Terharu dan Bersyukur, Tuhan Yesus Memang Mati agar Kita Mendapat Hidup
Kalangan Sendiri

Terharu dan Bersyukur, Tuhan Yesus Memang Mati agar Kita Mendapat Hidup

Budhi Marpaung Official Writer
      6802
Lukas 23:46

Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]mazmu113[/kitab]; [kitab]yohan1[/kitab]; [kitab]hakim13-14[/kitab]

Saya mendengar sebuah lagu berjudul Ten Thousand Angels Cried, yang dinyanyikan oleh LeAnn Rimes. Saya bisa membayangkan surga pada hari Juruselamat kita disalibkan. Malaikat-malaikat itu melihat penyiksaan yang Ia alami untuk keselamatan umat manusia. Mereka pasti telah merenungkan cara yang tidak masuk akal ini untuk mati. Mereka melihat orang-orang mengejek dan meludahi, memukul dengan cambuk berulang kali, sampai-sampai rupa-Nya pun tidak dapat dikenali.

Mengapa Ia memilih untuk meninggalkan kemegahan surga untuk mati menggantikan kita saat kita menjadi orang-orang berdosa? Kita tidak bisa mengerti akan hal ini. Faktanya bahwa Ia memilih untuk mengesampingkan mahkota dan kerajaan-Nya untuk mengambil bentuk kemanusiaan bagi kamu dan saya.

Pada Kamis Putih dan Jumat Agung, orang-orang akan menghadiri kebaktian di gereja-gereja di seluruh dunia. Akan ada perayaan Kebangkitan pada Minggunya, lebih dikenal sebagai Paskah.

Kita bersukacita Yesus dibangkitkan dari kubur dan hidup selamanya menjadi perantara bagi kita. Dia melakukan ini supaya suatu hari mereka yang telah menerima kematian, penguburan, dan kebangkitanNya akan tinggal di Surga bersama-Nya. Bagi mereka yang telah mengundang Tuhan masuk ke dalam hati mereka, pelayanan khusus ini akan mengingatkan kita akan pengorbanan-Nya yang tertinggi. Kita akan bersukacita bahwa Yesus sangat mengasihi kita sehingga Ia pergi ke kayu salib, mengalami kesakitan dan mendapatkan penghinaan. Ketika kita memikirkan bagaimana langit menjadi gelap gulita dan tirai di tempat kudus segera terobek (Markus 15:33-37, Lukas 23:44-46), nyanyian tentang sepuluh ribu malaikat yang menangis tampak sangat nyata. Saya membayangkan mungkin ada petir, guntur, dan hujan lebat. Saat malaikat-malaikat itu menangis begitu deras, air mata mereka mendapat respon yang begitu luar biasa dari surga.

Terkadang saya masih menangis dan sangat bersyukur Ia tidak turun dari kayu salib, karena saya tahu Ia membeli hidup yang kekal bagi saya. Hal ini membantu saya mengetahui bahwa air mata saya adalah bahasa yang Tuhan pahami. Malaikat pasti bertanya-tanya apakah mungkin ada jalan lain. Pada saat-saat itu, hal tersebut membuat saya menghargai bahwa meskipun adalah Tuhan, Ia rela melepaskan keilahian-Nya untuk mengenakan daging manusia.

Kini, setiap kali guntur mengaum, angin bertiup dan petir berkedip-kedip di langit, saya langsung melihat ke luar jendela. Ketika hujan turun semakin kencang, saya membayangkan peristiwa di kala Juruselamat saya disalibkan dan bagaimana para malaikat menangis!

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Yohanes 3:16

Maka aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa,   Wahyu 5:11

Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. 1 Korintus 1:18

Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Filipi 3:18

 

Hak Cipta © Cathy Irvin. Digunakan dengan izin.


Kematian Yesus Sungguh Menyayat Hati, Tetapi Ia Harus Melakukan itu agar Kita Bisa Hidup Bersama-sama dengan-Nya Selamanya.

Ikuti Kami