"Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu:siapakah yang dapat mengetahuinya?"
Yeremia 17:9
Bacaan Alkitab dalam setahun: Mazmur 101; Lukas 13; Yosua 13-14
Seberapa rendah lingkungan
masyarakat dapat tenggelam saat mereka mulai menolak kebenaran Tuhan dan
mencoba untuk hidup sesuai dengan standarnya masing-masing? Hakim-hakim 20:1-14 membawa kita kembali pada masa kelam bagi bangsa Israel sepanjang sejarah.
Ketika Yosua dan para tetua-tetua
sudah meninggal, orang Israel tidak memiliki seorang pemimpin yang layak
ditunjuk untuk memimpin mereka. Seperti apa yang Yosua takutkan, orang Israel membiarkan dirinya
dipengaruhi oleh orang Kanaan yang saat itu diizinkan oleh mereka untuk tetap tinggal di negerinya.
Orang-orang Israel menikahi orang-orang kafir
dan menyembah dewa-dewa mereka, melanggar sumpah perjanjian-perjanjian yang
telah mereka lakukan. Dua pasal terakhir pada kitab Hakim-hakim menunjukkan
bencana akibat dari perlakuan orang-orang yang merasa telah melakukan kebenaran.
Ada orang Lewi yang melakukan perjalanan ke
rumahnya di Efraim. Ia berhenti untuk bermalam di Gibea, kemudian menerima
sambutan yang hangat dari seorang lelaki tua. Malam itu beberapa pria setempat
mengepung rumah tersebut dan meminta orang Lewi tersebut untuk keluar dan berhubungan suami-istri dengan mereka.
Ketika mereka menolak untuk pergi, orang Lewi
tersebut memberi gundiknya; kemudian mereka menyiksanya sepanjang malam hingga
gundik tersebut meninggal. Keesokan paginya, orang Lewi memotong tubuh gundik
tersebut menjadi dua belas potongan dan mengirimkan setiap potongan tersebut pada seluruh penjuru Israel.
Pada sebuah pertemuan khusus, orang Lewi ini
menceritakan kisahnya (yang dengan santai dirinya meninggalkan sebuah kebenaran
bahwa dirinya mendorong gundiknya untuk keluar pintu untuk menyelamatkan
dirinya sendiri). Karena dianggap kalau hal ini merupakan perbuatan tidak
bermoral dan berdosa besar seperti layaknya bangsa Israel, berita ini membuat banyak orang geram.
Para pria dikirim untuk menghadapi suku
Benyamin. 'Bagaimana mungkin hal jahat seperti itu terjadi di antara kamu?'
Tanya mereka. 'Sekarang, serahkan orang-orang yang tidak berguna itu ke Gibea.'
Orang-orang Benyamin ini menolak untuk mendengarkan perkataan orang-orang
Israel. Penolakan orang Benyamin untuk menyerahkan orang-orang yang bersalah menyebabkan perang saudara dan memusnahkan suku mereka.
Ketika manusia menolak standar Tuhan, mereka
mulai membukakan pintu pada dosa dan mengalami kemunduran. Proses ini mungkin
pada awalnya tidak disadari, tetapi satu dosa bisa mengarahkan pada dosa yang
lain. Akhirnya, budaya kejahatan tersebut menjadi begitu keras sampai akhirnya
harus terjadi sesuatu yang mengejutkan agar mereka akhirnya bertanya, 'Bagaimana mungkin hal jahat seperti itu terjadi di antara kita?'
Kitab Hakim-hakim menceritakan sebuah gambaran
yang menyedihkan mengenai apa yang akan terjadi ketika suatu budaya memberontak
dan melawan otoritas Allah. Ketika orang-orang menolak standar Allah mengenai
benar dan salah, hasilnya adalah tindakan tidak bermoral dan kekacauan.
Hakim-hakim menjelaskan mengenai apa yang terjadi di sekeliling kita sekarang ini.
Ini juga kembali mengingatkan kita mengenai
bagaimana pikiran kita bisa terjun dalam kegelapan ketika kita menggantikan
pola pikir dan akal kita sendiri untuk instruksi Tuhan yang jelas dalam Alkitab.
Mengandalkan penalaran dan penilaian pribadi kita daripada firman Tuhan merupakan tindakan yang berbahaya.
Pikiran dan emosi kita sangat mudah untuk
ditipu sehingga sulit mengenali sebuah kejahatan. Betapa jauh lebih baik jika
kita memilih untuk dipimpin dan oleh Tuhan daripada oleh pikiran kita yang penuh dengan tipu daya.
"Pada zaman itu tidak ada raja di antara
orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri."
Hakim-hakim 21:25
Mintalah kepada Tuhan untuk mengungkapkan
bagian dalam kehidupan kita yang membawa jauh dari standar yang telah Tuhan tetapkan.
Hak cipta © 2010 Dianne Neal Matthews,
Diterjemahkan.