Apakah Orang Kristen Selalu Punya Kepribadian Ganda?
Kalangan Sendiri

Apakah Orang Kristen Selalu Punya Kepribadian Ganda?

Inta Official Writer
      4511

"Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?"

( Korintus 6:19)

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 61; Markus 11; Hosea 1-3

Pada hari Minggu, orang kristen pergi ke gereja, tempat dimana semua orang mengasihi kita. Gereja merupakan sebuah naungan dimana kita bisa merasakan damai Tuhan dan dipenuhi oleh kasihNya.

Kemudian, Senin tiba. Rumah berantakan dan tidak karuan. Setiap orang di jalan tiba-tiba menjadi menyebalkan. Belum lagi semprotan atasan yang menunggu di kantor. Ada rekan kerja membenci kita.

Saat itu, rasanya dunia telah runtuh. Lalu ketika kita kembali ke rumah, orang-orang di sekitar harus berhati-hati dengan sikap kita, karena kesabaran kita sudah terkuras sepanjang hari. Senggol bacok kalau istilah jaman sekarang.

Apakah kondisi ini menjadi relevan buat kita? Kita bisa menjadi orang yang penuh kasih di gereja pada hari Minggu, sementara jadi orang nggak sabaran di hari berikutnya. Tanpa sadar, kita jadi kesulitan untuk mengenali hal ini, sebab kita mengenali diri sebagai orang yang rajin ke gereja, bukan sebaliknya.

Rasul Paulus menulis dalam Roma 7:18-19, "Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang  jahat, yang aku perbuat."

Kita memberi tahu diri sendiri bahwa semuanya itu tergantung dari situasi sekitar. Atau, mungkinkah ini karena kita punya kepribadian ganda?

Bait Allah, seperti yang disebutkan dalam Alkitab, dibagi menjadi tiga bagian. Bagian terluarnya merupakan tempat dimana semua orang bisa masuk. Bagian berikutnya adalah tempat suci dimana hanya imam-imam bisa masuk. Dan terakhir, tempat yang paling kudus, hanya bisa dimasuki oleh imam besar.

Imam-imam besar tersebut pun hanya sekali dalam waktu setahun untuk memberikan persembahan dari orang-orang. Itu merupakan tempat paling suci, tempat dimana Tabut Perjanjian ditempatkan. Bagian terdalam ini merupakan tempat dimana Tuhan dan manusia bisa bertemu sekaligus berkomunikasi. Itu pula yang menggambarkan tritunggal.

Setiap kita terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Tubuh kita seperti bagian terluar dari bait suci. Banyak orang yang bisa melihatnya. Inilah cara kita membangun sebuah hubungan bersama dengan dunia lewat panca indra.

Jiwa kita merupakan tempat suci selanjutnya, yang menghubungkan antara roh dan tubuh. Ini merupakan tempat dari pikiran, keinginan dan emosi ada. Hubungan antara dunia fisik dan roh, surga dan bumi.

Sementara pada bagian roh, merupakan tempat yang paling kudus, paling dalam dimana Tuhan tinggal. Tempat yang bisa didekati oleh surga, sekaligus tempat kita untuk bersekutu dengan Tuhan.

Roh, jiwa dan tubuh kita sering mengalami peperangan satu dengan yang lain. Jiwa kita sering mengalami peperangan, dimana kita harus memutuskan mana yang harus dijadikan utamanya, apakah itu roh atau tubuh.

Inilah tepatnya mengapa kita disebut sebagai punya kepribadian ganda tadi. Kita punya kencederungan tarik ulur antara kedagingan yang cenderung menginginkan hal-hal yang sifatnya duniawi, sementara roh kita yang haus akan kehadiran Tuhan. Tubuh akan mengendalikan kita, kecuali kita mau mati dan menghadirkan Tuhan lewat roh kita.

Kita akan dilahirkan kembali dengan bertanya kepada Tuhan untuk mengampuni dosa dan kesalahan kita, juga mengundangnya datang ke dalam hati kita. Roh kita akan hidup bagi Tuhan, dan ketika ini terjadi, kita akan punya sebuah hubungan bersama Tuhan lewat roh yang ada di dalam kita.

Kepribadian ganda itu akan hilang sejak kita terlahir kembali di dalam Kristus, dan Allah menerima kita sebagai bait suci, tempat Dia dapat tinggal melalui Roh Kudus.

Ketika kita tunduk kepada Tuhan dan menjaga kedagingan kita, maka kita akan bisa membawa kedamaian setiap harinya, bahkan sampai dunia pun bisa merasakannya.

Hak Cipta © 2009 Gene Markland, digunakan dengan izin.

Ikuti Kami