Yakobus 1:2
“Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu sukacita jika kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan.”
Bacaan setahun : Mazmur 14; Wahyu 20; Ayub 3-5
Ketika membaca ayat ini seringkali kita kebingungan. Bingung karena hal yang paling dihindari manusia adalah pencobaan, masalah, atau pergumulan. Manusia lebih senang untuk hidup nyaman, tanpa masalah, dan tersedia apapun yang dibutuhkan. Inilah arti sukacita bagi manusia pada umumnya. Tetapi ayat ini mengajarkan sesuatu di luar kebiasaan kita. Adalah sukacita jika kita masuk dalam pencobaan. Mengapa?
Untuk memahaminya mari kita baca di ayat selanjutnya: sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Jadi dua kata, yaitu sukacita dan iman itu berkaitan erat. Dengan kata lain, iman kitalah yang mendapatkan cobaan. Hanya orang-orang yang benar-benar percaya kepada Allah lah yang bisa merasakan pencobaan ini.
Iman kita yang benar di dalam Tuhan ini seakan menjijikan bagi iblis, sehingga iblis berusaha dengan sangat untuk menjatuhkannya. Jadi jika kita masuk dalam pencobaan, tetapi sepertinya kita tidak sedang berbuat dosa, bisa jadi iman kita yang dicobai. Untuk itu, bukankah kita seharusnya bersukacita karena kita bisa merasakan dengan nyata bahwa iman kita kepada Allah adalah benar?
Seseorang berkata: Allah mempunyai satu anak yang tidak berdosa (yaitu Yesus), tetapi Ia tidak pernah mempunyai anak yang tidak menderita. Jadi jika hidup kita relatif nyaman, baik-baik saja, tanpa kesukaran maka kita patut ragu, apakah kita benar-benar anak Allah? atau sedang berkompromi dengan dunia.
Sebaliknya, jika hidup kita penuh dengan kesengsaraan, jangan cepat mengira, mungkin hidup saya penuh dosa. Tentu saja Allah sering menghajar kita melalui kesukaran jika kita sedang berbuat dosa. Tetapi jika kita mempunyai hubungan yang erat dengan Tuhan dan hidup di jalan-Nya, bisa jadi kesukaran yang kita alami ini sedang menguji iman kita untuk terus tekun bersama dengan Tuhan.