Aku Lemah Karena Tuhan Kekuatanku
Kalangan Sendiri

Aku Lemah Karena Tuhan Kekuatanku

Claudia Jessica Official Writer
      3152

Kejadian 16:13

“Engkaulah El-Roi, Dia yang telah melihat aku,”

 

Bacaan Alkitab setahun: 17. Mazmur 17; Matius 17; Kejadian 33-34

“Apakah ada yang merindukanku?”

Jika Anda pernah merasakan hal yang sama seperti pernyataan di atas, maka Anda bisa merasakan patah hati yang Hagar rasakan.

Setelah dimanfaatkan oleh Abraham dan Sarai untuk mengandung anak, tidak butuh waktu lama hingga terjadi konflik. Suatu hari, Hagar pergi jauh. Kejadian 16:6 menceritakan, “Kata Abram kepada Sarai: "Hambamu itu di bawah kekuasaanmu; perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik." Lalu Sarai menindas Hagar, sehingga ia lari meninggalkannya.”

Hagar yang malang. Dibawa ke kamar seorang pria tapi tidak pernah masuk ke dalam hatinya. Ketika Hagar menyadari usahanya untuk menang tidak berhasil, dia pergi melarikan diri. Mungkin Hagar berpikir, “Tidak ada yang akan merindukanku” atau “Jika aku lari, mereka akan merindukanku.”

Ketika Hagar diperlakukan seperti barang, dia bereaksi dengan rasa hina. Ketika Sarai diperlakukan dengan penghinaan, dia meresponnya dengan intimidasi. Ketika Hagar diganggu, dia melarikan diri. Sama seperti yang terjadi di Taman Eden, semua musuh membutuhkan satu orang untuk mengambil gigitan pertama untuk menggerakkan reaksi.

Bagi Hagar, melarikan diri seperti menawarkan solusi sementara untuk dapat memegang kendali atas kehidupannya. Bahkan jika dia tidak tahu ke mana dia pergi, setidaknya dia bisa merasakan bahwa dialah yang memutuskan ke arah mana dia hendak pergi.

Tidak sulit untuk merasa simpati pada krisis identitas yang dihadapi Hagar. Dia mungkin telah diakuisisi oleh Sarai di usia muda. Sekarang, tanah airnya hanya menjadi kenangan yang jauh. Dia tidak memiliki hubungan yang nyata dengan ayah dari anaknya, dan majikannya mungkin ingin Hagar menghilang begitu saja. Dengan tidak adanya rumah, tidak mengherankan jika Hagar kebingungan menjawab pertanyaan Malaikat Tuhan dalam Kejadian 16:8, “Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu?”

Meskipun Tuhan tidak selalu memanggil kita ke jalan yang mudah, jalan-Nya selalu dapat dipercaya. Terlepas dari bagaimana perasaan Hagar, Firman Tuhan meyakinkan kita bahwa Hagar tidak pernah sendirian. Tuhan tidak hanya melihat Hagar dalam penderitaannya, tetapi Dia menghiburnya dengan janji yang luar biasa. “Kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: ‘Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya.’” – Kejadian 16:10.

Hagar adalah satu-satunya wanita dalam Alkitab yang Allah berikan janji secara pribadi untuk memiliki banyak keturunan. Sementara Sarai pasti diberkati dengan janji serupa, tetapi Tuhan menganugerahkan berkat pribadi kepada Hagar. Hagar juga satu-satunya orang di seluruh Alkitab yang memberi nama kepada Tuhan, “Engkaulah El-Roi, Dia yang telah melihat aku,” – Kejadian 16:13.

Sangat berharga bukan?

Di tengah hutan belantara, dengan luka-lukanya, Hagar mendapati bahwa dirinya dikenal dan dicintai oleh Tuhan. Pertemuannya dengan Tuhan memberinya keberanian untuk menyerahkan kendali, mematuhi perintah-Nya, dan kembali ke majikannya, tapi dia tidak membalas hal yang dilakukan oleh tuannya.

Dia punya suara. Dia punya tempat. Sementara dia akan tetap menjadi hamba Sarai, Hagar juga akan dikenal sebagai ibu dari putra Abraham, yang Tuhan sendiri beri nama Ismael yang berarti, “Tuhan mendengar” (Kej. 16:11).

Menit pertama kita melihat seorang budak yang melarikan diri, dan di menit berikutnya kita melihat seorang hamba Tuhan yang berani. Tidak seorangpun dapat bertemu dengan Allah yang hidup dan tetap tidak berubah.

Sepanjang hidup, kita akan menghadapi tantangan di mana kita tergoda untuk menempuh jalan kita sendiri. Tampaknya kita seperti memegang kendali, tetapi kenyataannya adalah kendali tersebut merupakan ilusi. Kita semua bergantung pada Tuhan untuk segalanya, bahkan nafas kita berasal dari Dia (Kej. 2:7).

Yang benar adalah bahwa ketika kita menentang kedaulatan Tuhan, kita akan menghalangi kemampuan kita sendiri untuk mengalami kedamaian-Nya, hal yang paling dirindukan oleh hati kita.

Tetapi puji Tuhan bahwa Dia tidak meninggalkan kita di tengah padang gurun dan luka-luka kita, tetapi dengan rela mengejar kita di sana!

“Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?” – Mazmur 139:7

Bagaimana dengan Anda? Apakah ada area dalam hidup Anda yang berusaha dikontrol? Bagaimana persepsi Anda tentang kemampuan untuk mengurus masalah sendiri dapat mengurangi kesadaran kita akan ketergantungan kita pada Tuhan?

 

Diadaptasi dari HAGAR: Menemukan Kembali Tuhan Yang Melihatku.  Hak Cipta © 2017 oleh Shadia Hrichi. Diterbitkan oleh Penerbit Leafwood

Ikuti Kami