Efesus 2:10
"Karena
kita ini adalah buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan
pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."
Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 117; 1 Korintus 5; Rut 1-2
"Saya sangat bodoh! Sama sekali nggak bisa ngelakuin sesuatu dengan benar. Saya nggak akan mau seperti ini lagi! Saya idiot."
Dengan frustasi dan
kewalahan, putri saya mengangkat tangannya dengan rasa putus asa dan menjatuhkan kepalanya ke bawah ke atas meja dapur dengan kekalahan.
Saya nggak yakin bahwa salah
satu dari keluarga kami akan bertahan di
babak selanjutnya dengan pelajaran matematika. Putriku adalah penulis yang
hebat dan penutur kisah yang imajinatif, tetapi bicara soal angka, itu adalah musuh bebuyutannya.
Terlepas dari nilai-nilainya
yang bagus dalam mata pelajaran lain, putriku mulai menganggap bahwa
perjuangannya yang semakin meningkat dan luar biasa dalam mengerjakan matematika menjadi sebuah
bukti yang tak terbantahkan mengenai kurangnya kecerdasannya. Matematika sangat sulit baginya, dan sangat jelas bahwa dia memang bodoh.
"Berhenti memanggilnya bodoh."
Ketika putriku mendengar
suara kerasku, dia langsung mengangkat kepalanya dan keluar dari kemerosotan dramatisnya sambil menantap aku dengan rasa bingung.
Saya pun mengulangi kata-kata itu lagi.
"Saya sungguh-sungguh.
Berhentilah mengatai putriku, berhenti memanggil putri kecilku bodoh. Dia nggak bodoh, dan saya nggak suka kamu memanggil namanya demikian ."
Dia lalu tersenyum melihat
kekonyolanku ketika dia menyadari bahwa saya merujuk padanya, si gadis kecil saya. Saya menatapnya dan sekali lagi mengulangi peringatan itu kepada dirinya.
"Kamu, putriku sayang,
kamu nggak bodoh. Beberapa hal pasti sangat mudah bagimu, namun ada hal-hal lain yang lebih sulit. Kamu hanya perlu
sedikit bekerja lebih keras. Kamu pasti bisa melakukan hal-hal yang sulit. Kamu bisa!"
Meskipun nggak se-dramatis
putriku, aku sering jatuh ke dalam perangkap yang sama menyalahkan diriku
sendiri, bahkan bahkan dengan mudahnya membuat daftar apa saja yang membuatku
gagal. Tidak seorangpun mengenal daerah-daerah yang aku tidak ukur, wilayah dimana aku merasa masih kurang.
Dalam hal ini, saya kadang
membayangkan Bapa Surgawi kita merespon dengan cara yang sama ketika kita menyebut
diri kita yang merupakan bait suci-Nya sebagai orang bodoh, bahkan mencaci maki diri kita karena kegagalan kita.
Kita keras pada diri sendiri dan menjadi pengkritik yang kejam pada diri sendiri
" Orang gagal, gemuk, bodoh, kemalasan, jelek dan lain sebagainya... "
Dengan membicarakan hal-hal
itu, kamu nggak akan pernah bisa melakukan segala sesuatu dengan benar, malahan kamu akan mengacau dan membuatmu berfikir "Kenapa saya bisa melakukan ini?“
Tuhan berkata sebaliknya.
Mengenali dan menolak untuk
bekerja sama dengan kritikan yang berasal dari batin dan pikiran kita adalah
cara yang tepat agar kita bisa bermitra dengan Tuhan dalam pekerjaan yang akan Dia lakukan dalam kehidupan kita.
Kritik batin dan pikiran kita
hanyalah penyabotase yang membuat kita terintimidasi dan itu semua hanyalah tipuan.
Meskipun memang perlu untuk
mengakui kekuatan dan kelemahan kita, Tuhan nggak pernah bermaksud untuk membuat kita tenggelam dalam rasa malu, dan intimidasi serta kutukan.
Tuhan ingin kita mengisi
pikiran kita dengan kebenaran Firman-Nya, sehingga kita bisa lebih jelas
mendengarkan suara-Nya, dan mengabaikan suara orang atau pikiran batin kita yang membuat kita merasa takut dan terjebak.
Untuk menjadi seseorang yang
berani, kita harus berulang kali memilih siapa yang kita izinkan untuk kita dengarkan dan tidak kita dengarkan.
Tuhan berkata bahwa
anak-anakNya ditebus, dikuduskan, diampuni, diberi karunia yang unik, di urapi oleh Roh Kudus, berani, dan dikasihi.
Tuhan dengan bangga
menyatakan kepada kita bahwa kita adalah karya-Nya yang agung dan Dia menciptakan kita untuk melakukan perbuatan baik.
Efesus 2:10: "Karena kita ini buatan
Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."
Tuhan menciptakan kita dan
secara unik dan memperlengkapi kita masing-masing dengan karunia, talenta,
kekuatan, kecenderungan serta hasrat yang Dia inginkan untuk kita lakukan di dunia kita yang terluka dan hancur ini.
Ketika kita menyerah pada
keputusasaan dan kekalahan, itu artinya kita menolak hak kesulungan kita dan
identitas kita yang kuat sebagai anak Allah. Ketika kita tetap terjebak dalam
kegagalan dosa serta menolak untuk menerima pengampunan dari Allah, kita sama saja menyangkal kekuatan dari apa yang Yesus lakukan bagi kita.
Ya, kamu memang sedang dalam
proses tapi kamu adalah karya Pencipta Alam Semesta. Kamu berada di tangan Allah yang baik dan hebat. Mahakarya-Nya belum selesai.
Teman, berhentilah untuk mengutuki dirimu sendiri atau menyebut dirimu lemah dan lain sebagainya.
Beberapa hal akan sangat
mudah bagimu, dan mungkin ada juga akan sulit, tetapi percayalah bahwa kamu mampu menyelesaikannya dengan baik. Kamu adalah anak Raja.
Diterjemahkan Being Brave: A 40 Day Journey to the Life God Dreams for You, ? 2 17 Abingdon Press. Digunakan dengan izin.