Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 35; Kisah Para Rasul 7; Keluaran 19-20
Perempuan itu mendekati Yesus dengan sikap yang cukup mengejutkan. Ia tidak datang untuk meminta bantuan. Ia tidak mengharapkan kesembuhan. Ia juga tidak ingin melihat tanda-tanda dan mukjizat. Ia datang untuk memberi sesuatu yang mahal harganya. Minyak narwastu murni yang ditempatkan dalam buli-buli pualam.
Yesus mempercayakan Roh-Nya kepada kita. Ia memberi kita talenta, karunia-karunia rohani dan segala berkat rohani di dalam surga (Yohanes 4:14). Namun, itu semua tidak akan memancar keluar dalam kehidupan kita kalau kita tidak memecahkan buli-buli itu. Buli-buli itu melambangkan tubuh kita, yaitu kedagingan kita. Sayangnya, orang Kristen sering lebih menyayangi buli-buli itu dan tidak membiarkannya hancur. Karena itulah kita didorong untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup (Roma 12:1). Setelah buli-buli itu dipecahkan, minyak itu dicurahkan dan "bau minyak semerbak di seluruh rumah itu" (Yohanes 12:3). Baru setelah kedagingan kita dihancurkan, "bau" kita dapat tercium ke sekeliling kita, "menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana" (1 Korintus 2:14).
Dan Yesus menerima pemberian itu. Persembahannya yang dituduh orang sebagai pemborosan itu terus diberitakan di seluruh dunia sebagai bagian dari kabar baik.
Kapal yang berada di pelabuhan tetap aman, tetapi bukan itu tujuan kapal diciptakan.