Kolose 3: 23-24
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 111; 1 Petrus 3; Yehezkiel 26-27
Setelah menatap layar komputer selama berjam-jam, saya mematikannya untuk menghindari kursor yang berkedip di halaman kosong.
Rasa frustrasi saat menulis sangat mengganggu saya seiring dengan masalah di area lain dari hidup saya. Pembacaan Alkitab juga saya lakukan secara acak dan tanpa latihan. Saya tidak tahu kenapa muncul ketidakpuasan di dalam hati saya.
Suatu kali, saya membaca tentang masa beristirahat dalam bahasa Ibrani. Saya merenungkan pelajaran itu dan berpikir lebih dalam tentang masa beristirahat Tuhan. Beristirahat berarti mendengarkan, menyerap dan mematikan segala sesuatu kecuali firman Tuhan.
Saat saya beristirahat, saya bisa mendengar. Dari hati saya terdengar suara ‘kuncinya adalah konsistensi’.
Bapa surgawi memberi tahu saya bahwa pencapaian bergantung pada ketekunan untuk mengejar tujuan.
Tekad saya hari itu adalah mulai bangun pagi-pagi untuk membaca Alkitab dalam keheningan hari itu. Saya memulai jadwal menulis regular dan debu tertiup dari komputer. Pada awalnya, mesin komputer agak melengking karena tidak digunakan selama berbulan-bulan.
“Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan.” (Amsal 21: 5)
Paulus menjalani kehidupan yang disiplin secara konsisten. Bahkan saat dia menganiaya orang-orang Kristen, dia tidak pernah goyah dari tujuannya. Dia berpikir hasrat yang salah tempat itu akan mendorongnya kepada pembelaan Tuhan. Setelah bertemu Yesus, hasrat yang salah itu akhirnya diluruskan ke arah yang benar.
Saat dia dianiaya, dia tidak menyerah. Dia tidak melupakan tugas yang Tuhan taruh di atas pundaknya, dan dunia saat itu terbalik karena pengaruhnya.
Ketekunan dalam mengerjakan pekerjaannya mendorong dia menulis sebagian besar kitab Perjanjian Baru dan kata-katanya masih mempengaruhi hidup kita sampai hari ini.
Dia menulis dari penjara. Belenggu dan jeruji besi tidak menghentikannya. Dia melanjutkan perjalanan. Bangkai kapal dan badai tidak menghentikannya. Dia disuruh diam. Ancaman tidak menghentikannya. Dia terus maju melalui kesulitan hidup dan terdorong oleh karena panggilan Kristus atas hidupnya (Filipi 3: 14).
Kita semua diberi panggilan yang besar dari Tuhan. Kita bukan Paulus, tetapi kita bisa menjadi pengaruh. Apa yang kita lakukan dalam kehidupan kita akan berdampak kepada hubungan kita dengan orang lain. Kesetiaan yang konstan untuk mengikut Kristus dan menaati firman-Nya akan menentukan seberapa kuat pengaruh kita.
“…agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah.” (Ibrani 6: 12)
Yesus adalah satu-satunya sosok yang paling konsisten yang pernah ada. Tidak ada satupun dari kita yang bisa mengimbanginya. Saat orang-orang menjorokkan-Nya, Dia masih meluangkan waktu bersama Bapa-Nya karena bagi Yesus itu adalah hal yang sangat penting dalam hidup-Nya, bahkan jika Dia harus kehilangan jam tidur untuk berdoa sepanjang malam (Lukas 6: 12).
Jika konsistensi dan ketekunan memiliki kuasa sebesar itu, akan lebih mudah bagi kita untuk menyusun prioritas. Saat kita menempatkan Kristus sebagai pribadi yang paling penting dalam hidup kita, kita bisa mendengar apa yang Dia katakan. Konsistensi melenyapkan gangguan, memperkuat tekad untuk melawan serangan dan membangun kebiasaan baru yang bisa bertahan seumur hidup.
Kehidupan kita akan menjadi sangat berharga saat kita memiliki konsistensi di dalam segala hal yang kita lakukan.
Hak cipta Barbara Latta, disadur dari CBN.
Anda diberkati dengan renungan harian kami? Mari dukung kami untuk terus memberkati lebih banyak orang melalui konten-konten terbaik di website ini.
Yuk bergabung jadi mitra Jawaban.com hari ini.