Penerimaan
Kalangan Sendiri

Penerimaan

Budhi Marpaung Official Writer
      3297
Roma 14:1
Terimalah orang yang lemah imannya tanpa mempercakapkan pendapatnya

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 115; 2 Petrus 2; Yehezkiel 33-35

Sebut saja kedua orang ini adalah Nidya dan Randi. Mereka adalah pasangan yang memiliki kesamaan yakni suka mengonsumsi obat bius dan pesta pora. Bahkan mereka  telah beberapa waktu lamanya telah hidup bersama layaknya suami istri. Nidya mengira orangtua Randi pasti sangat membencinya, tetapi Ia keliru. Pada malam Natal, wanita ini ternyata diundang untuk makan bersama di rumah keluarga Randi.

Nidya yang masih muda pun menerima ajakan calon mertua (camer). Dengan memakai kostum ala rock dan tato di tangan, ia datang ke rumah orangtua Randi. Di luar dugaannya, ayah dan ibu camer begitu ramah menyambutnya. Sesudah itu bahkan ibu Randi kerap menelepon calon menantunya ini untuk berbicara dari hati ke hati atau sekedar memberikan nasihat rohani kepadanya.

Mulanya Nidya mencibir apa yang dilakukan sang ibu camer. Hingga suatu hari ia mengalami kecanduan parah. Ia merasa sangat ketakutan saat itu dan memberanikan diri untuk menelepon si ibu. Orangtua Randi pun datang bersama pendeta, mendoakan dan memeluknya. Ia terharu sekali karena merasa diterima. Sejak peristiwa tersebut Nidya dan Randi menerima Kristus secara pribadi dalam kehidupan mereka masing-masing.

Di pergaulan sehari-hari, kerap kita jumpai orang yang imannya lemah. Ada yang masih percaya takhayul, gaya hidup duniawi, atau terikat dosa tertentu. Banyak juga yang belum beriman dan mencela Kristus. Bagaimana sikap kita? Menghakimi atau menjauhi mereka? Rasul Paulus menantang kita untuk menerima mereka apa adanya (Roma 14:7), sebagaimana Kristus telah menerima kita. Menerima bukan menyetujui perbuatan dosanya, melainkan “menanggung kelemahannya” (ayat 15). Artinya, berusaha menanggung rasa tidak nyaman ketika menghadapi kelemahannya, sambil berdoa dan membangun imannya.

Menerima orang seperti Nidya tidaklah mudah. Lebih gampang meninggalkan orang bermasalah seperti dia, lalu bergaul dengan kawan seiman yang lebih menyenangkan. Disinilah dibutuhkan penyangkalan diri, kesabaran, dan kerendahan hati. Namun, percayalah: penerimaan Anda akan menyentuh hidup mereka!

Sebuah penerimaan yang tulus membuat jalan menuju Tuhan menjadi mulus

Ikuti Kami