Mazmur 1: 1-2
Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut
nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak
duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan
yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 93; Lukas 5; Ulangan 31-32
Pendeta
Kevin adalah temanku dari Gereja Metodis Bloomfield United. Dia mengirimiku pesan di pertengahan minggu lewat email. Dia menulis:
“Pada hari Sabtu, seorang anggota gereja kami yang
terkasih meninggal dunia, Pat Miller. Dia berusia 84 tahun dan sudah melayani
di gereja kami dengan setia, sabar, dan rendah hati. Aku sudah mempersiapkan
acara pemakamannya dan akan membacakan ayat melalui Alkitabnya. Dia menyimpan
banyak informasi di Alkitabnya. Penuh dengan doa dengan tulisan tangan,
kutipan, dan daftar ayat bacaan bulanan yang selalu rutin diperiksa dan dibacanya setiap pagi.”
Pendeta
Kevin lalu mengutip salah satu doa yang ditulis tangan oleh Pat. Tulisnya, “Tujuan gereja itu sederhana: untuk
menyembah Satu Allah sebagaimana diungkapkan dalam Alkitab, untuk meninggikan
AnakNya Yesus, dan menunjukkan kasihNya kepada semua orang yang menyembahNya.
Aku berdoa untuk gereja-gereja supaya mereka bisa semakin diangkat dan menjadi alat kasih. Amin.”
Kisah yang
disampaikan Pendeta Kevin mengingatkanku akan seorang wanita yang setia beribadah
selama 40 tahun. Waktu itu aku sama sekali belum menjadi Kristen yang baik. Namanya
Louise. Dia selalu membawa Alkitabnya ke gereja. Dia selalu mengutip ayat-ayat saat
sedang mengikuti kebaktian. Dia tahu dimana bagian-bagian itu tanpa harus melihatnya kembali. Dia tak ragu menuliskannya kembali di Alkitabnya.
Louise dan
Alkitabnya, itulah yang terlintas dipikiranku. Alkitab itu berwarna hitam,
terikat di sebuah sampul kulit, Alkitab itu berukuran lebih besar dari Alkitab pada
umumya, King James Version. Waktu dia membolak-balik Alkitabnya, sebenarnya dia
sudah sering kali membuka bagian itu. Alkitab itu benar-benar sudah sangat compang
camping, penuh tulisan yang digarisbawahi dan dilingkari dan penuh dengan
catatan-catatan kecil warna-warni di pinggirnya. Alat pembatas dan sisa-sisa kertas
tersangkut di sana-sini. Singkat cerita, Alkitabnya benar-benar dipakai dengan baik. Dan Aku melihatnya selama proses perjalanan hidup kekristenannya.
Aku akan jujur.
Aku benar-benar iri pada Louise. Alkitabnya dan imannya. Aku mau seperti dia tanpa
harus menghabiskan banyak waktu. Tapi Tuhan memakai sosok Louise sebagai tamparan bagiku. Kadang dia berkata, “Habiskanlah lebih banyak waktu dengan firman Tuhan!”
Waktu pemakaman
Louise, pendetanya menyampaikan khotbah lewat Alkitabnya yang compang-camping dan
catatan yang ditemukan di dalam setiap halaman-halamannya. Dia menjalani hidupnya dengan Firman Tuhan.
Bagaimana dengan
kita? Apakah Alkitab kita menggambarkan iman kita? Saat kita akan dimakamkan,
apakah pendeta kita akan menyampaikan pesan berdasarkan apa yang mereka temukan di dalam Alkitab kita?
Bapa surgawi, terima kasih untuk teladan-teladan iman yang
dimiliki Pat dan Louise, yang memberikan hidup mereka untuk mengabdi kepadaMu
dan firmanMu. Bantu kami mengingat: Sebuah Alkitab compang-camping yang mungkin milik seseorang. Di dalam nama Yesus kami berdoa.
Amin
Hak cipta oleh Diane Pearson, diterjemahkan dari Cbn.com