Manis Bagai Kue, Ini Adalah Suguhan Cerita Dari Sebuah Panti Asuhan
Kalangan Sendiri

Manis Bagai Kue, Ini Adalah Suguhan Cerita Dari Sebuah Panti Asuhan

Inta Official Writer
      3821

"Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" 

(1 Yohanes 3:17)


Bacaan setahun; Mazmur 19; Kisah 2; Ayub 15-17

Ayahku adalah seorang yatim piatu yang ditinggalkan di pintu sebuah panti asuhan yang ada di San Fransisco, tepatnya di area Nob Hill ketika ia masih berusia satu bulan. Kemudian ia dibesarkan di panti asuhan di San Francisco dan di adopsi ketika dirinya berusia tujuh tahun oleh Minnie dan George Segress, kemudian dibawa ke Visalia, sekitar 75 mil ke arah selatan Fresno, CA. 

Nama aslinya adalah Shelton. George menyayangi ayahku, sementara Minnie sebaliknya. Pernah suatu waktu, setelah kepergian George selama dua hari ke luar kota untuk memenuhi tugas kantor, George menemukan ayah terkunci di toilet pada usianya yang kesepuluh. 

Cuacanya sekitar 20 derajat karena pada saat itu sedang musim dingin dan ayahku hampir mati kedinginan. Setelah George menyelamatkan ayah, ia berjalan menuju ke dalam rumah dan mencubit Minnie dengan keras hingga membuat Minnie melemparkan meja ke arah George. Ayahku dipenuhi dengan trauma pada masa kecilnya. 

Kemudian George membawa ayah ke sebuah rumah kayu dimana terdapat beberapa teman yang ikut membawanya menjauh dari Minnie. Ayah tumbuh dengan kuat, walaupun keadaan hidupnya keras, namun ia bisa menjadi seorang pemimpin pada sebuah industri konstruksi. 

Mengharukan, ayah tidak pernah melupakan hari-harinya semasa di panti asuhan dulu dan selalu menyanyikan sebuah lagu sebelum dirinya pergi tidur, "Jesus loves me, this I know, for the Bible tells me so, little ones to Him belong, we are weak, but He is strong."

Panti asuhan adalah salah satu tempat yang sangat berarti bagi kami semua. Pernah suatu waktu, kami melakukan sebuah perjalanan dengan 8 anak yatim piatu lainnya, selain memberikan donasi, kami juga mengajak mereka berbelanja bersama di Costco. Mereka membeli beberapa kotak susu, beberapa ayam panggang dan sebagainya untuk teman-temannya yang lain. Tidak lupa saya memberikan beberapa kue manis yang tidak ada dalam daftar belanja untuk memberikan senyum di wajah mereka. 

Perjalanan itu sendiri sangat berharga buat saya, saya sangat bahagia. Ada 40 anak-anak dibesarkan dibawah salib-Nya dan pergi ke sebuah gereja kecil di panti asuhan tesebut. Mengetahui bahwa saya tidak mungkin ada disana jika bukan karena mereka, hati kecil saya langsung terbawa pada kenangan ayah saya ketika ia masih kecil. Bagaimana seorang anak yatim piatu yang pernah merasakan terkurung sendirian di dalam gelapnya sebuah ruangan kecil. Tidak terasa air mata menetes dimataku. 

Panti asuhan seperti coklat rasa asam manis. Manisnya anak-anak yang tercampur dengan asamnya kenyatan yang mereka alami semasa kecil, yaitu kurangnya kasih sayang dan perhatian.

"Setidaknya kami dapat menjaga beberapa dari mereka", hati kecilku berbisik. Saya kemudian merasakan bahwa saya sedang menahan air mata dan membayangkan apakah air mata tersebut karena bahagia mengetahui beberapa dapat diselamatkan, atau teringat bahwa ada juga yang tidak dapat merasakan kasih sayang dan melindung mereka dari kerasnya hidup ini.

Saya merasa harus mengatakan satu hal lagi:

Untuk saudara yang terkasih: jika kita patuh kepada Tuhan, kita seharusnya berada di dalam hasihNya (Yohanes 15:10), dan menyebarkan kasih tersebut dengan peduli terhadap seluruh anak-anak yang ada di dunia ini seperti apa yang Tuhan Yesus lakukan. Dapatkah kamu ingat ketika kamu masih kecil dan ketakutan sekaligus sendiri namun masih memiliki sebuah kepercayaan yang lugu? Yatim piatu di seluruh dunia menunggu kita hari ini dengan mata yang sendu dan harapan bahwa kita akan datang dan membawa kasih penyertaan Tuhan Yesus.

Hak Cipta © 2015 oleh Bob Segress. Digunakan dengan izin.


Ikuti Kami