Filipi 2:3-4
“Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”
Bacaan Setahun : Mazmur 4; Wahyu 10; Ezra 9-10
Kerendahan hati adalah topik yang tidak populer atau ketinggalan zaman di era persaingan yang kejam saat ini. Zaman ini menuntut setiap orang bahkan pemimpin untuk membuktikan dirinya lebih mampu dibanding orang lain dengan menghalalkan segala cara. Sementara pemimpin yang diajarkan Kristus adalah sebagai pelayanan (doulos). Seorang pelayan di zaman itu tugasnya membasuh kaki tamu-tamu. Mereka akan membungkuk, membersihkan debu di kaki, dan mencium kaki sebagai tanda sudah bersih. Sangat kontras konsep kepemimpinan yang diajarkan dunia dan Kristus.
Sebagai murid Kristus, kita harus meneladani apa yang Kristus lakukan.
Saat Kristus hidup sebagai manusia, Dia telah merendahkan diri-Nya dan taat, bahkan sampai mati di kayu salib. Filipi 2:5-7 – “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”
Sahabat, jika sebagian orang meremehkan sikap kerendahan hati seperti yang diajarkan Kristus, ternyata hasil penelitian membuktikan sebaliknya. Seorang peneliti manajemen Jim Collins, dalam bukunya Good to Greater, meneliti para pemimpin perusahaan yang telah mengalami terobosan transformatif dalam kinerjanya. Hasil penelitian Collins menyebutkan para pemimpin itu memiliki dua karakteristik utama, yaitu personal humality dan professional will. Dari dua karakteristik ini Collins menyebutnya sebagai Level 5 Leaders. Yang menarik adalah bahwa kerendahan hati menduduki level Eksekutif.
Pada tingkat ini, mereka memiliki semua kemampuan yang dibutuhkan pada empat level sebelumnya. Ditambah mereka memiliki perpaduan unik dari kerendahan hati dan kemauan untuk mencapai keberhasilan. Sementara dalam level Competent Manager, mereka mampu mengatur atau menghargai orang secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari pembahasan ini, kita dapat simpulkan bahwa untuk bisa menghargai orang lain dimulai dari sikap kerendahan hati seperti Kristus. Kerendahan hati bukan kelemahan tetapi kekuatan. Komitmen kita saat ini untuk menjadi pemimpin yang berkenan di hadapan Tuhan, adalah saya harus senantiasa rendah hati dan setia sampai akhir. Amin.