memilih demikian populer, tiap orang punya hal menentukan responnya terhadap suatu hal. Kita tidak selalu tahu akibat dari suatu pilihan, tapi pilihan untuk bersikap malas tidak pernah membawa keuntungan apapun. Dalam Amsal, orang malas itu seperti pintu yang berputar pada engselnya, artinya mereka tidak bergerak ke mana-mana dan menjadi stagnan. Hidup terlalu berharga dan singkat untuk disia-siakan oleh kemalasan bukan?
Ada orang yang membuat keinginannya terwujud namun ada juga yang hanya menjadi penonton. Pilihan ada di tangan Anda.