Matius 5:3
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 110; Lukas 22; Hakim-Hakim 7-8
Bagaimana rasanya miskin di hadapan Allah? Samakah rasanya dengan miskin di hadapan manusia? Pastilah tidak sama. Miskin di hadapan manusia membuat kita ditinggalkan teman, dicemooh dan dipermalukan. Karena itu setiap orang berusaha memperkaya dirinya agar tidak mengalami kesengsaaraan itu.
Tetapi miskin di hadapan Allah tidaklah demikian, miskin dihadapan Allah akan membawa kita kepada berkat Tuhan. Bahkan menjadikan kita pewaris Kerajaan Allah. Oleh karenanya jika kita memahami makna miskin di hadapan Allah maka kita pasti rela memilih jalan hidup itu, dari pada kaya secara jasmani namun kehilangan hak atas Kerajaan Sorga.
Tetapi apakah miskin dihadapan Allah itu? Orang yang miskin tidak berharap pada dirinya sendiri, tetapi bergantung kepada kebaikan hati orang lain. Miskin di hadapan Allah berarti bergantung sepenuhnya kepada Allah dan mengakui ketidakberdayaan ktia tanpa-Nya. Inilah titik awal kehidupan rohani sejati. Kehidupan rohani yang terpusat dan bersumber pada belas kasih-Nya.
Membangun kehidupan rohani sejai tidak dimulai dengan rasa bangga pada kesalehan diri, tetapi justru dengan kerendahan hati karena sadar bahwa di mata Allah yang kudus, kesalehan diri kita hanya seperti kain kotor. Mulailah membangun kehidupan rohani dengan mengakui dosa-dosa dan memohon belas kasih-Nya. Kerajaan Sorga hadir bagi mereka yang dengan kerendahan hati mengijinkan Tuhan bertahta dalam hidupnya.
Menjadi miskin di hadapan Allah bukanlah cela tapi berkat, karena dengan kemiskinan itu membawa kita mewarisi Kerajaan Sorga.