Seribu Ekor Anak Domba
Kalangan Sendiri

Seribu Ekor Anak Domba

Budhi Marpaung Official Writer
      6819

Mazmur 126:6

Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.

Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]mazmu14[/kitab]; [kitab]matiu14[/kitab]; [kitab]kejad27-28[/kitab]

Ini hal terbaik yang bisa kita lakukan ... menyebar benih dan melihatnya bertumbuh. Tapi, apa yang kita lakukan ketika Tuhan meminta kita untuk menebarkan benih yang besar? Apa yang kita lakukan ketika benih tersebut membuat kita harus ke luar dari zona kenyamanan? Apa yang kita lakukan di musim-musim ketika Tuhan mengharuskan kita untuk menanam yang berharga?

Saya berpikir banyak tentang Salomo akhir-akhir ini. Salah satu cerita Alkitab favorit saya di Perjanjian lama yakni ketika semua mengorbankan anak domba kepada Allah. Kamu dapat hampir saja menutup mata dan melihat mereka datang, satu per satu, berbaris rapi - satu orang dan satu anak domba. Semua orang kecuali Salomo. Ketika orang lain datang membawa seekor anak domba, Salomo datang tidak membawa satu - bahkan bukan 10; Salomo datang membawa 1.000 ekor. Pada malam yang sama, Allah datang ke Salomo dan sebagai imbalannya bertanya, "Salomo, apa yang bisa Aku lakukan untukmu?" Bayangkan kata-kata itu! Bayangkan apa artinya bagi Allah saat berbisik di telinga kamu, "Apa yang bisa saya lakukan untukmu?"

Mungkin, bagian terbesar dari seluruh cerita itu tidak ada hubungannya dengan kuantitas domba, tetapi kualitas. Salomo tidak hanya membawa 1.000 ekor anak domba, ia membawa seribu yang terbaik. Salomo melakukan sesuatu yang kita semua gagal dalam melakukannya. Allah meminta satu anak domba. Tentu saja, kita semua senang untuk memberikan seekor anak domba kita. Mungkin, domba paling favorit kita, atau salah satu yang jinak. Namun, pada akhirnya, apakah kita benar-benar bersedia untuk memberikan 999 kali lebih dari aturan-aturan umum yang ada? Lebih dari pada itu, apakah kita bersedia untuk memberikan 1.000 domba kita dan memberikannya dengan sukacita?

Saya mendengar Jentezen Franklin memberikan khotbah tentang hal ini dan ia membuat judul kisah Salomo ini dalam dua kata - "Benih berharga." Apa itu benih berharga? Ini bisa jadi adalah benih yang membutuhkan usaha besar, membawa kita jauh dari keakraban atau salah satu yang mendorong kita dari zona kenyamanan kita. Biji berharga sulit untuk ditanam. Tapi, hanya cukup satu biji berharga gar seluruh bidang penuh pada saat panen. Dia pun melanjutkan dengan cerita tentang Abraham - yakni ketika Tuhan memintanya agar Ishak dipersembahkan di gunung. Pendeta Jentezen mengatakan, "Sangat mudah untuk memberikan Ismael kita kepada Allah. Saya bisa berpuasa daging ati dan bawang sepanjang hari karena saya tidak makan daging ati dan bawang. "Sebuah benih berharga adalah jenis benih yang mengisi bibir Allah dengan pertanyaan menjanjikan," Apa yang bisa Aku lakukan untukmu?"

Mungkin, Allah meminta kamu untuk menanam benih. Yakinlah bahwa setiap benih yang kamu tanam itu berharga. Namun, Tuhan sedang mencari orang-orang seperti Salomo yang bersedia untuk mengambil domba yang terbaik dan meletakkan di kaki-Nya. Hal yang sangat menarik adalah bahwa ada sedikit sentuhan Salomo dalam diri kita semua. Setiap kita dipanggil untuk memberikan yang terbaik dan kita semua mampu melakukannya. Ketika Allah meminta anak domba, mana yang akan kamu berikan kepadanya? Apakah yang terbaik atau yang sisanya? Jangan takut untuk membawa anak domba terbaik ke altarnya hari ini karena ketika kamu melakukan hal itu ... Sang Gembala Baik akan mengguncang duniamu!

 

Setiap Kita Bisa Memberikan yang Terbaik Kepada Tuhan, Tetapi Apakah Kita Mau untuk Melakukannya?

Ikuti Kami