Kedengarannya Rohani, Tetapi Ternyata Tuhan Tidak Suka Lho dengan Alasan Kita Ini!
Kalangan Sendiri

Kedengarannya Rohani, Tetapi Ternyata Tuhan Tidak Suka Lho dengan Alasan Kita Ini!

Budhi Marpaung Official Writer
      5922

Matius 25:26-27

Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya.

Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]mazmu21[/kitab]; [kitab]ikori12[/kitab]; [kitab]0ayub20-21[/kitab]

"Saya sudah selesai."

Inilah kata-kata yang saya katakan pada diri saya pagi ini...

"Saya sudah selesai ... saya sudah selesai memercayai kebohongan ... saya selesai menahannya ... saya selesai membungkuk kepada takut."

Pernahkah kamu merasakan bahwa Tuhan memanggilmu untuk melakukan beberapa tugas? Tidak lama lagi Dia memberimu visi, kamu pun mulai membuat alasan demi alasan. Seperti Musa berdebat dengan Tuhan bahwa dia tidak dapat berbicara dengan baik. Atau Yunus, yang percaya bahwa orang-orang Niniwe adalah orang-orang yang tidak mendapat anugerah dari Tuhan.

Seberapa sering kita melakukan hal yang sama? Kita berdebat dengan Tuhan, membuat alasan, bahkan melarikan diri. Baru-baru ini, saya meminta Tuhan untuk mengungkapkan ketakutan saya. Saya perlu tahu apa yang menahan saya dari memenuhi tugas yang Tuhan telah berikan kepada saya untuk dilakukan. Akhirnya saya mendapati bahwa di dalam diri saya, saya takut kesombongan akan menggali cakarnya ke dalam diri saya dan menjatuhkan saya. Pikiran bahwa saya akan mendukakan Tuhan membuat saya lumpuh karena ketakutan. Betapa tragis!


Saya memberi kemenangan kepada musuh! Ketakutan bisa tampak halus: bahkan terlihat mulia ("Saya tidak ingin mengecewakan Tuhan"). Ketakutan ini berakar pada kesombongan dan ketidakpercayaan. Dan tidak ada yang mulia tentang hal itu.

Ini mengingatkan saya pada perumpamaan tentang talenta yang Yesus ajarkan. Guru, yang diwakili oleh Yesus, memberikan sumber daya kepada setiap hamba-Nya untuk diinvestasikan "sesuai dengan kemampuannya." Dua orang menanam dengan bijak. Namun, orang ketiga mengubur pemberiannya. Saat Sang Guru kembali, orang tersebut mengajukan dalih,

"Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!" (Matius 25:24-25)

Hal menarik dari perumpamaan ini adalah bahwa Guru tidak pernah membela diri. Dia tidak pernah mengoreksi kebohongan yang dipercayai oleh hamba-Nya tentang diri-Nya. Dia tidak perlu. Kata-kata pria itu yang mengutuk dirinya sendiri.

"Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya." (Matius 25:26-27)

Saya memercayai kebohongan. Saya menyimpan anugerah Yesus di dalam pasir, seolah ini akan menyelamatkan kesedihan-Nya. Padahal, apakah yang lebih membuat Tuhan bersedih: mengambil risiko atau mengubur karunia-Nya?

Kebenarannya adalah Tuhan untuk kita. Tidak ada yang lebih diinvestasikan dalam kemenangan kita daripada Dia yang membayarnya dengan darah-Nya sendiri.

Saya mengakui ketakutan saya. Takut bahwa kesombongan saya akan menjadi bau busuk bagi Tuhan dan Dia akan menyesal pernah mempercayai saya dengan pemberian-Nya. Tuhan justru menanggapi ketakutan saya tersebut dengan kebaikan. Saat membuka Alkitab dan membaca kitab Yosua, saya membaca tiga kali, "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu." Dan “karena Tuhan, Allahmu, akan menyertai engkau kemanapun engkau pergi.”

Baca juga: Tyler Perry, Aktor Multi Talenta dengan Masa Lalu yang Menyakitkan

Kemudian, seolah-olah untuk memastikan bahwa saya mendengar Dia, Dia menegaskan kembali pesan-Nya sekali lagi. Saya membuka jurnal saya untuk menulis pesan yang saya dapati. Di bagian bawah setiap halaman ada sebuah ayat Alkitab yang acak. Saya membuka jurnal saya ke halaman kosong berikutnya. Air mata kegembiraan dan kedamaian mereda saat saya membaca ayat ini di bagian bawah:

"Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi." (Yosua 1:9)

Tuhan itu setia. Dia adalah untuk kita. Namun, jendela kesempatan kita untuk berinvestasi di Kerajaan-Nya sudah hampir tutup. Perumpamaan tentang talenta ini pun adalah menjadi peringatan yang sederhana. Mengenai kedatangan-Nya, Yesus berkata kepada kita, "...Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."(Matius 25:13)

Teman, waktu kita pendek. Apakah ada kebohongan yang harus kamu serahkan? Karunia-karunia yang perlu diinvestasikan? Terkadang penuh resiko untuk mengerjakan apa yang Tuhan sedang percayakan, tetapi jangan terlalu kuatirkan hal itu karena Tuhan tahu kamu pasti sanggup melakukannya. 


Hak Cipta © 2017 Shadia Hrichi. Digunakan dengan izin.

Tuhan Sudah Memberikan Kepercayaan Kepadamu Dalam Bentuk Talenta, Kembangkanlah Karena Itulah yang Menyenangkan Hati-Nya.

Ikuti Kami