1 Yohanes 1: 9
Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia
akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 119:1-88; 1 Korintus 7; 1 Samuel 1-2
Pernah
nggak sih kamu merasa seolah tersesat? Maksudnya, kamu benar-benar nggak tahu
apa yang sedang terjadi. Yang kamu tahu, ya kamu sedang tersesat. Seolah-olah merasa kekeringan dan kamu nggak tahu kapan atau bagaimana hal itu terjadi.
Hidup ini
terus bergerak tapi kamu memutuskan tidak mengikuti prosesnya. Aku pernah
mmebaca satu kalimat yang berkata ‘dalam perjalanan rohani, kita bisa melakukan kesalahan. Bergerak maju atau mundur’.
Kondisi ini
benar-benar menggangguku. Karena aku sebenarnya butuh istirahat. Tapi aku kembali
mendengar sebuah alunan kecil yang menarik. Katanya, “Kamu berhak mendapat istirahat hari ini.” Jadi aku melakukannya.
Aku beristirahat
dari semua aktivitas kehidupan rohaniku. Tanpa terasa, situasi mulai berubah sejam,
dari sejam ke sehari, sehari ke seminggu. Dan tanpa disadari enam bulan sudah berlalu. Aku akhirnya sadar kalau aku sudah jatuh ke dalam kondisi yang kacau balau.
Pikiranku
berubah menjadi medan pertempuran yang penuh rasa bersalah, kebencian,
kemarahan, pembelaan diri dan yang paling favorit – ketidakpedulian. Hal-hal
yang pernah aku pedulikan tak lagi menganggguku. Hatiku yang dulu sangat sensitif, sekarang sudah kapalan sampai-sampai aku tak lagi bisa mengenalinya.
Tapi firman
Tuhan itu selalu setia dan tepat waktu, Dia mulai melayani aku. Aku mendengar
Dia berkata, “Hancurkanlah tanah kosong yang ada di hatimu dan ijinkan Aku
menukar kembali waktu yang sudah dicuri si musuh.” Suaranya begitu lembut, tapi
tegas. PribadiNya sama sekali tidak mengutuki, mengacungkan jari, seperti yang
aku bayangkan di dalam benakku. Sebaliknya, aku melihat Tuhan dan dirimu
tergantung di atas kolam yang dangkal. Aku memperhatikanNya saat Dia
perlahan-lahan membungkuk dan meletakkan di depan kakiku batu sebagai pijakan
yang berisi tulisan Roma 2: 4b, “…kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?”
Mataku tiba-tiba
penuh dengan air mata. Dia dengan penuh kasih tersenyum ke arahku dan berkata, “Berjalanlah
maju anakKu.” Saat aku menaruh kakiku ke batu, Dia membungkuk ke depan dan menaruh
kembali batu lain yang berisi tulisan 1 Yohanes 1: 9, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”
Sekali lagi
aku mendengar suara lembutNya berkata, “Berjalanlah maju anakKu.” Saat aku melangkah
ke batu lain yang terasa hangat, aku merasakan dibersihkan dan segala hal yang terasa
berat terangkat dari jiwaku. Aku merasa bersih kembali. Batu terakhir yang Tuhan
taruh di depanku berisi sebuah ayat yang sangat aku ingat betul, tapi aku melupakannya. Ayat itu salah satu dari perintah yang sederhana tapi sangat bermakna.
Matius 3: 8
katanya, “Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.”
Aku sedikit
ragu sebelum melangkah kembali. Aku menutup mataku dan berbisik, “Ya, Tuhan bagaimana mungkin aku mengecewakanMu.
Apa bedanya untuk kali ini?” Lalu aku mendengarNya berkata, “Jalan-jalan setiap orang benar diperhitungkan
oleh Tuhan. Kekuatanku menjadi sempurna di dalam kelemahanmu. Sekarang ambillah langkah yang lain.”
Hak cipta Missey
Butler, diterjemahkan dari Cbn.com