Yesus, Nahkoda Hidup yang Setia
Kalangan Sendiri

Yesus, Nahkoda Hidup yang Setia

Lori Official Writer
      131

Ayat Renungan: Yesaya 9: 5 - "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." 

 

Yesus tidak datang ke dunia dengan kemegahan istana, melainkan dibalut kain lampin dan dibaringkan di atas palungan jerami. Mengapa demikian? Supaya tidak ada satu pun dari kita yang merasa terlalu rendah atau tidak layak untuk datang kepada-Nya. Komitmen kita untuk mengandalkan Yesus selalu dimulai dari kesadaran bahwa Dia telah lebih dahulu berkomitmen untuk merasakan kerapuhan hidup manusia.

Yesaya tidak hanya memberikan nama, tetapi memberikan "jangkar" bagi jiwa kita. Mengandalkan Yesus berarti menjadikannya sebagai nahkoda hidup yang mampu berperan di dalam empat hal ini dalam hidup kita:

Pertama, penasihat ajaib yang menuntun langkah kita.

Di tengah dunia yang penuh dengan suara bising dan opini manusia, kita sering tersesat dalam mengambil keputusan. Mengandalkan Yesus berarti berhenti mencari jawaban pada hikmat dunia dan mulai berlutut di hadapan Sang Penasihat. Dia tahu akhir dari setiap awal yang sedang kita jalani.

Kedua, Allah perkasa yang menopang kelemahan kita.

Kita sering merasa lelah menghadapi tekanan hidup. Namun, ingatlah bahwa pemerintahan ada di atas bahu-Nya, bukan bahu kita. Kita tidak dirancang untuk memikul beban dunia; kita dirancang untuk bersandar pada kekuatan-Nya yang tak terbatas.

Ketiga, Bapa kekal yang menjamin keamanan kita.

Dunia ini bersifat sementara—pekerjaan bisa hilang, kesehatan bisa menurun. Namun, Yesus adalah Bapa yang tidak akan pernah meninggalkan anak-anak-Nya. Komitmen kita kepada-Nya adalah respon terhadap kasih-Nya yang konstan, yang melampaui waktu dan kematian.

Keempat, Raja Damai yang menenangkan badai hidup kita.

Damai sejahtera yang Ia berikan bukanlah absennya masalah, melainkan kehadiran-Nya di tengah masalah. Mengandalkan-Nya berarti mengizinkan hati kita tetap tenang meski badai di sekitar kita sedang mengamuk.

Kelahiran Yesus 2000 tahun lalu tidak akan berdampak besar jika Ia tidak "lahir" dan memerintah di dalam hati kita hari ini. Mengandalkan Yesus setiap waktu berarti mengakui bahwa kita tidak mampu berjalan sendiri. Kita membutuhkan Dia sebagai penasihat, penopang, penjamin dan penyedia damai dalam hidup kita di setiap tarikan napas, di setiap keputusan sulit, dan di setiap tetes air mata kita. 

 

Momen Refleksi:

1. Bagian mana dalam hidupku yang masih aku coba pikul sendiri hari ini? 

2. Apakah aku sudah mengizinkan Sang Penasihat Ajaib menjadi nahkoda hidupku?

Ikuti Kami