Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 72; Ibrani 6; 2 Tawarikh 33-34
Ketika seorang pendeta mengunjungi para napi yang akan dieksekusi mati, ia melihat semua tengah menonton televisi di sel masing-masing. Memang setiap napi boleh memiliki televisi hitam putih kecil untuk mengusir kejenuhan. Namun ada satu napi, John Irving, yang tidak punya televisi. Ia asyik membaca buku rohani.
Sang pendeta bertanya apakah ia perlu dibawakan televisi. John menolak. Katanya, “Aku sengaja tidak menonton. Sudah banyak waktu terbuang percuma di masa lalu. Kini hidupku tinggal sebentar. Aku ingin bersiap menghadap Tuhan, dan tak akan kubiarkan televisi menyedot waktu dan perhatianku dari Tuhan!”
Demi memprioritaskan Tuhan, John rela meninggalkan nikmatnya televisi. Simon dan Andreas juga rela meninggalkan jala dengan ikan-ikan di dalamnya. Kehilangan mata pencaharian satu-satunya demi memenuhi panggilan Yesus untuk menjadi penjala manusia. Yakobus dan Yohanes lebih lagi.
Bagi kakak beradik tersebut, menjala ikan sudah menjadi bisnis keluarga yang dikelola secara profesional. Sang ayah punys beberapa karyawan (Lukas 18:20). Namun, ketika Yesus memanggil, mereka pun dengan rela meninggalkan pekerjaan itu dan ayahnya, serta kemungkinan memperoleh warisan bisnis keluarga yang menjanjikan.
Dalam hidup, kita tidak bisa melakukan semua hal. Kita harus memilih mana yang harus didahulukan, mana yang bisa diabaikan. Ini namanya menyusun skala prioritas. Jika Tuhan Yesus dijadikan prioritas utama, ada hal yang perlu kita tinggalkan atau lepaskan; entah hobi, status, pekerjaan, kemapanan, kebiasaan berdosa, dan lain-lain. Adakah sesuatu yang perlu Anda tinggalkan?
Selama Anda menggenggam erat apa yang harus dilepaskan, Tuhan tidak bisa memberi Anda yang lebih baik