Roma 8: 31
Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 113; 1 Petrus 5; Yehezkiel 31-32
“Aku takut laba-laba.”
Anak saya yang berusia hampir empat tahun menatap saya dan segera mengalihkan pandangannya ke mainannya.
Rasa takut Benjamin terhadap laba-laba bukanlah sesuatu yang baru. Beberapa kali dia mengalami mimpi buruk tentang laba-laba, sejenis mimpi buruk yang juga akan sangat menakutkan bagi orang dewasa.
“Aku tidak menyalahkanmu, B,’ ucapku. “Aku pikir laba-laba juga menyeramkan. Dan Anda tahu, semua orang pasti takut dengan laba-laba. Kecuali jika dia memiliki kemampuan yang spesial. Kamu tahu siapa orang yang tidak pernah takut dengan apapun?” tanyaku.
Benjamin tersenyum mendengar pertanyaan itu. “Tuhan.” jawabnya.
Aku berkedip. “Kapan anak ini akan menanyakan pertanyaan yang lebih mudah?”
Saya membayangkan kumpulan semua hal yang mungkin ditakuti anak-anak saya: Laba-laba. Monster. Gelap. Badai. Ular. Orang asing. Hal-hal yang membuat anak-anak saya ciut atau yang membuat mereka menangis di tengah malam. Ini semua membuat ketidakamanan bagi banyak orang.
Lalu saya membayangkan semua hal itu tidak berkutik di hadapan Tuhan yang Maha Kudus dan Maha Kuasa.
Saya memberi tahu Benjamin bahwa segala sesuatu yang Tuhan ciptakan akan tunduk dihadapan-Nya dan menaati-Nya. Yang artinya bhawa laba-laba terbesar dan menyeramkan sekalipun tidak sebanding dengan Tuhan kita.
“Bagian yang paling keren,” kataku. “Adalah kalau kita mengenal Tuhan, Alkitab berkata bahwa kita tidak perlu takut dengan Dia. Dia ada dipihak kita dan berjanji untuk melindungi kita dan berjuang untuk kita.”
Lalu Benjamin menimbang-nimbang perkataan saya, “Oh.” Katanya dengan takjub. “Itu keren.” Lalu dia kembali ke mainannya.
Tapi pertanyaan itu selalu melekat di benak saya.
Apa yang dapat dilakukan oleh ketakutan dihadapan Tuhan?
Saya sekali lagi membayangkan Gathering of Fears. Laba-laba dan ular berkerumun di satu sudut. Monster mengintai di balik bayang-bayang saat napas mereka berderak menembus kesunyian yang dalam. Badai awan melintas di atas kepala sementara banyak orang dengan tatapan tajam berkeliaran di sekitar.
Pertemuan itu melintas di dalam pikiran saya. Teror mulai mengintai. Mulai muncul rasa cemas.
Apa yang dapat dilakukan oleh ketakutan dihadapan Tuhan?
Roma 8 berisi pernyataan tentang hubungan Tuhan dengan anak-anak-Nya.
“Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?... Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?... Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 8: 31, 35, 38-39)
Semua orang punya rasa takut akan sesuatu. Tetapi jika saya ada di dalam Tuhan, ketakutan saya tidak menguasai saya karena hati dan kekekalan saya dimateraikan oleh darah Yesus.
Tidak ada kehilangan, tidak ada kecemasan, tidak ada kesepian, tidak ada depresi dan tidak ada laba-laba, yang dapat memisahkan saya dari kasih Kristus.
Apa yang dapat dilakukan oleh ketakutan di hadapan Tuhan?
Mereka akan berlutut di hadapan-Nya. Seorang anak kecil berusia empat tahun bahkan menilai jika itu adalah hal yang ‘keren’.
Hak cipta Mary Holloman, disadur dari CBN.