Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 34; Kisah Para Rasul 6; Keluaran 17-18
Banyak dari kita walaupun adalah orang percaya, telah menganggap dukacita dan kepedihan sebagai bagian kehidupan yang sedemikian wajar sehingga kita bahkan tidak mempertanyakannya. Bahkan sebenarnya, jika kita jujur, kita harus mengakui ada kalanya kita merasa sedih dan mengasihani diri sendiri.
Mengapa kita memilih untuk berdukacita? Karena dukacita mempunyai gejolak emosi di dalamnya, suatu gelora perasaan yang pada tahap permulaan sifatnya hampir sama seperti candu.
Tetapi kesedihan dan dukacita adalah hal-hal yang berbahaya. Beberapa tahun yang lalu Tuhan menunjukkan kepada saya bahwa kedua hal itu bukanlah emosi yang tidak berbahaya seperti yang kita duga. Kekuatan di balik emosi-emosi ini sebenarnya adalah roh-roh yang diutus oleh iblis sendiri untuk membunuh, mencuri dan membinasakan damai sejahtera dan sukacita yang ada pada Anda.
Kesedihan dan dukacita adalah bagian dari serangan gencar si iblis yang menghancurkan. Yesus telah menerimanya ketika Dia mati di kayu salib (Yesaya 53). Dia menanggung kesedihan dan dukacita supaya kita tidak perlu menanggungnya. Jika kedua emosi ini datang mengetuk di pintu hati Anda, ingatlah, itu bukan emosi yang tidak berbahaya. Itu adalah musuh yang mematikan dan telah disingkirkan oleh Yesus di Golgota.
Jangan hidup seperti orang-orang yang tidak mempunyai pengharapan. Anda adalah orang yang beriman. Anda tahu bahwa Yesus Kristus mati bagi Anda dan bangkit kembali. Itu bukan hanya memberikan Anda harapan sehubungan dengan kematian fisik, namun juga memberikan Anda harapan dalam setiap keadaan. Janganlah berdukacita!
Musuh yang mematikan seringkali lahir dari sikap hati kita saat meghadapi permasalahan hidup. Jagalah hati kita dengan segala kewaspadaan.