Matius 10: 19
“Janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga”
Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 14; Matius 14; Kejadian 27-28
Saya adalah seorang supir untuk mengantarkan layanan surat dan parcel pribadi. Setiap hari saya pergi ke berbagai tempat. Mulai dari tempat yang kumuh hingga tempat yang sangat mewah. Selama saya bekerja hampir setahun, saya telah pergi ke setiap kantor pos yang ada di Orange County.
Suatu hari, bos meminta saya untuk datang lebih awal karena kami memiliki klien di Newport Beach yang meminta penjemputan barang lebih awal. Sebelum saya berangkat, saya memeriksa peta dan melihat lalu lintas sangat padat. Melihat situasi ini, saya jadi bergegas agar tidak terlambat.
Ketika saya tiba di kantor pos, saya berbelok ke jalan masuk. Namun saya menemukan tanda merah besar yang bertuliskan “JANGAN MASUK”. Situasi ini menuntut saya membuat keputusan cepat. Apakah saya harus mundur dan menghadapi lalu lintas yang padat dan mencari pintu masuk lain? Atau apakah saya menginjak jas dan masuk ke tempat parkir sebelum ada mobil lain yang keluar? Akhirnya saya memutuskan untuk melewati jalan itu.
Ketika saya hampir saja keluar dari jalur salah yang saya ambil dengan nekat ini, tiba-tiba sebuah mobil berbelok ke jalan masuk. Kami menginjak rem dan nyaris bertabrakan.
Saya merasa terguncang setelah nyaris celaka. Saya berhenti di dok pemuatan dan memasukan surat-surat saya ke kereta. Tapi sebelum saya masuk ke pintu belakang kantor pos, mobil yang sama itu melaju di sekitar gedung dan mendecit berhenti. Pengemudi itu keluar dengan menggunakan setelan bisnis yang mahal dan menghampiri saya.
Seketika, Matius 5:25 terlintas di benak saya, “Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.”
Saat orang asing itu mendekat, saya berjalan ke arahnya dan berkata, “Pak, saya berhutang permintaan maaf kepada Anda. Saya terburu-buru melaju melalui jalur yang salah. Saya salah dan hendak meminta maaf kepada Anda.”
“Apakah kamu tahu siapa aku?” dia bertanya.
“Tidak pak. Saya hanya tahu bahwa yang saya lakukan itu salah. Saya hampir menyebabkan kecelakaan, dan saya meminta maaf.”
“Saya kepada kantor pos,” wajahnya memerah sekarang. “Saya bisa melarang Anda dari setiap kantor pos di county. Saya juga bisa meminta polisi untuk menilangmu karena mengemudi dengan cara yang salah. Saya juga bisa menelpon atasan Anda dan memintanya untuk memecat Anda,” katanya. Lalu dia berhenti berbicara dan saya memandangnya. Kemudian dia melanjutkan, “Tapi katakan apa. Karena kamu mengakui kesalahanmu tanpa mengetahui siapa aku, aku akan memaafkanmu. Jangan sampai terjadi lagi.”
Aku berdiri di sana dan tercengang. Jika saja Roh Kudus tidak mengingatkan ayat itu ke dalam pikiran saya pada saat itu juga, saya akan berada dalam masalah besar. Jika saya membiarkan kesombongan menghalangi saya untuk mengakui kesalahan saya, saya mungkin akan menganggur.
Saya sadar bahwa benar-benar bisa mempercayai Firman Tuhan ketika dikatakan, “Janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga” (Matius 10: 19).
Saya telah menghafal ayat-ayat itu jauh sebelum kejadian hari ini. saya tidak pernah menyadari bahwa saya akan menggunakannya dalam situasi sulit yang baru saja saya hadapi.
Sebelum pergi, saya meluangkan waktu sejenak untuk bersyukur kepada Tuhan atas Firman dan Roh Kudus-Nya.
Setelah menyelesaikan rute pengiriman, saya memarkirkan van dan mengambil kunci ke kantor. Sementara saya mengisi absen, bos saya masuk dan berkata, “Hei! Saya hanya ingin memberitahu Anda bahwa kepala kantor pos Newport Beach menelepon untuk memberitahu saya bahwa dia bertemu denganmu pagi ini.”
Aku membeku.
“Dia bilang dia sangat terkesan denganmu dan kamu telah melakukan pekerjaan dengan baik. Saya hanya ingin menyampaikan pujian itu. Kerja bagus.”
Malu, rendah hati, dan lega bercampur jadi satu. Saya pergi ke kampus. Saya sudah terlambat dan terburu-buru, tetapi saya berhati-hati dan mematuhi setiap rambu lalu lintas.
Hak Cipta © 2017 Paul Linzey. Digunakan dengan izin.